Oleh: KH. Achmad Shampton, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Dalam hadist riwayat Muslim, Rasulullah SAW menegaskan bahwa barang siapa yang melakukan puasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka pahala yang didapatkan sama dengan berpuasa selama satu tahun. Pahala yang sangat besar.
Memang bukan perkara ringan berpuasa setelah menjalani puasa sebulan. Apalagi di bulan syawal banyak makanan dan minuman tersuguh karena kesyukuran. Itulah kenapa walisongo membudayakan hari raya ketupat.
Memberi kebanggaan kepada mereka yang berpuasa dengan hari raya lagi setelah berpuasa 6 hari. Memang tidak harus berturut-turut, tetapi puasa langsung enam hari yang dimulai tanggal 2 syawal akan lebih meringankan. Itulah kenapa pada 8 Syawal diperingati hari raya ketupat.
Sejarah lebaran ketupat atau sering disebut bada ketupat, memang tidak jelas sejak kapan, tetapi masyhur dari mulut ke mulut, hari raya ketupat dikaitkan dengan salah satu Walisongo, yakni Sunan Kalijaga. Dahulu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah yaitu, Bada Lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul fitri, dan Bada Kupat (lebaran ketupat) yang merupakan perayaan sepekan setelah Idul Fitri.
Kenapa harus dengan simbol ketupat? Kyai Masduqi Mahfudz dalam sebuah ceramahnya menegaskan bahwa ketupat adalah kepanjangan dari ngaku lepat atau mengaku salah. Saat mengakui kesalahan menjadi sesuatu yang sulit disampaikan, lebaran ala jawa malah mengajarkan untuk mengungkapkan ngaturaken sedoyo kelepatan nyuwun ngapunten. Menghaturkan seluruh salah, mohon dimaafkan. Dan disimbolkan dengan ketupat.
Proses pembuatan ketupat dari janur, sebagai lambang kebahagiaan, jaa nur, datangnya cahaya. Ketupat dianggap berhasil bila beras yang dimasak didalam anyaman janur itu berhasil berkumpul menjadi satu tidak ada yang terpisah sebagai perwujudan “al-muslimu lil muslimi kal jasadil wahid” sesama muslim itu seperti satu tubuh. Cahaya akan datang bila seseorang bersatu dalam satu kesatuan. Janur meliputi ketupat.
Untuk menjaga kesatuan dalam satu tubuh, dibutuhkan kebersamaan. Kebersamaan akan langgeng dengan senantiasa memaafkan kekurangan masing-masing.
Setiap hari raya kita sering mendengar hadits tentang muflis, orang yang merugi yang diceritakan bahwa orang yang rugi adalah orang yang memiliki banyak amal, tetapi kemudian amalnya tidak memberikan manfaat kepada dirinya sendiri karena harus diberikan kepada orang lain yang ia sakiti dan memaafkan. Disinilah makna meminta maaf pasca ramadan. Allah menghapus seluruh dosa yang menjadi haqqullah dan kita meminta maaf kepada sesama untuk menghilangkan dosa hak adami.
Perayaan hari raya ketupat biasanya dilakukan dengan mengirim hantaran ketupat dan lepet.
Tanpa menyebut referensinya, Kyai Masduqi sering menyatakan bahwa ketupat disamping menjadi simbol pengakuan salah, ia juga simbol perempuan karena untuk mengkonsumsi harus dibelah seperti (maaf) kemaluan perempuan.
Sementara lepet, sebagai simbol lelaki yang mendampingi ketupat saat disuguhkan. Sebagai simbol setiap mahluk Allah diciptakan berpasang-pasangan. Ada lelaki ada perempuan, ada darat ada perairan.
Kalau ketupat berbahan beras, lepet berbahan beras ketan. Lepet di bungkus dengan tiga tali sebagai simbol bahwa setiap manusia akan mati dibungkus kain kafan yang diikat minimal tiga tali.
Lepet yang enak adalah lepet yang paling banyak santan kelapa dan kacangnya. Sebagai perlambang bahwa seorang yang mati dan yang akan diingat adalah amal ibadahnya selama hidupnya. Yang akan menyelamatkan jasad manusia dari siksa Allah dikubur maupun diakhirat nanti adalah amal ibadahnya selama hidupnya.
Puasa syawal yang 6 hari boleh dijalankan dengan berturut-turut boleh pula dijalankan secara terpisah selama bulan syawal. Hal ini menunjukkan betapa lenturnya hak Allah. Sementara hak adam harus dipenuhkan secara lebih bertanggung jawab dan lebih kaku. Karena kesalahan yang berkait hak adam tidak akan dimaafkan Allah kecuali anak adam itu memaafkan.
Hari raya ketupat mengajarkan bahwa ajaran Islam lebih menekankan pada setiap muslim agar lebih memperhatikan hak sesama manusia dan menyadari bahwa agama mendorong kita untuk terus berupaya memanusiakan manusia sebagai perwujudan upaya qurbah.
Disadur dari: https://dzinnuha.pesantren.web.id/?p=362