Jendela yang selalu terbuka di rumah Sayyidah Hafsah Binti Umar Ibn Khattab, mengarah langsung ke maqam Rasulullah, menjadi saksi bisu kerinduan dan keberkahan yang abadi
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM – Ingatkah anda tentang kisah Ukkaasyah yang menempelkan seluruh wajahnya ke perut Rasulullah karena kulit yang pernah bersentuhan dengan kulit Rasulullah tidak akan pernah terjilat api neraka? Dengan alasan ingin membalas cambukan Rasulullah, Ukkaasyah berhasil menempelkan seluruh wajahnya ke perut Rasulullah. Ukkaasyah menerima keberuntungan termasuk 70 orang yang dibahagiakan dengan surga tanpa hisab.
Keberuntungan seperti Ukkaasyah tentu diidamkan banyak orang. Meski tidak mungkin terjadi pada sahabat lainnya, mereka tetap berupaya memburu keberkahan dari apa yang pernah digunakan maupun ditempati Rasulullah. Dalam hadits riwayat Bukhari No. 415 dan riwayat Muslim No. 54, diceritakan bahwa Utban Ibn Malik memohon kepada Rasulullah Muhammad untuk datang ke rumahnya dan melakukan shalat di sana.
Utban berniat menjadikan tempat yang digunakan Rasulullah shalat sebagai mushalla. Permohonan ini diterima oleh Rasulullah yang datang bersama Abu Bakar dan kemudian menanyakan tempat yang ingin digunakan shalat. Utban menunjukkan tempat itu, dan mereka pun shalat bersama. Ummu Sulaim juga melakukan hal serupa dengan meminta Rasulullah datang ke rumahnya untuk shalat agar tempat itu bisa digunakan keluarganya.
Kisah-kisah dari hadits sahih ini menginspirasi Umar Ibn Abdul Aziz saat menjadi Gubernur Madinah untuk membuat masjid di tempat-tempat yang pernah didatangi atau digunakan Rasulullah untuk ibadah tertentu. Abdullah Ibn Umar juga menceritakan bagaimana mereka berkumpul di sebuah pohon yang pernah digunakan Rasulullah untuk melakukan baiat karena di tempat itu terdapat rahmat berlimpah dari Allah.
Bayangkan betapa beratnya hati kita jika tempat-tempat penuh berkah itu adalah milik pribadi yang diminta untuk diikhlaskan menjadi ruang publik, seperti yang dialami Sayyidah Hafsah Binti Umar Ibn Khattab. Saat ayahnya dan sahabat-sahabat lain memintanya merelakan rumah yang ia tempati bersama Rasulullah Muhammad untuk perluasan masjid, tentu saja tidak ada rayuan dan bujukan yang bisa meruntuhkan rindu Sayyidah Hafsah dan melepas keberkahan Rasulullah di rumahnya untuk orang banyak.
Setelah dirayu berkali-kali, bahkan oleh Sayyidah Aisyah, akhirnya Sayyidah Hafsah merelakan rumahnya digunakan untuk perluasan masjid dengan kompensasi rumah Abdullah Ibn Umar yang ada di sebelahnya diberikan kepadanya, dan di rumah itu dibuatkan jendela yang langsung mengarah ke maqam atau rumah Rasulullah. Jendela itu tidak boleh ditutup agar Sayyidah Hafsah bisa terus memandangi rumah dan maqam Rasulullah setiap kali beliau inginkan. Persyaratan ini disetujui, dan hingga kini kita bisa melihat jendela yang lurus dengan makam Rasulullah yang tidak pernah tertutup.
Para ulama salaf bahkan menegaskan bahwa jika ingin mengetahui posisi tepat wajah Rasulullah di maqam, maka wajah Rasulullah itu berada tepat di jendela yang selalu terbuka itu atau bila kepala kita tepat berada di bawah lampu di depan Syubbakul Muwaajahah Asy Syarifah.
Dari kisah ini, kita menyadari bahwa setiap kali kita melalui pintu Babussalam untuk mengucap salam kepada Rasulullah Muhammad, kita selalu melalui rumah Sayyidah Hafsah yang juga merupakan rumah Rasulullah. Jariyah Sayyidah Hafsah membuat kaki kita pernah menginjak di rumah Rasulullah. Di sana ada jejak kaki manusia yang paling mulia, Rasulullah.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita melewati dan mengucap salam dengan adab dan perilaku yang baik. Habib Shalih Ibn Ahmad Ibn Salim Alaydrus dalam kitabnya Irsyad al-Hair ila adab wa ad-iyah musafir wa al-hajj wal mu’tamir wa zaair halaman 284-285 menegaskan bahwa jika memungkinkan, di tempat itu pejamkan mata, penuh penghormatan kepada Rasulullah SAW dengan seluruh jiwa dan raga seolah-olah kita benar-benar melihat Rasulullah. Ucapan salam dianjurkan tanpa mengeraskan suara sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Hujurat ayat 2:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari."
Jariyah Sayyidah Hafsah membuat tapak kaki kita menginjak tempat yang pernah diinjak dan didiami Rasulullah yang pasti menebar keberkahan. Semoga Rasulullah menerima kita sebagai ummat dan memberikan syafaatnya. Wallahu a’lam.
Penulis: Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Gus Achmad Shampton