BANGKALAN | JATIMSATUNEWS.COM – Kuasa Hukum sekaligus Sekretaris DPC PERADI Bangkalan, Moh Hidayat mengungkapkan, pihaknya akan terus memperjuangkan siapapun, bukan semata Hasan dan Wardi, tetapi masyarakat Bangkalan yang tidak mendapatkan keadilan atau diskriminasi.
“𝙏𝙖𝙙𝙞 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙖𝙞𝙩 𝙨𝙞𝙙𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖 𝙠𝙡𝙞𝙚𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙞, 𝙃𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙧𝙙𝙞. 𝘿𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖𝙖𝙣, 𝙠𝙡𝙞𝙚𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙪𝙖𝙨 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙖𝙨𝙖𝙡 340 𝙙𝙖𝙣 338 (𝙆𝙐𝙃𝙋),” ungkap Hidayat usai gelaran sidang.
Sidang dengan agenda pembacaan dakwaan itu dipimpin langsung Ketua Pengadilan Negeri Bangkalan, Erlina Widikartikawati, Rabu (22/05/2024).
“𝙏𝙖𝙢𝙥𝙖𝙠 𝙝𝙖𝙙𝙞𝙧 𝙥𝙪𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙠𝙖𝙠 𝙠𝙖𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖, 𝙨𝙚𝙧𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙟𝙪𝙢𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙧𝙖𝙗𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖. 𝙆𝙖𝙢𝙞 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙚𝙠𝙨𝙚𝙥𝙨𝙞 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙝𝙖𝙙𝙖𝙥 𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙟𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙣𝙩𝙪𝙩 𝙪𝙢𝙪𝙢. 𝙈𝙚𝙣𝙪𝙧𝙪𝙩 𝙝𝙚𝙢𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙠𝙪 𝙥𝙚𝙣𝙖𝙨𝙚𝙝𝙖𝙩 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢, 𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙛𝙖𝙠𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖. 𝙆𝙖𝙢𝙞 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙪𝙨𝙪𝙣 𝙨𝙩𝙧𝙖𝙩𝙚𝙜𝙞 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙤𝙞𝙣-𝙥𝙤𝙞𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙥𝙖𝙥𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙙𝙚𝙥𝙖𝙣,” terang Hidayat.
Bachtiar Pradinata, kuasa hukum lainnya, menegaskan bahwa kehadiran DPC PERADI Bangkalan bukan semata untuk mencari pihak yang benar atau salah, tetapi untuk meluruskan permasalahan hukum pada porsinya sehingga tidak berkembang opini berbeda dari fakta sebenarnya.
"𝙆𝙖𝙢𝙞 𝙮𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙟𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙣𝙩𝙪𝙩 𝙪𝙢𝙪𝙢 𝙩𝙚𝙧𝙢𝙖𝙨𝙪𝙠 𝙢𝙖𝙪𝙥𝙪𝙣 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞 𝙠𝙪𝙖𝙨𝙖 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖, 𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝, 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙞𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙩𝙚𝙧𝙞𝙞𝙡. 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙨𝙪𝙧𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙠𝙬𝙖𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙟𝙖𝙠𝙨𝙖 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙣𝙩𝙪𝙩 𝙪𝙢𝙪𝙢 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙛𝙖𝙠𝙩𝙖 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠?,” tegas Bachtiar.
Diketahui pihak kepolisian Polres Bangkalan menerjunkan sedikitnya 96 personel sebagai langkah antisipasi di bawah kendali Wakapolres Bangkalan, Kompol Andi Febrianto.
Diberitakan sebelumnya, bahwa telah terjadi peristiwa carok pada 12 Januari 2024 malam sekitar pukul 19:00 WIB. Beberapa menit kemudian, video-video peristiwa carok beredar masif di media sosial mulai Jumat malam sekitar pukul 19:45 WIB. Dari tragedi berdarah itu, sebanyak empat orang meregang nyawa.
Empat korban itu berinisial NJR (42), warga Desa Larangan Timur, kemudian MHF (45), warga Desa Bumi Anyar, serta MTJ (45) dan MTD (26), warga Desa Larangan Timur Kecamatan Tanjung Bumi. Dua nama korban terakhir berstatus sebagai kakak beradik.
Selanjutnya Satreskrim Polres Bangkalan menangkap Hasan Basri dan Wardi berikut sejumlah barang bukti di antaranya celurit dan pisau. Kemudian kakak beradik itu ditetapkan sebagai tersangka dan dilakukan penahanan sejak 13 Januari 2024 lalu.
Dalam sidang pembacaan dakwaan yang disampaikan Jaksa Penuntut Umum, Hasan dan Wardi didakwa Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dengan hukuman seumur hidup atau Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke (1) KUHP dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Di sisi lain, Moh Hosen, Aktivis Komite Anti Korupsi Indonesia (KAKI) Dewan Pimpinan Wilayah Provinsi Jawa Timur, mengatakan bahwa Hasan dan Wardi melakukan bela diri demi keselamatan.
Pembelaan diri merupakan hak dan kewajiban yang dijamin oleh undang-undang kepada seseorang untuk memelihara dan menjaga keselamatan hidupnya, baik keselamatan jiwa, keselamatan harta benda, maupun kehormatannya.
"𝙃𝙖𝙡 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙃𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙧𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙝𝙖𝙠𝙞𝙠𝙖𝙩𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙣𝙖𝙡𝙪𝙧𝙞 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙝𝙖𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙝𝙖𝙩 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙞𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙢𝙚𝙧𝙪𝙨𝙖𝙠 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙧𝙪𝙜𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙬𝙖𝙣 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢," jelasnya
Pada kejadian tersebut Hasan memberikan kesaksian bahwa Mat Tanjar melakukan kekerasan terlebih dahulu dengan menampar dan mengajak untuk bertarung (Carok) kepadanya. Sedangkan Hasan waktu itu tidak mau berkelahi bahkan minta persaudaraan namun dipaksa untuk melakukan perkelahian akhirnya terjadilah pertumpahan darah.
Dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP disebutkan: '𝙱𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚙𝚊𝚔𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚞𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚎𝚕𝚊𝚊𝚗, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚊𝚗𝚌𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚠𝚊𝚗 𝚑𝚞𝚔𝚞𝚖, 𝚝𝚎𝚛𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚖𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗; 𝚝𝚎𝚛𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙 𝚔𝚎𝚑𝚘𝚛𝚖𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚜𝚒𝚕𝚊𝚊𝚗 (𝚎𝚎𝚛𝚋𝚊𝚊𝚛𝚑𝚎𝚒𝚍) 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚗𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚖𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗, 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚒𝚙𝚒𝚍𝚊𝚗𝚊.'
"𝙆𝙖𝙢𝙞 𝙨𝙖𝙧𝙖𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙃𝙖𝙠𝙞𝙢 𝙙𝙞 𝙋𝙚𝙣𝙜𝙖𝙙𝙞𝙡𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙅𝙋𝙐 𝙙𝙞 𝙆𝙚𝙟𝙖𝙠𝙨𝙖𝙖𝙣 𝙉𝙚𝙜𝙚𝙧𝙞 𝘽𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙗 𝙖𝙠𝙞𝙗𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙨𝙖𝙡 𝙢𝙚𝙣𝙫𝙤𝙣𝙞𝙨 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙪𝙣𝙩𝙪𝙩𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙥𝙚𝙧𝙠𝙖𝙧𝙖 𝙞𝙣𝙞. 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙞𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙧𝙤𝙣𝙤𝙡𝙤𝙜𝙞 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙙𝙞𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙠𝙚𝙩𝙚𝙧𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙠𝙨𝙞, 𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙃𝙖𝙨𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙧𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙪𝙥𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙥𝙞𝙝𝙖𝙠 𝙠𝙤𝙧𝙗𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙖𝙧𝙪𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙩𝙪𝙢𝙥𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙖𝙝,” ungkap Aktivis KAKI, Jumat (24/05/2024).
Pewarta: Fc. | Editor: Fachry