Gua Sajadah, Saksi Sejarah Janji Allah kepada Rasulullah Melalui Jibril

Admin JSN
12 Juli 2024 | 21.29 WIB Last Updated 2024-07-13T12:23:44Z

Catatan Perjalanan Haji Achmad Shampton Masduqi

MADINAH | JATIMSATUNEWS.COM - Madinah adalah tempat yang menyimpan banyak monumen sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam dakwah Islam. Mengetahui minat saya terhadap tempat bersejarah, Pak Safiq, yang biasa mengantar kami ke mana-mana, membantu saya mencari tahu tempat-tempat bersejarah ini. Kamis, 11 Juli 2024, Pak Safiq mengabarkan adanya gua yang disebut Gua atau Ghar Sajadah, tempat Rasulullah bersujud saat Perang Khandaq. Saya mencoba membuka Google Maps, dan ternyata tempat ini terdeteksi. Setelah salat Dzuhur, kami survei lokasi untuk mendakinya pada Jumat pagi usai Subuh.

Ghar Sajadah terletak di Gunung Silaa, sekitar 800 meter arah barat laut Masjid Nabawi. Usai salat Subuh, kami bertemu dengan Kang Abdul Aziz, teman dari Solo saat di Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah mendengar tujuan kami, Kang Abdul Aziz tertarik untuk ikut serta mendaki Gunung Silaa mencari Gua Sajadah. Awalnya saya ragu karena tempat ini diberi pagar besi dan tertulis area militer dilarang masuk. Namun, ada bagian pagar besi yang tampak sengaja dirusak atau dibuka paksa. Pak Safiq meyakinkan kami untuk naik dan insyaAllah tidak ada masalah.

Penelitian tempat-tempat bersejarah di Madinah pada era Umar Ibn Abdul Aziz, yang saat itu menjadi Gubernur Madinah, mengabadikan tempat-tempat ini dengan mendirikan masjid dan kubah di dalamnya agar umat tahu jejak-jejak Rasulullah. Namun, tempat ini sempat dihancurkan karena alasan politeisme. Untungnya, Ghar Sajadah termasuk peninggalan yang tersisa dan tidak dihancurkan.

Ghar Sajadah, atau Gua Bani Haram karena terletak di area distrik Bani Haram, menjadi saksi sejarah sejumlah besar peristiwa dalam sejarah Islam. Kita mungkin sering mendengar tentang Perang Khandaq atau Perang Parit yang diinisiasi oleh Salman Al-Farisi. Namun, tidak banyak yang mengetahui posisi Rasulullah saat itu. Menurut penelitian ulama pemerhati sejarah Nabi, pada malam-malam Perang Parit, Rasulullah biasa tidur di gua ini. Ditempat ini pula Rasulullah berdoa dalam sujudnya hingga Muadz Ibn Jabal yang awalnya mencari Rasulullah menemukan Rasul sedang bersujud lama hingga ia mengira Rasulullah meninggal dunia. Catatan Sejarah pencarian Muadz inilah yang membuat gua ini menjadi terkenal.

Mempraktekkan tidurnya nabi di gua sajadah sebagai mana dicontohkan rombongan dari afganistan

Muadz baru menyadari bahwa Rasulullah tidak wafat setelah beliau mengangkat dahinya. Muadz berkata, "Wahai Rasulullah, saya pikir Anda telah wafat.” Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa Jibril datang kepadanya dan berkata bahwa Allah bertanya, “Apa yang ingin saya lakukan terhadap umatku?” Rasulullah menjawab, “Allah mengetahuinya.” Jibril kemudian menyatakan bahwa Allah tidak akan menyakiti umatnya. Kisah di Ghar Sajadah ini menunjukkan bahwa tempat ini adalah saksi sejarah cinta kasih Rasulullah terhadap umatnya.

Menurut banyak catatan, di Ghar Sajadah ini, Rasulullah melubangi gua hingga kemudian muncul air yang menyembur darinya. Menurut riwayat Ibn Sahl, air mengalir di dalam gua itu dan aliran air masih terlihat di depannya. Sayangnya, saat saya mendaki gua ini, saya tidak menemukan posisi gua yang dilubangi dan memancarkan air tersebut. Berbeda dengan Sumur Ghars yang ada penunggunya, di Gua Sajadah atau Gua Bani Haram ini kami tidak menemukan siapapun yang bisa ditanya tentang sejarah rinci yang dilakukan Rasulullah.

Di puncak Gunung Silaa, kami bertemu dengan tiga orang dari Afghanistan yang sayangnya tidak bisa berbahasa Arab. Dengan bahasa isyarat, mereka menjelaskan bagaimana Rasulullah beristirahat di gua kecil itu. Gunung Silaa yang menopang Ghar Sajadah ini menjadi saksi bisu 10.000 pasukan Ahzab, gabungan orang Quraisy dan Yahudi Bani Nadzir, berkumpul di bawah kakinya. Sementara sebagian besar pasukan kaum muslimin mendirikan tenda tidak jauh dari Uhud dan berada di seberang parit dalam kawasan Madinah.

Saat menuruni Gunung Silaa, usai membaca burdah di Ghar Sajadah, kami bertiga tetap dalam kebingungan bagaimana parit itu digali di antara gunung batu. Bukan seperti gunung-gunung tanah yang mudah digali di Indonesia. Subhanallah, kami merasakan beratnya perjuangan Rasulullah dalam mempertahankan Madinah yang beliau cintai. Wallahu a’lam.

Penulis: H. Achmad Shampton Kepala Kantor Kemenag Kota Malang 






Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gua Sajadah, Saksi Sejarah Janji Allah kepada Rasulullah Melalui Jibril

Trending Now