SURABAYA|JATIMSATUNEWS.COM - Iklim ekstrem dunia berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan, terutama di negara seperti Indonesia yang sangat bergantung pada sektor pertanian. Beberapa dampaknya antara lain: penurunan produktivitas, banjir dan tanah longsor, peningkatan hama dan penyakit, gangguan rantai pasokan pangan dan lain-lain.
Salah satu upaya menanggulangi kerisis pangan di masa depan adalah dengan meningkatkan teknologi pangan. Untuk itu, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur mengadakan Seminar Nasional Teknologi Pangan 2024.
Seminar diadakan di auditorium Fakultas Hukum UPN pada hari Kamis, 12 September 2024. Diikuti oleh 179 peserta yang terdiri dari akademisi dan dosen.
Acara dibuka dengan tari Remo, doa pembuka, laporan ketua pelaksana, sambutan-sambutan dan materi dari beberapa pembicara.
Seminar Nasional Ketahanan Pangan ke-9 kali ini mengangkat tema Pemanfaatan komoditas lokal sebagai upaya pengembangan pangan fungsional dalam mendukung SDGs.
Prof. Dr. Ir. Jariyah, MP sebagai perwakilan sambutan berkata bahwa sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia punya potensi yang besar untuk menghasilkan pangan bergizi tinggi. Mendorong inovasi dan kolaborasi antara akademisi dan petani lokal agar bisa bersaing dengan prodak lokal maupun internasional. Pemanfaatan teknologi pangan ini untuk mengakhiri kelaparan, menambah akses pangan, dan memanfaatkan sumber daya alam, menciptakan prodak pangan yang bergaya hidup sehat dan memperkuat ketahanan pangan.
Pembicara Dr. Adisara Tantasuttikul dari Universitas Songkhla Rajabhat, Thailand, memberikan beberapa materi. Salah satunya tentang buah pisang. Buah pisang yang kaya gizi ini bisa dijadikan berbagai produk pangan misal sirup pisang, puding pisang, nata de banana, tepung pisang dan lain-lain.
Ir Rochmad Indrawanto, S.TP., MMT sebagai pembicara membeberkan materi tentang pangan fungsional membantu menghilangkan kemiskinan, mengurangi kelaparan, meningkat kesehatan, peluang pasar baru, mengurangi jejak karbon, menghindari efek rumah kaca, menjaga kelestarian pertanian dan perikanan. Salah satu pangan fungsional berbasis teknologi pangan adalah FiberCreme dari singkong. FiberCreme adalah produk makanan yang berfungsi sebagai pengganti krim atau santan, namun dengan keunggulan tambahan berupa kandungan serat pangan yang tinggi. FiberCreme sering digunakan untuk membuat makanan atau minuman lebih sehat karena memiliki kalori lebih rendah dibandingkan krim atau santan biasa, serta mengandung serat prebiotik yang baik untuk pencernaan. Selain itu, FiberCreme juga bebas dari laktosa dan gluten.
Pembicara terakhir yaitu Prof. Dr. Ir. Jariyah, MP memberi materi tentang penelitian terhadap buah pedada atau yang dikenal dengan buah mangrove. Buah ini sangat potensi untuk dikembangkan menjadi prodak pangan karena non-toxic, dan mempunyai tekstur sangat lembut. Selain itu buah pedada mengandung vitamin A, vitamin B5, vitamin B2 dan vitamin C. Buah ini merupakan pangan fungsional dan bisa dibuat tepung untuk bahan baku biskuit.
Acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan penutup.