Mengimplementasikan Prinsip Asah, Asih, Asuh Melalui Sebuah Event Jajanan Tradisional

Admin JSN
08 Juli 2024 | 13.47 WIB Last Updated 2024-07-08T06:47:55Z

 

Para pengunjung Situs Patirtaan Ngawonggo diharapkan belajar dari prinsip asah, saling berperilaku baik dalam prinsip asih, dan saling mengobrol saling momong dalam prinsip asuh

ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Jajanan tradisional saat ini rasa-rasanya lebih jarang dijumpai di beberapa daerah. Jajanan tradisional sendiri merupakan jajanan yang bahan dasarnya terbuat dari bahan-bahan alami warisan budaya. Pada umumnya, jajanan tradisional ini dijual di pasar-pasar tradisional dengan harga yang ramah di kantong. Namun, seiring perkembangan zaman jajanan tradisional mulai kurang diminati sebab banyak munculnya jajanan ringan atau snack yang dijual di warung-warung sembako atau supermarket.

Akan tetapi, terdapat salah satu tempat yang masih menjual jajanan tradisional, yakni di daerah Kabupaten Malang, tepatnya di Situs Patirtaan Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo. Para pengunjung akan disuguhkan dengan jajanan tradisional yang beragam dan berbeda-beda setiap harinya, seperti apem pasung, ongol-ongol, sawut, gethuk, ketan, klepon, dan sebagainya. Tentunya hal tersebut mendapatkan respon positif dari para pengunjung yang sudah menantikan jajanan tradisional yang disediakan oleh Situs Patirtaan Ngawonggo.

Melalui jajanan tradisional, Estelle Crew yang merupakan kelompok praktikum Public Relations 3 Management Event program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang mengusung sebuah event yang diberi nama "Sinau Sareng Jajanan Tradisional" yang diselenggarakan di bulan Juni lalu. Kata sinau dan sareng diambil dari bahasa Jawa yang memiliki arti "belajar" dan kata sareng memiliki arti "bersama", yang berarti belajar bersama membuat jajanan tradisional. Jajanan yang disediakan terdiri dari 3 macam yaitu kelepon, ongol-ongol, dan apem pasung. 

Acara ini disambut dengan baik oleh para tamu yang telah melakukan reservasi pada saat sebelum acara dilaksanakan. Banyak dari mereka merupakan mahasiswa yang dalam hal ini memberikan sisi positif bagi Situs Patirtaan Ngawonggo. Generasi muda diharapkan dapat mempertahankan kearifan lokal jajanan tradisional agar tidak semakin terkikis oleh perkembangan zaman. Acara ini juga sebagai implementasi dari prinsip yang diangkat oleh Situs Patirtaan Ngawonggo yaitu prinsip asah, asih, asuh yang memiliki makna mendalam sekali.

Prinsip asah berkaitan erat dengan belajar, di mana belajar ini merupakan tahap awal kita untuk bisa memaknai kehidupan sepeti apa, sehingga kita punya bekal pengetahuan dalam menjalani kehidupan. Lalu prinsip asih, di mana prinsip ini berkaitan dengan perilaku, yang mana jika seseorang telah memiliki bekal pengetahuan, ia akan otomatis memiliki perilaku yang baik. Lalu prinsip asuh, di mana prinsip ini layaknya kasih sayang ibu kepada anaknya, mulai dari mendidik, memberikan kasih sayang, dan mengasuh anaknya agar bisa baik di masyarakat. Ketiga prinsip tersebut tidak sekadar hanya nama saja, tetapi jika didalami, maknanya akan sangat mendalam. 

Sebelum memasuki sesi pembuatan jajajan tradisional, salah satu pengelola dari Situs Patirtaan Ngawonggo yang akrab disapa dengan Cak Yasin memberikan sepatah dua patah kata kepada para tamu dan beliau juga menyanyikan sebuah lagu ciptaannya yang berjudul "Sugeng Rawuh".

"Acara pembuatan jajanan tradisional baru pertama kali diadakan di Situs Patirtaan Ngawonggo yang diharapkan teman-teman bisa memetik manfaat dan merasakan edukasi melalui pembuatan jajan ini, dan di sini kita juga belajar dari prinsip asah, saling berperilaku baik dalam prinsip asih, dan saling mengobrol saling momong dalam prinsip asuh,” ucap Cak Yasin.

Pembuatan jajanan tradisional diawali dengan pembuatan apem pasung. Para tamu yang hadir diajak langsung dalam membuat bungkus yaitu contong seperti berbentuk es krim yang digunakan sebagai wadah apem pasung. Para tamu juga diajak untuk mengisi adonan apem pasung langsung secara bergantian sebelum memasuki proses pengukusan.

Lalu dilanjutkan dengan sesi edukasi pembuatan jajan klepon dan para tamu diajak langsung dalam proses pembentukan klepon yaitu dengan membuat bentuk bulat dan langsung dimasukkan untuk kemudian direbus.

Sesi edukasi terakhir yaitu pembuatan jajan ongol-ongol. Para tamu juga diajak langsung dalam memberi warna dan membentuk bulat dari jajan tersebut. Para tamu sangat menikmati setiap proses dari pembuatan ketiga jajan tersebut dan antusiasme dari para tamu juga sangat tinggi.

Tak hanya sekadar edukasi pembuatan jajan saja, tetapi penjelasan mengenai makna dari setiap jajanan tradisional tersebut pun disampaikan agar para tamu dapat mengetahui jajanan tradisional yang disediakan juga mempunyai arti dan makna yang mendalam mengenai kehidupan.

Setelah proses edukasi ketiga jajanan tradisional, para tamu diajak untuk makan bersama dengan menu makanan yang berkonsep kesederhanaan pedesaan. Walaupun sederhana, rasa dari makanan yang disajikan tidak kalah dengan makanan-makanan siap saji. Menu makanan yang disediakan terdiri dari bakwan jagung, tempe goreng tepung, pecel, sayur lodeh, sambal, nasi putih, dan nasi jagung. 

Lalu setelah para tamu menikmati sajian yang disediakan, mereka diajak untuk edukasi pembuatan wedang rempah-rempah yang memang telah menjadi ciri khas dari Tomboan, Situs Patirtaan Ngawonggo yang menyuguhkan minuman tradisional ke para tamunya yaitu wedang uwuh. Wedang uwuh sendiri terdiri dari rempah-rempah yaitu cengkeh, kapulaga, bunga telang, jinten hitam, kayu manis, jahe kering, dan kayu secang yang menghasilkan warna merah pada wedang tersebut.

Melalui acara Sinau Sareng Jajanan Tradisional diharapkan para generasi muda bisa selalu menyukai dan menjaga budaya kearifan lokal agar tidak semakin terkikis oleh perkembangan zaman.




Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengimplementasikan Prinsip Asah, Asih, Asuh Melalui Sebuah Event Jajanan Tradisional

Trending Now