MALANG | JATIMSATUNEWS: Kecamatan Karangploso memiliki sumberdaya air yang melimpah. Hampir di setiap desa di Kecamatan Karangploso memiliki sumber mata air. Salah satu Desa yang memiliki sumber mata air adalah Desa Bocek. Setidaknya terdapat dua sumber mata air yang banyak dimanfaatkan oleh warga. Sumber Suko dan Sumber Sabrang Ampel atau Mbrang Ampel warga sekitar menyebutnya (Karangploso, 24 Agustus 2024).
“Kalau Sumber yang
besar disini ya Sumber Suko. Selama ini sumber Suko dimanfaatkan buat mengairi
lahan pertanian, kegiatan seperti suroan oleh warga sekitar, Ya setidaknya ada
700 KK yang memanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti air minum, mandi
dan mencuci” Ujar Abdul Kodim selaku Kepala Desa Bocek saat dimintai keterangan
di Kantor Desa.
Karena
kebutuhan warga sekitar di sekitar Desa Bocek untuk kegiatan pertanian dan
pemukiman, maka alih fungsi lahan hutan tidak dapat dihindari. Akibat alihfungsi
lahan hutan pada daerah tangkapan air berpotensi untuk menurunkan debit air di
sumber Suko. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya air yang meresap ke dalam
tanah sehingga menyebabkan berkurangnya aliran air tanah yang menuju sumber
mata air.
Upaya
mitigasi yang dilakukan untuk melestarikan sumberdaya air adalah dengan
pemasangan lubang resapan biopori di daerah resapan air Sumber Suko, Kegiatan
ini merupakan rangkaian dari program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan
oleh Prof. Dr. Ir. Soemarno, MS, dosen FP UB, dan mahasiswa Departemen Tanah FP
UB. Pemilihan lubang resapan biopori bukanlah tanpa alasan, selain
pembuatan dan pemasangannya yang mudah, lubang resapan biopori juga dinilai
efektif dalam meresapkan air hujan.
“Lubang resapan
biopori ini sebenarnya teknologi yang sederhana, hanya dibuat dengan pipa PVC
kemudian ditanam di tanah, fungsinya adalah untuk lebih banyak memasukkan air
hujan ke dalam tanah Mas, sehingga nanti sumber air yang ada di bawahnya bisa
tetap terjaga. Harapannya ya agar sumber airnya dapat digunakan secara
berkelanjutan” Jelas Deva salah satu anggota tim pengabdian masyarakat Faklutas
Pertanian Universitas Brawijaya.
“Lubang resapan
biopori tidak memerlukan tempat yang banyak, dan bahannya terjangkau sehingga
dapat di buat dengan mudah oleh warga sekitar” Lanjut Deva.
Penerapan teknologi
sederhana dengan bahan yang mudah dijangkau diharapkan meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan terutama dalam konservasi air. Selain itu
penerapan teknologi lubang resapan biopori di Desa Bocek dapat menginspirasi
desa-desa lain untuk menerapkan hal serupa terutama di pemukiman dan lahan
tangkapan air.