Santri sebagai subjek pertama harus diberikan hegemoni lebih akan pengetahuan dan kesadaran bahwa dia adalah penentu utama dalam kesuksesan dalam menuntut ilmu itu harus diberikan. Santri dituntut harus fokus dalam hal menuntut ilmu, ada suatu cerita yang bisa dipetik agar fokus dan semangat menuntut ilmu.
Cerita ini, menceritakan kehidupan satu keluarga yang sangat harmonis. Keluarga ini terdiri dari Ayah, Ibu dan 2 anak, anak pertama berumur 15 tahun, anak kedua berumur 6 tahun. Keduanya hidup harmonis dan sangat bahagia, sebab memiliki anak yang sangat penurut dan ahli ibadah meskipun masih kecil. Bahkan dia tidak pernah absen dalam sholat berjamaah di Masjid dekat rumahnya.
Suatu ketika, anak ini pergi ke Masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, semua berjalan sebagaimana mestinya. Namun hari itu, sang anak ini terlihat murung setelah turun dari Masjid. Kemudian sayang ayah menanyakan. Mengapa dia begitu murung ketika setelah dari Masjid. Sebutlah anak itu bernama Sulton, dan terjadilah percakapan antara Sulton dan ayahnya :
Ayah : Wee anak ayah baru datang dari masjid pinternga, mengapa Sulton terlihat murung hari ini ?
Sulton : Habis ini Sulton tidak mau sholat di masjid lagi yah! (Dengan nada kesal)
Ayah : Loo... kenapa begitu nak ? Apakah ada yang usil kepada Sulton, atau mengolok-olok Sulton atau ada hal lain yang membuat Sulton sedih ? (Sang ayah sangat khawatir dan penasaran)
Sulton : Bukan yah, (dengan nada tegas dan kesal)
Ayah : Lalu kenapa nak? (Sang ayah sangat khawatir dan penasaran)
Sulton : Gini yah, masjid itu kan rumah Allah SWT ya, yang seharusnya untuk beribadah, i'tikaf atau hal yang terpuji. Lalu kenapa Sulton melihat ada yang ghibah, main hp, tidur-tiduran dan ngobrol sendiri.
Ayah : (Sang ayah sambil tersenyum seraya mengatakan) Gini ya anakku yang pinter, ayah bersyukur punya anak seperti Sulton yang sudah bisa berfikir seperti itu. (Kemudian sang ayah itu mengambilkan Sulton gelas dan diisi air yang sangat penuh).
Ayah : Nak... ayah minta tolong yaa, sulton bawakan gelas ini keliling Masjid 3 kali tapi syaratnya gelasnya jangan sampai tumpah sedikitpun.
Sulton : siap ayah, siapa takut (sambil tersenyum bercanda)
(Akhirnya sulton mengikuti perintah ayahnya untuk membawa keliling gelas berisi air penuh tersebut selama 3 kali putaran, setelah selesai sang ayah pun menghampiri seraya bertanya)
Ayah : Gimana nak, apakah Sulton sudah membawa gelas tersebut keliling masjid ?
Sulton : sudah ayah (dengan nada bangga)
Ayah : Bagus. Lalu ayah ingin bertanya apakah sulton tadi melihat orang yang ghibah di dalam masjid ?
Sulton : Tidak yah, Sulton tadi fokus membawa dan memperhatikan gelas agar airnya tidak tumpah.
Ayah : baik, kalau begitu apakah sulton tadi melihat orang yang main ho sendiri ?
Sulton : Tidak yah, Sulton tadi fokus membawa dan memperhatikan gelas agar airnya tidak tumpah.
Ayah : Baik nak, lalu apakah Sulton tadi melihat orang yang tidur-tiduran di dalam masjid
Sulton : Tidak yah, Sulton tadi fokus membawa dan memperhatikan gelas agar airnya tidak tumpah.
Ayah : Baik nak, lalu apakah Sulton tadi melihat orang yang ngobrol sendiri di dalam masjid
Sulton : Tidak yah, Sulton tadi fokus membawa dan memperhatikan gelas agar airnya tidak tumpah.
Ayah : Nah itu nak, begitulah hidup nak. Kita harus fokus terhadap terhadap kebaikan apa yang kita lakukan. Jangan sampai kita sibuk melihat kejelekan oranglain sehingga menguras tenaga kita untuk berbuat baik, apalagi kalau sampai terjerumus hingga ikut-ikutan terhadap kemunkaran yang terjadi.
Sulton : Astaghfirullah yah, maafkan Sulton ya Ayah.. Sulton janji sulton akan mengikuti pesan ayah.
Ayah : Alhamdulillah, yaudaa besok sulton ke masjid lagi yaa seperti biasa.
Sulton : Terimakasih ayah (sambil tersenyum dan masuk ke dalam rumah).
Itulah sepenggal cerita yang sangat indah untuk diambil hikamahnya dan sangat relevan untuk semua profesi dan peran yang ada didunia ini. Baik sebagai orangtua, guru, siswa atau bahkan pemulung sampah yang hidup sebatangkara sekalian.
Cerita tersebut tidak mengajarkan kita untuk bersikap acuh terhadap kemungkaran yang terjadi sehingga kita tidak saling menasehati, namun ini merupakan satu step sebelum menasehati. Agar kita tidak kehabisan waktu dalam mencari kejelekan orang lain, bila kita sudah bisa untuk tidak lenggah mencari kesalahan orang lain dan fokus untuk berbuat baik, maka kita sudah pantas untuk memberikan nasihat terhadap orang yang berbuat kemungkaran tersebut.
Semoga anak-anak kita semua diberikan kesuksesan dan akhlak yang luhur. Aamiin
Wallahu a'lam bisshawab