Rebutan Salaman Pada Sopir Yang Dikira Kyai Cholil Bisri

05 September 2024 | 10.04 WIB Last Updated 2024-09-05T03:06:10Z





Sheikh Nawawi al-Bantani dalam bukunya Muraqil Ubudiyah halaman 12 menuqil satu hadits yang begitu Indah;

العالم حبيب الله ولو كان فاسقا والجاهل عدو الله ولو كان عابدا.
Seorang yang berilmu adalah kekasih Allah meski ia fasik, dan orang yang bodoh adalah musuh Allah meski ia adalah ahli ibadah.

Meski Sheikh Nawawi tidak menuliskan perawi atau jalur haditsnya. Hadits ini memotivasi seseorang untuk terus tidak pernah berhenti belajar agar bisa menjadi kekasih Allah. Namun juga harus diingat menjadi kekasih itu bukan berarti tidak akan disiksa bila ia fasik. Rasulullah menegaskan;

 إن الله تعالى إذا احب عبدا ابتلاه

Orang yang dicintai Allah akan diberi cobaan.

Sheikh Nawawi menjelaskan bahwa siksa orang yang berilmu lebih berat daripada siksa orang yang tidak berilmu. Bahkan bisa hingga seribu kali lipat. Allah menyiksa mereka yang berilmu ini untuk orientasi membersihkan dosa-dosanya. Seperti layaknya wudlu, digunakan membersihkan diri sebelum menghadap dan berkomunikasi dengan Allah, Para kekasih Allah dari orang-orang berilmu ini akan diberi cobaan yang berat untuk membersihkannya dari dosa-dosa kefasikannya. Karenanya hadits diatas bukan untuk menghalalkan seorang alim melakukan kefasikan hingga ia bisa menjadi kekasih Allah. Begitu juga cobaan tidak semua cobaan itu bersifat pembersihan. Karena ada cobaan dalam koridor keridloan Allah ada juga cobaan karena amarah Allah.

Dikisahkan; ada suatu kelompok yang berdebat tentang mana yang lebih mulia, apakah orang alim yang fasik ataukah orang bodoh yang ahli ibadah. Untuk ini salah seorang dari mereka yang berdebat, datang ke sebuah tempat pertapaan seorang ahli ibadah yang bodoh. Dibalik persembunyian, orang itu kemudian berkata pada ahli ibadah itu; “wahai hambaku, aku telah terima doa-doamu dan aku ampuni semua dosa-dosamu, saat ini kamu telah aku perkenankan meninggalkan ibadah dan beristirahat.” Setelah celingukan memastikan tidak ada orang, ahli ibadah yang bodoh itu kemudian berkata: “wahai Tuhanku, inilah yang aku inginkan selama ini, aku memujiMu dan bersyukur padaMu aku telah beribadah padaMu sejak lama.” Ahli ibadah ini kemudian menjadi sosok yang kufur dan melakukan kesalahan besar akibat kebodohannya. Karena orang yang semakin dekat dengan Allah ia pasti semakin kencang dan rutin mendekati Allah dengan ibadahnya.

Kemuian salah satu orang yang berdebat ini menemui seorang yang alim tidak pernah berhenti belajar, tetapi ia seorang fasik yang suka minum khamr. Kepada orang alim ini dibalik persembunyian, orang itu berkata; “wahai hambaku, takutlah padaku, aku tuhanmu, aku menutupi dosamu dan kamu tidak malu padaku, dan sekarang aku ingin menghancurkanmu.” Orang alim itu kemudian menghunuskan pedangnya dan mencari sumber suara dan berteriak; “wahai orang yang terlaknati, kamu tidak tahu Tuhanmu, sekarang aku akan memberitahumu siapa sebenarnya Tuhanmu.” Orang yang berkata dibalik persembunyian tiu kemudian lari ketakutan.

Kisah yang diceritakan oleh Sheikh Nawawi al-Bantani terlepas kisah fiksi ataukah nyata ini menunjukkan kemuliaan ilmu, orang-orang yang ahli ilmu dan orang-orang yang tidak pernah belajar ilmu.

Kyai Cholil Bisri, orang tua dari Gus Menteri Agama beliau adalah sosok Alim yang bijak dan jenaka. Suatu hari ia memerintahkan santri yang nyopiri beliau ketempat pengajian untuk menggunakan jas beliau dan berjalan didepan beliau saat turun dari mobil. Tak ayal mereka yang belum tahu wajah Kyai Cholil Bisri berebut salaman dan mencium tangan santri yang sopir itu sementara Kyai Cholil sendiri tidak ada yang mengajak salaman.  Sebuah penghormatan kepada sopir yang menjadi pelayan para orang berilmu. Mereka bersalaman karena menghormati ilmu.

Ribuan orang datang ke Ternate, untuk mendukung, melihat dan membanggakan siswa-siswa yang sedang mengikuti Kompetisi Sains Madrasah dan Myres. Sebuah ajang kompetisi keilmuan dan penelitian ilmiah. Kemuliaan ilmu membuat banyak orang, mulai pejabat hingga para penggembira menyisihkan hartanya untuk jauh-jauh datang ke Ternate.


Ini adalah isyarat betapa pentingnya tidak berhenti belajar. Hingga Prof. Ali Ramdhani, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI saat membuka kegiatan KSM dan Myres berkata: “dalam kompetisi ilmu ini tidak ada orang yang kalah, yang ada adalah pemenang dan orang yang kembali terpacu untuk belajar lebih giat lagi.” Pemenang harus memahami kemenangannya sebagai titik awal untuk belajar yang lebih luas lagi, yang belum menang harus mempertajam kembali ilmu yang ia pelajari. Intinya, siapapun kamu, jangan pernah berhenti belajar. Ma ziltu thaliban, tetap dan panggah santri.

Ditulis diatas langit biru, menunggang singa terbang dari Ternate Menuju Surabaya. 4.9.2024

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rebutan Salaman Pada Sopir Yang Dikira Kyai Cholil Bisri

Trending Now