Film Hichki: Memaknai Guru Sebagai Sosok Inspiratif

M. Kholilur Rohman
29 September 2024 | 12.45 WIB Last Updated 2024-09-29T05:51:27Z

 Foto: Wikipedia

ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM: Berdasarkan perspektif agama, eksistensi guru disejajarkan dengan orang tua yang memiliki keutamaan dalam statusnya. Jika orang tua sebagai sosok yang menyebabkan seorang anak lahir ke dunia, maka guru adalah sosok pencerah yang mendidik hati dan pikiran anak sebagai bekal hidup ke depan. Meski dalam proses kerjanya, guru kadang abai dan banyak mengalami permasalahan.

Masalah yang terus berlangsung, guru kerap bersikap apatis terhadap ketidakmampuan dan ketidaktertarikan murid untuk belajar. Guru sekadar menyampaikan materi sesuai silabus tanpa menghidupkan roh pemahaman dalam alam pikiran murid. Sehingga, materi yang disampaikan sekadar singgah lalu menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak nilai dan kesan positif.

Lebih jauh lagi, dalam buku "Sistem Pendidikan Finlandia: Belajar Cara Mengajar", disebutkan oleh Lortie tentang Syndrom Prisintism (sindrom kekinian). Sindrom yang dapat diartikan sebagai pola pikir guru yang lebih mementingkan hal-hal bersifat jangka pendek seperti ketercapaian silabus, murid mendapatkan nilai baik dari ujian dan lain sebagainya, dibanding hal-hal bersifat jangka panjang seperti keutuhan pemahaman murid. Faktanya, penyakit tersebut masih banyak menjangkit di pikiran guru-guru kita.

Mungkin, ketidakpekaan dan ketidakpedulian guru-guru indonesia dalam mendidik murid dikarenakan minimnya kesejahteraan yang diberikan pemerintah. Guru hanya dijadikan profesi pelarian. Marwah guru terdegradasi oleh apresiasi yang diberikan. Sehingga, fokus guru terpecah pada banyak hal yang mengaburkan fokus utama pada pengembangan bakat dan minat.

Perkara di atas bertolak belakang dengan sosok guru yang ditampilkan dalam film Hichki. Guru yang digambarkan memiliki Sindrom Tourette tersebut mampu bertahan di hadapan murid yang dikenal super nakal. Bagaimana sang guru yang mengidap harus tersendat-sendat saat berbicara atau menjelaskan materi di hadapan murid. Tidak hanya itu, sang guru harus ekstra sabar menghadapi keberagaman murid yang sejak awal berada di barisan kontra.

Dalam film tersebut, ketidaksukaan murid terhadap guru ditampakkan secara jelas dan ugal. Bagaimana sang guru dibully dengan beragam kalimat dan tindakan yang sangat memilukan. Namun, keteguhan prinsip atas adanya potensi luar biasa di dalam murid masih terus dirawat oleh sang guru. Meski sesekali muncul rasa jengkel, marah, dan sakit hati sebagai kelumrahan manusiawi.

Disamping terus bersabar menghadapi beragam cobaan, sang guru akhirnya mampu membuka dan menyadarkan murid tentang potensi yang tersimpan di dalam diri mereka. Dalam alur pemikiran ini, Einstein benar ketika menekankan bahwa yang paling penting dalam mengajar bukan mengarahkan mereka kepada pola pemikiran guru, tetapi menyediakan kondisi yang memungkinkan mereka belajar. Einstein mengatakan, "I never teach my pupils. I only attempt to provide the conditions in which they can learn" (Saya tidak pernah mengajar murid saya. Saya hanya berusaha memberikan kondisi di mana mereka dapat belajar).

Setelah itu, agar belajar tidak terkesan membosankan, maka guru harus mengeluarkan jurus metode belajar yang variatif dan menyenangkan. Hal ini dicontohkan melalui pelaksanaan forum belajar di luar kelas, penggunaan alat-alat peraga yang menyenangkan, serta tidak terjebak dalam lintasan silabus yang membosankan. Contoh lain dalam film ialah mengabsen dengan melempar telur, mengajukan pertanyaan sesuai dengan keahlian murid, juga mengerti latar belakang murid sebagai bahan evaluasi dalam usaha pengembangan murid ke depan. Ya, pekerjaan tersebut jarang diselesaikan atau bahkan tidak dilakukan oleh kebanyakan guru.

Selanjutnya, saat materi dianggap rumit dipahami murid, maka tugas guru ialah menyederhanakan materi tersebut agar bisa diterima secara sempurna oleh murid. Dari sini, guru memerlukan wawasan yang luas tentang kehidupan, yang dari salah satu sisinya bisa dipetik lalu disulam menjadi bahan candaan atau refleksi guna memaknai pengalaman. Tidak sekadar terjebak dalam ungkapan teori jlimet berisi kosa kata ilmiah yang jarang dipahami publik. Akhirnya, dari kesederhanaan tersebut, pikiran murid bisa digiring agar bisa bersenang-senang dalam belajar.

Selaras dengan penjelasan di atas, pedagog seperti John Dewey dalam Democracy and Education (1950) secara jelas mengungkapkan bahwa belajar sebagai proses pemaknaan pengalaman. Dalam kacamata yang sama, David Kolb, pendiri Experince Based Learning, menekankan bahwa ketika pengalaman dipadukan dengan pemahaman akan membentuk sebuah pengetahuan. Di sini jelas, pengetahuan tidak dimaknai sesederhana sekadar menguasai beberapa teori abstrak sebagaimana kerap disalah mengerti.

Sampai akhirnya, keseriusan dan ketulusan guru dalam film Hichki berhasil membuahkan murid yang lulus ujian sekolah, bahkan lolos ujian hidup setelah menjadi ahli dan jenius di bidangnya masing-masing. Tentu jika sudah demikian, kepuasan menjadi guru bisa dirasakan secara maksimal. Bahwa guru adalah sosok inspiratif, sosok mulia, dan sosok yang harus diperhatikan kesejahteraannya.

Dalam buku The Geography of Genius besutan Eric Weiner dijelaskan bahwa “Yang membedakan antara orang genius dan orang gagal sebenarnya bukan berapa kali dia berhasil, melainkan berapa kali dia memulai dari awal”, dan statement ini sudah dibuktikan di dalam film Hichki melalui beragam kesibukan belajar di beberapa segmen.

Terakhir, mengutip dari seorang penulis sekaligus seniman abad 19 asal Britania Raya, Willian Ward mengatakan "The mediocre teacher tells. The good teacher demonstrates. The great teacher inspires" (Guru yang biasa-biasa saja menceritakan. Guru yang baik mendemonstrasikan. Guru yang hebat menginspirasi). Dari tiga tingkatan guru tersebut, dapat disimpulkan bahwa potret guru dalam film Hichki adalah sosok guru yang hebat dan inspiratif.

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Film Hichki: Memaknai Guru Sebagai Sosok Inspiratif

Trending Now