Hidup Drupadi seperti kutukan penderitaan yang tak berujung. Ia dijadikan taruhan dan dilecehkan oleh Dursasana, anggota Wangsa Kurawa, yang mencoba melucutinya di balairung Kerajaaan Hastinapura. Kemarahan yang merangkum perjalanan serta perasaan Drupadi menjadi puncak keputusan yang diambilnya dengan tegas dan lantang, yaitu menggugat takdirnya sendiri dengan sumpah.
Sesuai dengan alur, tari ini dibawakan oleh belasan siswi Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Manaf dengan properti dan atribut lengkap yang mendukung latar suasananya. Iringan musik gamelan modern yang telah diremix membuat tarian ini relevan untuk menyita kaum milenial. Latar panggung dan pencahayaan serta kesuksesan penari dalam olah wirasa, wiraga dan wirama membuat pesan moral yang ingin disampaikan mudah untuk ditangkap.
Drupadi merupakan putri sulung Prabu Drupada, Raja Cempalaradya. Ia dilahirkan oleh Api Suci melalui upacara Putrakama Yadnya yang dilakukan oleh ayahnya. Drupadi memiliki lima suami, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa yang kemudian disebut Pancapandawa.
Begitulah yang terjadi pada Drupadi, dia yang menanamkan sikap setia dan welas asih terhadap Pandawa, dia pula yang menjadi alasan perubahan jaman dengan adanya perang Baratayuda hingga sumpahnya bisa terlaksana yaitu mencuci rambutnya dengan darah Dursasana. Dari sikap Drupadi dapat dipetik sebuah pesan moral bahwa setiap pengorbanan, doa dan penantian tidak akan siasia Tuhan hanya menunggu waktu yang tepat ntuk dianugerahkan kepada hambanya, oleh sebab itu manusia hendaklah sabar, sareh dan semeleh dalam menjalani kehidupan.
Drama kolosal berjudul Drupadi Murca ini merupakan salah salah satu pertunjukan inti dalam kegiatan gebyar budaya nusantara dalam malam puncak gelar karya proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Manaf Dampit yang terdiri dari SMP Ibnu Rusdy dan SMK Cendekia Madinah Dampit. Dengan dipersembahkan tarian ini, semoga kaum perempuan menyadari untuk bangkit dari keterpurukan dalam hal ini kebodohan akan ajaran yang sesat, serta memiliki motivasi bahwa derajat perempuan sama dihadapan publik dengan laki-laki untuk memperoleh hak asasi manusia yang sama, utamanya dalam meraih mimpi atau kesuksesan. Maka dari itu, Yayasan Pondok Pesantren Mifathul Ulum Dampit selal berupaya menghasilkan generasi penerus bangsa yang unggul tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, semuanya memiliki kesempatan yang salam dalam belajar dan berprestasi.