Plong
Admin JSN
14 Februari 2024 | 15.51 WIB
Last Updated
2024-02-14T08:52:34Z
Terasa Plong Rasanya
MALANG I JATIMSATUNEWS.COM
Siang ini, 14 Pebruari 2024, ada yang "sesuatu" banget rasanya. Pagi hari, setelah bersih-bersih rumah dan halaman, menengok tempat pemungutan suara (TPS) terdekat. Kebetulan TPS 6 dimana saya tinggal, ditempatkan di Aula lembaga pendidikan yang saya ketuai, perkumpulan Miftahul Huda, yang bangunannya bersebelahan dengan rumah tinggal saya. Saya menuju lokasi karena istri saya yang kebetulan menjadi anggota KPPS minta dibawakan stop map.
Siang, usai mencoblos saya mencoba untuk menengok 2 TPS lain di wilayah dusun saya. Satunya berada di gubuk kerja kelompok tani Sumarah dan satu lagi di gedung sekolah SDN 3 Wirotaman. Kelompok Tani Sumarah termasuk kelompok tani saya juga dan kebetulan saya sebagai sekretaris kelompok. Sedangkan SDN 3 Wirotaman adalah sekolah dimana dulu waktu saya usia SD menimba ilmu.
Setelah beberapa saat bercengkrama dengan beberapa teman di dua tempat tersebut, saya menuju ke salah satu dusun di tetangga desa. Saya bermaksud menuju rumah seseorang yang mengundang karena punya hajat (bowoh). Hajatannya sebenarnya sudah awal Pebruari, namun waktu itu saya belum bisa hadir sehingga baru kali ini bisa ke rumahnya.
Dari perjalanan sekitar 4 KM itu, saya merasakan ada "sesuatu" yang beda. Suasana pemilihan umum di masing-masing TPS sudah sepi. Suasana jalanan juga agak lengang. Yang paling terasa banget adalah, sepanjang perjalanan sudah tidak ada lagi terpasang bendera partai, calon anggota legislatif dan pasangan calon presiden.
Dari kondisi itulah, sepertinya ada sesuatu yang lain. Hati terasa ayem, tentrem, nyaman dan damai. Dalam hati seakan tidak ada pergolakan. Dalam hati terasa kosong dari persaingan. Hati terasa plong.
Dalam keadaan seperti itu, terbesit pertanyaan dalam hati, mungkinkah kedepan ada perubahan dalam pelaksanaan pemilihan umum. Mungkinkah nantinya teknis kampanye berubah lebih simpel. Utamanya menyangkut sosialisasi calon lebih disederhanakan.
Mungkinkah nantinya gambar calon itu cukup dibuatkan oleh KPU secara bersama. Tidak seperti saat yang lalu, setiap sudut jalan, pertigaan, perempatan terpajang puluhan foto calon. Masing-masing calon memasang sendiri-sendiri dan penuh persaingan. Besar-besaran gambar, besar-besaran bendera dan sebagainya.
Menurut saya, kondisi seperti ini banyak kurang positifnya. Dari segi persaingan foto saja, disamping biaya mahal pastinya juga mengganggu kondisi jalanan dan menganggu pandangan. Bahkan, sedikit banyak juga mengganggu "suasana hati" warga sekitar sebab mayoritas juga tidak dikenal.
Maka, sepanjang perjalanan itu saya sempat berfikir, mungkinkah nantinya pemilu itu kedepan akan ada perubahan yang lebih baik. Pemilu yang sederhana, murah namun berkwalitas.
Refan Purba
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
Trending Now
-
Muhammadiyah memiliki amal usaha pendidikan sejak awal pendirian di tahun 1912 hingga saat ini terus meningkat. Setiap pimpinan daerah ...
-
Elektabilitas Abah Anton (kanan) unggul atas dua cawalkot Malang di Pilkada 2024/Instagram @kotamalangabadi MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Cal...
-
Cawalkot Malang nomor urut 3, Abah Anton mendapat dukungan dari warga Kidul Pasar, Kota Malang./dok. JSN-ANS MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Ab...
-
Simulasi Sirekap di Sidoarjo Langkah Menuju Rekapitulasi Cepat dan Akurat Untuk Pilkada serentak SIDOARJO | JATIMSATUNEWS.COM KPU Kabupaten...
-
ABADI Unggul Jauh, Hasil survey LSI Strategi dari PERSEPI (Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia) PILKADA Kota Malang MALANG|JATIMSA...