Kasih...
Di mana puing yang lalu telah dilantunkan jua dalam jalan berlumpur
Penuh asa pada jalan mengarah sisa sinar yang muncul dan tak mengabur
Tak ubah jalan yang dulu, penuh sautan anak-anak bermain
Lucunya kita berdua berjalan bersama tanpa alas kaki
Mungkin wajah kaki sudah bosan
Kepada halus dan kasarnya jalan yang berdiam lalu mengatakan aku mau ...
Kemudian telah disodorkan gerigi-gerigi kecil yang terkelupas..
Tertinggal lalu membekas
Di luar yang menyentuh
Di luar yang gemuruh
Menyesatkan kaki kita, entah berdiam atau sedikit berbincang ...
Menenggelamkan serta biarkan dirinya
Mengapung menanggalkan layang
Untuk layang kita yang ditemui di pinggir jalan
Dipenuhi lekuka bisu
Menandakan ini tiba waktu
Keharusan tubuh, keikhlasan hati tetap menyatu ...
Mungkin esok hari kita melawati jalan ini, dan duduk bersimpuh penuh suara sayu ...
Jalan di mana kita berdiam, tidak ada dimensi yang melenyapkan rindu dari kita
Menanggalkan jalan, melepaskan angan ...
Biarkan semua mengambang lalu terkenang ...
Dalam suka lara di sepanjang jalan ...
Karena itu jalannya ...
Eni Wahyuni, S.Pd., M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia
MAN 2 Kota Malang