Tradisi Halal bi Halal dan Sungkeman bersama keluarga kepada orangtua setelah sholat Idul Fitri |
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Tradisi halal bi halal umat islam di Indonesia tergolong unik sedunia, dimana perayaan idul fitri ini memang begitu dirayakan sedemikian besarnya, bahkan barusaja UNESCO menetapkan sebagai hari libur internasional berkat pengajuan negara Indonesia salahsatunya. Tak hanya perayaan idul fitri yang dilakukan kuranglebih satu pekan saja, bahkan masyarakat Indonesia khususnya suku jawa, menciptakan suatu hidangan khas Jawa yang mana hanya sebagian besar dimasak saat hari raya idul fitri saja yaitu ketupat dan lontong idul fitri.
Lantas bagaimana konsep saling memaafkan dihari fitri itu yang benar, menurut teori kemanusiaan, sudah saatnya kita introspeksi diri atau muhasabah sebenarnya bagaimana dan apakah perilaku kita sudah tergolong memaafkan dan memperoleh predikat minal aidzin wal faidzin. Maka saya akan mengulas teori itu dalam artikel dibawah ini.
Kalau prinsipnya mata dibalas mata, maka seluruh dunia manusia akan buta. Semua orang pernah salah, semua orang pernah keliru. Kalau dasar perbuatan kita adalah balas membalas, rusak dunia ini. Memaafkan itu bukan prilaku insidental, namun perilaku permanen, maka harus dilatih agar kita menjadi pribadi yang mudah memaafkan.
Setiap orang bilang, memaafkan setiap orang itu indah , gagasan yang bagus, sampai mereka sendiri harus memaafkan. Maksudnya, teori ini mudah jika dipelajari mudah namun sangat berat dipraktikan, maka dari itu hanya orang-orang kuat yang bisa memaafkan.
Untuk itu, saya akan membahas beberapa konsep pemaafan. Pemaafan sendiri sering disandingkan dengan keadilan. Seperti pada kisah mahabarata antara pandawa dan kurawa. Namun kita tidak akan membahas analisis cerita atau hikmah dari mahabarata namun kita akan membahas prespektif pemaafan dari beberapa sudut pandang, mulai dari : pengertiannya, alasan harus memaafkan, jenis pemaafan, miskonsepsi, keutamaan memaafkan, mengapa orang tidak memaafkan, ranah pemaafan, proses pemaafan, fase dan level pemaafan, serta dalil pemaafan.
Pengantar
- Bentuk kesalahan, Mental bebas : sudah habis dosanya maka dosa kecil-kecil ndak papa.
- Sebenarnya kesempatan kita semakin dekat karena sedang bersih sudah kompatibel.
- Banyak diantara kita sulit memaafkan akibatnya nulis takut, bercamda takut, serba takut dan serba curiga.
- Kita tidak bisa memaklumi orang lain-orang lain tidak bisa memaklumi kita.
- Setiap group membanggakan kelompoknya (kullu hisbim bima ladaihim farihun).
Pemaafan
- Akrab dimulut tapi jarang masuk.
- beda tipis dengan kebencian (ada pada diri kita namun kita tidak sadar).
- Forgiveness/Pemaafan: Proses yang terjadi secara sengaja dan sukarela, sat seorang 'korban' mengalami perubahan dalam perasaan dan perilaku terhadap yang berbuat salah, menyisihkan emosi-emosi negatit, seperti dendam, dan semakin mampu berharap agar 'yang berbuat salah' itu baik-baik saja. (the intentional and voluntary process by which a victim undergoes a change in feelings and attitude regarding an offense, lets go of negative emotions such as vengefulness, with an increased ability to wish the offender well). Pemaafan berbeda dengan condoning (tidak menganggap satu perbuatan keliru dan perlu dimaafkan), excusing (tidak menganggap yang bersalah harus bertanggung jawab atas perbuatannya), forgetting (menyingkirkan kesadaran akan kesalahan dan yang bersalah), pardoning (memiliki hak untuk "menyakiti/menyalahi" dari lembaga/nilai yang dipandang sah, misalnya oleh hakim atau pemangku adat), dan reconciliation (memulikan hubungan).
- Idul fitri 90% basa-basi karena prosesnya tidak ada (perubahan perilakunya tidak ada).
- Perasaan emosinya disingkirkan : dendam.
- Sengaja, sukarela, perubahan tanggapan dan tidak ada lagi emosi negatif.
Yang tidak butuh pemaafan :
- Kaki kita terinjak : condoning/ tidak butuh maaf.
- Kita menumpahkan teh : orang-orang sekitar excusing (orang lain memaklumi).
- Forgeting : lupakan.
- Hakim.
- Rekonsiliasi : dendam masih ada setelah pemaafan (tidak papa) atau 'memaafkan iya namun lupa tidak'.
Jenis permaafan
"MAAF": DI MULUT ATAU TINDAKAN?
Menurut J.L. Austin, tindak wicara dibagi menjadi dua:
- Pernyataan konstatif: pernyataan tentang sesuatu dengan apa adanya, hanya menyentuh definisi dan deskripsi tapa melibatkan aksi.
Contoh : sekarang hawanya dingin, kemarin idul fitri aku sudah memaafkanmu.
- Pernyataan performatif: pernyataan yang tak hanya kata-kata tapi juga dibarengi dengan tindakan. Dalam konteks maaf: maaf tidak hanya pernyataan atas fakta secara apa adanya, tetapi ia harus disertai penyesalan sekaligus findakan.
Contoh : Sekarang hawanya dingin, makanya semua pakai jaket, kemarin dul fitri aku sudah memaafkan mu dan sekarang aku sudah suka dengan kamu dan tidak ada dendam.
Misskonsepsi
- Pemaafan diartikan melupakan kesalahan yang terjadi dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa : bukan berarti melupakan agar tidak terjadi kesalahan yang kedua.
- Pemaafan dipandang sebagai simbol kelemahan : Mahatma Gandhi mengatakan hanya orang-orang kuat yang memaafkan, yang disakiti untuk bisa memaafkan itu luar biasa.
- Pemaafan merupakan sesuatu yang sifatnya 'tidak adil' : antara keadilan dan pemaafan dua level yang berbeda : adil itu hak namun pemaafan itu keluhuran. Diatas adil ada ikhsan/ kebaikan (pemaafan).
- Maaf hanya untuk mereka yang 'dekat' dengan kita atau mereka yang ingin dimaafkan : meminta maaf tidak harus menunggu dia yang meminta kepada kita apalagi yang kita tunggu cuek-cuek saja, maka kita yang capek waktu kita habis untuk menunggu hal yang tidak berguna.
- Pemaafan itu bisa cepat dan mudah dilakukan : pemaafan itu butuh proses, orang perlu pertimbangan, kalau langsung hanya dimulut/ konstantif/ hanya dimulut, ketika ada orang minta maaf harus ditanyai apa kesalahannya ketika kita tidak mengetahui kesalahannya. Kecuali dengan orang-orang yang jarang ketemu atau bahkan tidak kenal.
- Pemaafan berarti membolehkan perilaku yang tidak seharusnya : memaafkan orang bohong bukan berarti membenarkan pembohongannya, agar tidak diulangi, ketika diulangi proses pemaafannya sudah beda lagi atau tidak semudah sebelumnya.
MENGAPA HARUS MEMAAFKAN?
- Pemaafan membuat kita bebas dari pengaruh merusak kemarahan dan dendam : biar hidup kita ringan.
- Pemaafan membuat kita bebas dari luka masa lalu dan memahami masa depan dengan perspektif baru : kita terjabak lalu, padahal kita hidup dimasa kini menuju masa depan, seperti naik mobil belakang dilihat sesekali pakai sepion jangan terlalu lama, yang perlu ditatap lebih lama adalah kaca depan. Diantara ciri orang baik itu meninggalkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
- Pemaafan membawa kesembuhan kesatuan kembali, kehidupan bersama yang baru : karena tidak mungkin ada yang baru kalau ada beban yang lama.
- Pemaafan membuat kita mengelola hidup secara lebih realistis tanpa terpenjara oleh rasa sakit kita.
- Pemaafan membuktikan kita masih manusia, yang tidak hanya butuh memaafkan, namun juga dimaafkan : menyadari manusia memang selalu potensi mengalami kesalahan.
- Pemaafan memungkinkan kita memperoleh energi lebih banyak (yang selama ini kita gunakan untuk menahan luka dan sakit hati) untuk mewujudkan harapan dan masa depan : logika matematika, kemarin logika kita untuk merancang balas dendam ini butuh energi besar, ketika tidak ada rancangan itu maka energi kita lebih baik untuk hal yang lebih positif.
MENGAPA ADA ORANG TIDAK MEMAAFKAN?
- Memaafkan itu menunjukkan kelemahan, "mengabaikan tuntutan agama dan tanggung jawab moral" : lebih memilih adil dari pada ikhsan/ pemaafan, dalam banyak kasus nabi lebih memilih pemaafan, peristiwa fathul makkah rumah musuh (abu sufyan) dijadikan suaka, tawanan perang disuruh untuk mengajar dari pada dihukum mati. Ada juga kasus pemuda yang mengaku telah melakukan zina, bahkan matur nabi 4 kali, padahal ingin dirajam namun nabi memilih dimaafkan, setelah ngeyel maka dirajam, setelah dirajam oleh satu batu akhirnya menyerah akhirnya teriak tobat. Akhirnya diizinkan untuk bertaubat, namun membaca peristiwa ini tidak leterlijk atau membernarkan letterlijk bahwa zina boleh namun lebih menyayang kaum muda harapan bangsa.
- Memaafkan itu membuat seseorang terjebak dalam 'permainan kuasa' : dia merasa dirinya harus memaafkan karen orang kecil/ besar, mahasiswa yang terpaksa memaafkan dosesn karena relasi kuasa, tapi kalau mahasiswa harus minta maaf ketika sedang melakukan kesalahan (kasus dosen telat dan mahasiswa telat). Membuat yang memaafkan posisi kuasanya lebih tinggi/superior (karena memegang kendali permaafan). Menunjukkan yang memaafkan posisi kuasanya lebih rendah/inferior (Karena tidak berani 'melawan').
- Pemaafan itu bertentangan dengan keadilan dan membuat keadilan tidak dianggap penting
- Pemaafan itu bertentangan dengan karakter alami kita sebagai manusia : secara alamiah manusia saling menjatuhkan, naluri dasar manusia jelek akhirnya memerlukan hukum, orang kalau dipukul secara alami ingin membalas mukul.
RANAH PERMAAFAN
- KOGNITIF/AKAL : Orang yang tersakiti tidak lagi menyalahkan dan merencanakan balas dendam. la sadar bahwa mereka punya alasan untuk berpikir negatif, namun lebih memilih untuk tidak melakukannya. Mereka lebih melihat orang yang menyakiti secara positif, misalnya berharap orang yang menyakiti itu sadar dan berubah menjadi baik. Bentuk : Menyadari manusia tempat salah.
- AFEKTIF/ BATIN : Semua emosi negative seperti marah, dendam, sedih disisihkan, diubah dengan emosi yang lebih netral dan positif, seperti penuh harapan dan kasih sayang. Bentuk : Kita maafkan kasihan kalau kita saling menyalahkan.
- BEHAVIOR/ PSIKOMOTORIK/ PERILAKU : Tidak lagi ingin melakukan sesuatu sebagai balas dendam. Lebih focus melakukan hal-hal yang positif. Bentuk : Salaman, hidup bersama, saling menghargai.
KEUNTUNGAN MEMAAFKAN
- Mengurangi Depresi.
- Mengurangi Kegelisahan.
- Mengurangi Rasa Marah.
- Mencegah balas dendam yang merusak & rangkaian "kezalimaan" : yang paling sering terjadi.
- Meningkatkan kualitas hubungan antar manusia.
- Meningkatkan kebanggaan diri.
PROSES MEMAAFKAN
- Disengaja
- Bersifat/ tidak langsung, "ongoing process"
- Butuh waktu, bahkan kadang terjadi sepanjang hayat : teringat terus,
- Butuh upaya dan tidak mudah.
- Bersifat aktif, tidak pasif, bergerak memaafkan. Jangan menggu batinmu memaafkan, berjuanglah melawan kemarahan batinmu, carikan alasan untuk memaafkan.
- Berawal dari 'dalam' dan tampak manifestasinya 'di luar'. Tuntaskan kesadaran/ hati paling dalam baru perilakunya.
- Membutuhkan perubahan dalam perilaku
FASE PERMAAFAN: "ENRIGHT'S MODEL"
Robert Enright, Forgiveness is a Choice
- Uncovering phase: menekankan pemahaman dan pengungkapan atas rasa 'sakit' yang dialami. Kita harus memahami mengapa kita pernah membencinya, apa salahnya.
- Decision phase: Mula mempertimbangkan untuk memaafkan dengan segala konsekuensi positif-negatifnya. Kita berfikir layak atau tidak dimaafkan, apa manfaat dan mudharatnya ketika kita maafkan.
- Work phase: Mengubah sudut pandang dan berusaha memahami dan memaklumi terhadap orang yang menzalimi. Lebih memilih sisi positifnya, orang yang menyakiti kita dipandang sebagai manusia yang biasa yang mungkin salah, dia juga punya prespektif positif sendiri dan kita berusaha memahami jalannya berfikir, sampai kita bisa memaklumi.
- Deepening phase: Mulai memutuskan, menyadari bahwa ia tidak sendiri, setiap orang termasuk dirinya juga butuh dimaafkan sehingga perlu juga untuk memaafkan. Level spriritualnya agak naik, fase ini biasanya ketika kita telah memaafkan.
VARIABEL PENDUKUNG PEMAAFAN
- Empati : kemampuan seseorang melakukan transposisi yaitu menempatkan posisi kita di posisinya orang yang diempati.
- Atribusi terhadap pelaku dan kesalahannya, cara kita melabeli pelaku dan kesalahannya, salahnaya, apa gara-gara kesalahan ini kita pandang dia sebagai apa.
- Tingkat "Luka", tergantung orangnya, ada yang sangat sensitif dan yang sangat cuek, ada yang kesalahan kecil bikin luka dalam, ada yang kesalahan besar namun tidak membuat luka apa-apa.
- Karakteristik Kepribadian, orang tertentu sukar memaafkan orang tertentu mudah memaafkan, ada orang yang mudah dendam.
- Kualitas Hubungan, yang akrab lebih mudah dimaafkan daripada yang tidak begitu kenal.
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 1
- Keadilan: Punishment Morality
"Aku percaya bahwa keadilan harus ditegakkan oleh yang memiliki otoritas menghukum".
- Pemaafan: Revengeful Forgiveness
"Aku dapat memaafkan orang yang menzalimiku hanya jika aku bisa menghukum orang tersebut sehingga dapat merasakan sakit yang pernah kurasakan".
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 2
- Keadilan: Individualism
"Segala sesuatu ada timbal baliknya. Kalau engkau membantuku, aku akan membantumu."
- Pemaafan: Conditional or Restitutional Forgiveness
"Kalau apa yang diambil dariku dikembalikan, akan kumaafkan".
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 3
- Keadilan: Mutual Interpersonal Expectations
"Menurutku, biarlah masyarakat yang menentukan apa yang benar dan salah. Aku akan ikut saja, sehingga masyarakat tidak membenciku".
- Pemaafan: Expectational Forgiveness
"Aku akan memaafkan kalau masyarakat menuntutku untuk memaafkan. Aku akan memaafkan sesuai harapan masyarakat".
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 4
- Keadilan: Social System and Conscience
"Aku hanya bertindak sesuai hukum (Sosial-Politik), sehingga masyarakat teratur".
- Pemaafan: Lawful Expectational Forgiveness
"Aku maafkan karena agama memerintahkan".
"Aku maafkan karena tuntutan pengadilan/ hukum/ adat".
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 5
- Keadilan: Societal Contract
"Aku tahu setiap orang memiliki pandangan sendiri, sesuai dengan kelompoknya, meskipun demikian ada beberapa nilai (seperti kehidupan, kebebasan, persaudaraan dan lain sebagainya) harus dipedomani tanpa peduli pendapat mayoritas."
- Pemaafan: Forgiveness as Social Harmony
"Aku memaafkan sebab hal itu akan mengembalikan harmoni social. Pemaafan akan mengurangi friksi dan konflik social".
KEADILAN DAN PEMAAFAN : LEVEL 6
- Keadilan: Universal Ethical Principles
"Keadilan menurutku dibutuhkan untuk menjamin hak-hak individu di tengah masyarakat."
- Pemaafan: Forgiveness as Love
"Aku memaafkan karena hal itu akan menghasilkan kasih-sayang yang sejati. Karena aku harus benar-benar peduli terhadap setiap orang dan tidak menyakiti siapapun."
Hubungan ini membuka kemungkinan rekonsiliasi dan sama sekali menutup pintu balas dendam.
MEMAAFKAN DIRI YANG SALAH
- RESPONSIBILITY: mengakui telah melakukan kesalahan, serta siap bertanggung-jawab sebagai akibatnya.
- REMORSE: menyesal dan me'rasakan' bersalah, sekaligus memunculkan tekad untuk memperbaiki tau tidak mengulangi.
- RESTORATION: kesediaan untuk memperbaiki, mengembalikan, memulihkan kembali, kepada orang yang disakiti / disalahi.
- RENEWAL: memaafkan diri sendiri, berpikir dan bertindak serta tidak terpenjara oleh kesalahan di masa lalu.
DERRIDA: MAAF YANG BERSYARAT MEMAAFKAN YANG TAK TERMAAFKAN
- Maaf yang bersyarat, bagi Derrida, bukanlah sebenar-benar maaf. la sejatinya adalah transaksi, timbal-balik ekonomis, yang dengan satu dan lain cara punya data tawar politis tertentu, lebih-lebih jika ia mengharuskan adegan-adegan penyesalan ("scense of repentance").
- Maaf itu menjadi bersyarat karena ia diberikan hanya jika yang tersalah melakukan permintaan maaf (apology, excuse), pengakuan (confession), penyesalan (repentance), dan/atau penebusan (penance, redemption).
- Maaf yang murni, adalah maaf yang diberikan secara unconditional. Di sini maaf merengkuh asosiasi maknanya yang tak-bisa-dipisahkan (indissociable), yaitu memberi (for-give, par-donner), bukan meminta atau menuntut.
- Orang sebenarnya tak benar-benar sedang memaafkan ketika yang dimaafkan adalah hal-hal yang dengan mudah termaafkan atau 'bisa-dimaafkan'. Ironisnya, biasanya yang begitu ingin dimaafkan justru adalah hal-hal yang-tak-termaafkan, yakni ketika suatu kejahatan sudah terlalu kejam untuk 'sekedar' dimaafkan. Tapi justru saat berhadapan dengan kejahatan yang terlalu kejam untuk-dan karena itu bisa-dimaafkan itulah, maaf, kalau benar ia tak mustahil terjadi, menjadi murni. Di sinilah aporia: "memaafkan hanya yang-tak termaafkan" (forgiveness forgives only the unforgivable).
DALIL
"Dan tidaklah Allah ta'ala menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaaf kecuali kemuliaan."
[HR. Muslim]
"Mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. [Ali-Imran/3:134]
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (Asy-syuro: 43)
Surat Asy-Syura Ayat 40
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian? Dan Allah adalah Mara Pengampun lagi
Maha Penyayang [An Nur: 22]
ADAGIUM
"The Weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the STRONG".
Mahatma Gandhi
"The stupid neither forgive nor forget; the naïve forgive and forget; the wise forgive but do not forget".
- Thomas Szasz
"To err is human; to forgive, divine".
Alexander Pope
"AN EYE FOR AN EYE. AND THE WHOLE WORLD WOULD BE BLIND".
KAHLIL GIBRAN
"Everyone says forgiveness is a lovely idea,
until they have something to forgive"
- C. S. Lewis
"Forgiveness is not an occasional act,
it is a permanent attitude".
Martin Luther King Jr.
Demikian ulasan yang bisa saya catat untuk menambah keilmuan dan peningkatan kualitas diri, ada kurang lebihnya kami dalam menulis saya pribadi mohon maaf, juga kalau terdapat koreksi hendaknya kamu mohon disampaikan langsung kepada kami. Akhir literasi, saya menyampaikan selamat hari raya idul fitri 1445 H. Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Eko Rudianto
Sekeluarga