Hawa dingin menggigil pertanda khasmu
Aku melihat kabut putih bagai sutra menyelimutimu
Menembus celah pori
Masih gulita, ketika mulai menapak penanjakan di hamparan pasir halusmu
Tempat yang sejuk nan damai
Tempat awan bergulung
Siapapun bebas melukis
Bahkan menyatakan garis
Pada kanvas kejujuran keikhlasan nan sederhana
Biarkan waktu menata simponi
Air mengalir pada alurnya
Aroma Edelweis di permadani alam semesta
Hadirkan kedamaian
Dari lereng kesungguhan
Bibir ini seakan kelu
Mata ini nanar menatap ke depan
Saat detik waktu terus berjalan
Tampak semburat keemasan di batas cakrawala
Dari sini pula, aku melihat sang surya hadir di tiap pagi
Bromo,
Mengintip malu di balik bukit
Hingga terbitnya sempat terlihat dan terabadikan
Langkah terus berlanjut
Dalam hamparan pasir di kaki gunung
Ayun kakiku yang kian tertatih berat, dan letih
Pananjakan,
Telah menyentuh begitu banyak hati,
Untuk singgah atau sekadar menyapa
Memberikan sejuta pesona
Panorama yang memanjakan mata
Terbentang indah, mendiamkan hina
Tertegun akan sebuah nyata sabda alam
Tetaplah kau menjulang dan mendampingi alamku
Jangan kau hempaskan kami dengan dendam dan amarahmu
Pananjakan, 16 Juli 2024
Eni Wahyuni, S.Pd., M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia
MAN 2 Kota Malang