Tim PKM Zeatis UM Manfaatkan Limbah Kulit Jagung dan Daun Pandan Wangi dengan Ekstrak Antibakteri Menjadi Tisu Basah

Eko Rudianto
19 Juni 2024 | 14.49 WIB Last Updated 2024-06-21T10:10:07Z


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). 5 mahasiswa Universitas Negeri Malang juga mengikuti program ini, kelima mahasiswa itu diantaranya Alda Alfina (Pend. Biologi),  Desy Sofiatul Fitriani (Pend. Biologi), Khofifah Ilma Santika (Pend. Biologi), Vanesha Eka Putri Purtikasari (Pend. Tata Niaga) serta Rency Kireina Jovanka (Pend. Kimia).

Kelima mahasiswa itu, kemudian sepakat untuk memberi nama timnya sebagai Zeatis. Disisi lain, untuk memperoleh pendanaan mereka telah melalui proses yang panjang, mulai dari seleksi tingkat fakultas, universitas, hingga tingkat nasional. Untuk merealisasikan penelitiannya ini, tim Zeatis telah bekerjasama dengan Petani Jagung dan Daun Pandan untuk memasak bahan baku. 

Alda Alfina, kezua tim Zeatis mengatakan bahwa kegiatan PKM ini telah memberikan kepada diri dan teman-temannya banyak pengalaman baru sebab prosesnya yang begitu panjang.

"Ajang PKM ini memberikan banyak pengalaman baru karena prosesnya yang cukup lama, yaitu dari bulan April hingga Oktober" ujar Mahasiswa Pendidikan Biologi ini.

Disisi lain, dia menyebutkan kelebihan dari produknya yang ramah lingkungan karena mudah terurai, aman tidak mengandung alkohol, pewangi buatan , pemutih buatan dan paraben.

"Zeatis ini terbuat dari kulit jagung dengan ekstrak antibakteri daun pandan wangu sehingga lebih ramah lingkungan karena mudah terurai serta lebih aman karena tidam mengandung alkohol, pewangi, pemutih dan paraben" lanjutnya.

Alda juga mengungkapkan bahwa produknya memiliki tekstur yang lembut, terdapat kandungan vitamin E yang berfungsi melembabkan kulit serta memberikan efek rileksasi yang berasal dari aroma alami daun pandan wangi.

"Zeatis memiliki tekstur yang lembut, terdapat kandungan vitamin E yang dapat melembabkan kulit, serta memiliki aroma alami dari daun pandan wangi yang memberika efek rileksasi" tuturnya.

Tak terhenti sampai disitu, ia juga menambahkan bahwa dirinya bersama keempat temannya telah menciptakan produk tisu basah biodegradable yang bjsa menggantikan tisu basah dari serat sintesis yang mana membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai. Produk tisu basah ini juga telah teruji secara dermatology dan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman untuk anak berusia dibawah 2 tahun.

Saat menjelaskan kepada kontributor jurnalis Jatim Satu News, tim Zeatis juga memaparkan secara lengkap kajian ilmiahnya yang dapat dirangkum sebagai berikut :

Tisu basah merupakan salah satu jenis tisu yang diberi tambahan pembasah berupa cairan atau semi cair, yang berfungsi untuk desinfeksi, pembersihan, dan antibakteri (Fadilah dkk., 2023). Penggunaan tisu basah mengalami peningkatan sejak awal Covid-19 hingga saat ini. Selain itu berdasarkan survei yang dilakukan oleh Sigma Research kepada 1.200 Ibu yang memiliki anak berusia di bawah 2 tahun di 11 kota besar di Indonesia, hampir 70% Ibu menggunakan tisu basah untuk kebutuhan sehari-hari anaknya. Biasanya ibu menghabiskan 6 – 10 lembar tisu basah setiap hari, atau bahkan dapat mencapai lebih dari 15 lembar per harinya. 

Jika ditinjau dari jumlah sampah yang ada di Indonesia per 1 Februari 2023 adalah 18,3 juta ton, dan hanya dapat ditangani sebesar 26,73 per tahunnya. Dari sampah-sampah ini, tisu basah menyumbang sekitar 25.000 ton (Ibrahim, dkk., 2024). Tisu basah yang tersedia saat ini dibuat dari serat sintetis, terdiri dari 30% serat viscose, 70% serat poliester, dan hampir 90% mengandung plastik. Penggunaannya yang cenderung sekali pakai dapat menimbulkan masalah lingkungan karena kandungan serat poliester yang sulit terurai (Zhang, 2021). 

Selulosa dapat menjadi alternatif untuk menggantikan kandungan serat poliester. Selulosa merupakan biopolimer alami yang dapat diperoleh dari sumber-sumber tanaman, dapat terurai secara biologis, dan tidak beracun (Fadilah dkk., 2023). 

Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan alternatif bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Saat ini, sudah terdapat tisu basah yang terbuat dari bambu, namun masih terdapat kekurangan berupa keterbatasan bahan utama sehingga mempengaruhi harga produk dan ketersediaan produk. Oleh karena itu, diperlukan alternatif bahan lain yang bahan utamanya lebih melimpah serta harganya lebih murah, salah satunya limbah kulit jagung dengan ekstrak antibakteri daun pandan wangi. 

Tanaman jagung menjadi salah satu makanan pokok yang banyak dikonsumsi di Indonesia sehingga menghasilkan limbah alami yang melimpah akibat tingginya konsumsi (Darmayanti dkk., 2020). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi jagung nasional pada tahun 2023 mencapai 14,46 juta ton (BPS, 2023). Hanya 5% dari keseluruhan tanaman jagung digunakan untuk keperluan pangan, sementara 95% sisanya, seperti batang, daun, kulit, dan tongkol jagung,  merupakan limbah alami (Manasikana dkk., 2019). 

Salah satu limbah yang dari tanaman jagung yang belum termanfaatkan secara optimal adalah kulit jagung. Pemanfaatan limbah kulit jagung belum optimal karena mayoritas dibakar oleh petani sehingga menyebabkan polusi udara, sisanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, keperluan industri, dan dibiarkan membusuk (Nelson dkk., 2023).

Kulit jagung memiliki kandungan selulosa cukup banyak yaitu sekitar 42%, yang belum dimanfaatkan secara maksimal (Rahmidar dkk., 2018). Kandungan selulosa yang cukup tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai tisu basah biodegradable. 

Keunggulan tisu basah dari limbah kulit jagung ini mudah didapatkan, ringan, dan mudah terurai secara alami (biodegradable). Saat ini belum banyak industri yang memanfaatkan kandungan selulosa dari limbah kulit jagung sebagai bahan baku tisu basah sehingga akan memperluas peluang pasar. 

Selain menggunakan limbah kulit jagung sebagai bahan baku utama, tisu basah ini menggunakan ekstrak antibakteri dari daun pandan wangi. Daun pandan wangi memiliki beragam aktivitas farmakologi, seperti bersifat antibakteri, antidiabetes, antikanker, dan antioksidan (Rachmawati, 2023). Senyawa kimia yang terdapat dalam pandan wangi meliputi flavonoid, alkaloid, fenolik, terpenoid, dan steroid yang memiliki efek antibakteri. 

Penambahan ekstrak daun pandan wangi ini bertujuan mengurangi bahan kimia yang terkandung dalam tisu basah seperti  metilisotiazolinon (MIT) dan triklosan, serta mengurangi komposisi alkohol sebagai antibakteri.

Produk PKM-K ini menerapkan konsep zero waste industry dengan memanfaatkan limbah kulit jagung sebagai bahan baku pembuatan tisu basah untuk mengurangi pencemaran udara akibat pembakaran kulit jagung. Konsep ini mendukung SDGs poin ke 12 yaitu menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, dengan target berupa terwujudnya manajemen yang berkelanjutan untuk mengurangi limbah kulit jagung melalui pemanfaatan menjadi produk yang lebih ekonomis (Bappenas, 2023). 

Strategi pemasaran yang diterapkan dalam usaha ZEATIS adalah Green Marketing sesuai dengan karakteristik produk yaitu memanfaatkan limbah kulit jagung sebagai bahan baku utama produk tisu basah yang lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi limbah. Pemasaran dilakukan secara online dan offline, meliputi (1) Penjualan secara online melalui marketplace seperti [Shopee: @zeatis.um], [Lazada: @zeatis.um] dan [Tiktok shop: @zeatis.um] dan dengan melakukan promosi melalui akun media sosial [Instagram: @zeatis.um], [Facebook: Zeatis], dan [Website] dengan menerapkan strategi promosi AIDA (Attention; Interest; Desire, Action); (2) Melakukan promosi dan pemasaran dengan mengikuti bazar pada acara Car Free Day Kota Malang; serta (3) Melakukan konsinyasi yaitu dengan menitipkan produk kepada mitra.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tim PKM Zeatis UM Manfaatkan Limbah Kulit Jagung dan Daun Pandan Wangi dengan Ekstrak Antibakteri Menjadi Tisu Basah

Trending Now