MALANG | JATIMSATUNEWS.COM:
Salah satu destinasi wisata yang kerap dikunjungi wisatawan untuk mencari udara segar adalah gunung. Salah satunya adalah Gunung Penanggungan. Letaknya mencakup dua kabupaten di sisi barat kabupaten Mojokerto sedangkan di sisi timur kabupaten Pasuruan. Gunung ini memiliki ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini awalnya memiliki nama Gunung Pawitra yang dikenal sejak abad ke 10 M. Nama ini tertulis dalam Prasasti Cunggrang yang ditemukan di desa Sukci di kaki Gunung Penanggungan di sisi sebelah timur.
Prasasti Cunggrang dikeluarkan oleh raja Mataram Kuno Mpu Sindok. Prasasti ini menyebutkan keberadaan sebuah pertapaan dan sumber air pawitra (petirtaan belahan). Dalam Nagarakertagama karya Mpu Prapanca juga disebut nama “Pawitra”. Disebutkan bahwa di Gunung Pawitra terdapat pemandian dan pertapaan air.
Gunung ini disebut Gunung Pawitra karena memang memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dikarenakan dari kaki sampai mendekati puncak dipenuhi situs kepubarkalaan seperti petirtaan maupun candi. Sebut saja ada petirtaan Jolotundo di sebelah barat dan sebelah timur petirtaan belahan.
Adapun tempat bersejarah terkait dengan lokasi gunung di atas adalah Candi Belahan, mungkin Anda jarang mendengar nama candi ini. Mahakarya dari para leluhur kita yang satu sungguh menakjubkan untuk kita kupas sampai tuntas.
Letak geografis candi ini terletak di dusun Belahan desa Wonosonyo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Ketika kita telusuri lebih detail kita akan mendapati adanya air suci yang dipercaya sebagai air suci keabadian yakni Tirta Amerta yang menjadi minuman para dewa.
Konon katanya, air ini memancar dari payudara Dewi Sri dan Dewi Laksmi yang merupakan permaisuri dari raja Airlangga. Petirtaan ini diyakini dibangun pada jaman Airlangga raja Kahuripan tahun 1009 Masehi.
Prabu Airlangga tak lain menantu raja Dharmawangsa Teguh, konon dengan minum air ini maka akan awet muda dan juga bisa mengobati penyakit jadi tak heran jika banyak warga yang mengambil air dengan membawa jeriken.
Situs ini tempatnya sangat bersih terawat. Untuk mencapai tempat ini, kita melalui jalan yang tidak terlalu lebar yang dikelilingi oleh pohon-pohon di lereng Gunung Penanggungan. Semakin dekat tempatnya semakin menanjak trek yang dilalui.
Suhu yang sejuk khas suasana pedesaan membawa aura ketenangan bagi siapa pun yang berkunjung ke situs ini. Belum lagi ada sapaan hangat dari penduduk sekitar yang desanya sering dilewati para wisatawan.
Pengunjung relatif betah berada di situs ini meskipun hanya sekedar rekreasi menghilangkan kejenuhan rutinitas. Apalagi setiap tahun di situs Candi Belahan diselenggarakan festival yang bertujuan untuk selamatan mata air di kolam mata air.
Setelah acara selamatan di mata air usai, dilanjutkan dengan kegiatan makan tumpeng yang sudah diberikan doa bersama. Acara ini diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan Pemerintah Desa setempat.
Setelah acara makan berakhir, diikuti pagelaran seni seperti gamelan, atraksi jaranan, barongan dan tari-tarian. Pada kegiatan ini juga ada produk-produk UMKM dari desa setempat yang bisa dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh sekaligus kenang-kenangan telah berkunjung ke tempat bersejarah ini.
Anda penasaran? Yuk datang ke sini sambil mengajak seluruh anggota keluarga dan sahabat Anda.
Supriyanto, SE. M.Pd adalah Pengurus Komunitas GBL(Gerakan Budaya Literasi) Sidoarjo