Foto: Bobo.id
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS. COM: Saya sebagai salah satu alumni siswa yang getol terhadap ekskul pramuka, tentu cukup kaget saat mendengar ekskul pramuka dihapus dari ekskul wajb sekolah. Ada-ada saja nih Pak Menteri!
Spontan kubuka beberapa berita dan postingan youtube yang memberitakan dihapusnya ekskul pramuka dari ekskul wajib sekolah oleh Pak Menteri Nadiem Makarim. Hal itu diperkuat dengan adanya Permendikbudristek Nomor 12 tahun 2024 tentang kurikulum pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah.
Secara otomatis, peraturan di atas membatalkan aturan yang menjadikan pramuka sebagai ekskul wajib, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 63 tahun 2014. Dan tentu, terdapat pro-kontra di dalamnya.
Sekilas awalnya, aku termasuk barisan yang kontra dengan kebijakan Pak Nadiem itu. Mengingat ekskul pramuka dipandang sebagai ekskul yang sangat efektif untuk membagun kreativitas, membentuk jiwa kepemimpinan, dan kemandirian siswa. Teman-teman yang anak pramuka pasti juga merasakan demikian.
Namun setelah dipikir-pikir kembali, kebijakan Pak Nadiem yang mengganti pramuka dari ekskul wajib menjadi sukarela ada benarnya juga. Hal ini berhubungan dengan kurikulum merdeka yang diperkenalkan oleh Pak Nadiem sendiri.
Melihat Orientasi Kurikulum Merdeka
Berhubung kebijakan kurikulum-13 diganti dengan kurikulum merdeka (kurmed), maka diubahnya kewajiban ekskul pramuka menjadi bersifat sukarela jelas adalah bagian dari usaha kurmed.
Perlu diingat kembali, bahwa Kurmed memberikan wewenang kepada guru untuk merancanakan pembelajaran sesuai konteks, kebutuhan peserta didik, dan mengatur pola belajar sesuai kondisi satuan pendidikan. Tentunya, kurmed juga berfokus pada pengembangan minat dan bakat siswa.
Nah dari situ, tentu tidak semua siswa berminat dan berbakat dalam bidang kepramukaan. Sehingga, Pak Nadiem merasa perlu untuk membebaskan aturan "Wajib" menjadi "Sukarela" agar siswa bisa lebih fokus pada minat dan bakatnya masing-masing.
Selain itu, catatan penting yang perlu diingat oleh setiap orang adalah, bahwa pramuka bukan satu-satunya jalan untuk membangun krearivitas, membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan, serta melatih siswa untuk hidup mandiri.
Meningkatkan Kreativitas
Diakui atau tidak, pramuka memang menjadi salah satu ekskul untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas. Namun, yang tak kalah penting adalah pemahaman tentang kreativitas yang begitu luas. Tidak hanya yang berhubungan dengan permainan, penjelajahan, dan beragam program yang ada di dalam ekskul pramuka.
Mengutip dari buku Haidar Bagir berjudul "Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia", kreativitas dimaknai sebagai kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru yang orsinal dan appropriate (cocok untuk mencapai hasil yang diinginkan) dengan sebaik-baiknya.
Jadi, dari definisi di atas, kreativitas sudah bisa dibangun sejak dalam alam pikiran. Itu berarti semua ekskul (tak hanya pramuka) berpotensi untuk meningkatkan kreativitas. Tentunya dengan cara dan jalannya masing-masing.
Selain itu, pola pembelajaran yang dibawakan guru juga sangat berpengaruh terhadap kreativitas siswa. Apalagi kurmed sudah memerdekakan guru dan siswa. Jadi jangan sampai, kemerdekaan itu malah menjelma kebebasan tanpa arah. Dan jangan dikira, dihapuskannya ekskul pramuka sebagai ekskul wajib berakibat hilangnya kreativitas dari muka bumi.
Membentuk Karakter
Selain kreativitas, ekskul pramuka juga identik dengan pembentukan karakter siswa.
Istilah “karakter” sendiri berasal dari kata charassein (bahasa Yunani) yang bermakna mengukir (to engrave), atau memahat. Sedangkan dalam etimologi jawa disebut “Budi” berarti nalar, pikiran atau watak. Gampangnya, karakter adalah watak yang membentuk pola pikir, sikap dan perilaku sehari-hari siswa.
Artinya, karakter bisa dibentuk melalui banyak jalan dan cara. Mulai dari memberikan teladan yang baik oleh guru pada siswa, melalui pembelajaran formal dalam kelas, bahkan melalui ekskul-ekskul lain yang sudah diatur sedemikian rupa. Jadi please, jangan beranggapan bahwa kreativitas mutlak hanya ada di ekskul pramuka.
Mirisnya, atas dasar membentuk dan menjaga karakter, muncul beberapa orang yang menyerang Pak Nadiem atas kebijakannya terhadap ekskul pramuka. Seperti yang dikatakan Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, bahwa keputusan Nadiem Makariem terbilang kebablasan.
Ada juga Kadivhubinter Polri Irjen Khrisna Murti yang bilang kalau pramuka tak lagi wajib, imbasnya siswa bisa saja lebih memilih media sosial. Ditambah lagi dosen psikologi Universitas Paramadina Jakarta yang bilang Indonesia saat ini krisis kepemimpinan. Dan pramuka hadir sebagai paket komplit untuk mendidik aspke kepemimpinan.
Sungguh, bagi saya, komentar dan tanggapan di atas tiada lain ialah sebatas ketakutan yang berlebihan. Seharusnya, kita harus lebih fair menanggapi kebijakan Pak Nadiem yang saya rasa, ingin menyinkronkan ekskul dengan konsep kurmed.