BOJONEGORO | JATIMSATUNEWS.COM: Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak sejarah, Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 28 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Margomulyo yang memiliki sebuah desa dengan destinasi budaya yang bernamakan Kampoeng Thengul. Menariknya kampoeng thengul bahkan meraih beberapa prestasi diantaranya, Juara 1 Bojonegoro Innovation Award 2023, hingga Juara 3 Festival Dokumenter Budi Luhur (FDBL) Nasional 2022.
Kampoeng Thengul merupakan gerakan kebudayaan yang didirikan oleh warga Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2022. Kampoeng ini dibentuk untuk membantu pengrajin wayang memasarkan hasil karyanya, selain itu untuk mendorong pemanfaatan dan pemberdayaan seni wayang Thengul, yang merupakan kesenian tradisional asli Kabupaten Bojonegoro.
Kesenian Jaranan
Nama Kampoeng Thengul dipilih untuk mempertahankan dan memperkuat merek thengul. Tidak hanya untuk memasarkan kerajinan, Kampoeng Thengul kini adalah rintisan wisata budaya. Di dalamnya juga terdapat sanggar tari, edukasi, hingga pagelaran.
Wayang Thengul mirip dengan wayang golek, namun memiliki perbedaan utama dalam cerita yang diangkat dan karakter tokoh yang ditampilkan. Cerita yang diangkat lebih banyak mengambil cerita rakyat, seperti cerita Kerajaan Majapahit, cerita Panji, dan cerita para wali.
Wayang Thengul dibalut pakaian sesuai cerita yang dibawakan. Saat membawakan ceritanya, tangan dalang akan masuk ke dalam bawah baju dan menggerak-gerakan wayang thengul dengan jari telunjuk dan ibu jari, sedangkan tiga jari yang lain memegang tangkai wayang. Wayang Thengul menggunakan perangkat boneka kayu bulat dan tebal. Bagian bawah dan kaki dibalut dengan pakaian dan kain (sarung) di mana tangan sang dalang masuk ke dalamnya.
Dalang wayang thengul
Wayang Thengul diciptakan pada tahun 1930 oleh Ki Samijan, pemuda asal Bojonegoro yang terinspirasi dari pagelaran wayang Golek Menak dari Kudus. Nama wayang Thengul berasal dari kata dasar "methentheng" dan "methungul".
Methentheng memiliki arti dalang harus mengeluarkan tenaga ekstra (methentheng) saat mengangkat wayang yang terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi. Sementara menthungul berarti wayang yang diangkat dalang muncul dan dapat dilihat penonton (menthungul).
Di Kampoeng Thengul, selain pertunjukan Wayang Thengul, terdapat beragam kegiatan kultural lainnya yang memperkaya pengalaman wisatawan dan mempromosikan warisan budaya Bojonegoro. Beberapa kegiatan kultural yang dapat ditemui di Kampoeng Thengul antara lain:
1. Tari Thengul: Tarian khas Bojonegoro yang dipentaskan sebagai tarian penyambutan atau tari selamat datang. Tarian ini melibatkan 5 hingga 10 penari putri dengan iringan gamelan.
2. Wayang Krucil: Wayang khas Bojonegoro yang dibuat dari kayu jati. Cerita yang diangkat dalam pertunjukan Wayang Krucil berasal dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit.
3. Tayub Bojonegoro: Seni tari pergaulan tradisional yang populer di masyarakat Bojonegoro. Tarian ini biasanya dilakukan oleh para pria dengan diiringi tembang Jawa yang dilantunkan oleh para Waranggono, yang umumnya wanita-wanita cantik dengan kebaya dan berdandan khas Jawa.
Selain itu, Kampoeng Thengul juga menawarkan aneka souvenir bertema Thengul, serta kuliner dorambil atau dorayaki krambil yang merupakan bagian dari pengalaman budaya yang unik di kampoeng tersebut.