SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Real Count KPU calon DPD RI Jatim masih berlangsung, namun publik sudah dipertontonkan 4 calon terkuat untuk melenggang ke senayan. Selain nama Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, nama keponakan Khofifah, Dr. Lia Istifhama, juga diprediksi mulus ke senayan.
Ning Lia, sapaan aktivis perempuan NU tersebut, sebelumnya dikenal sering turun ke tengah masyarakat. Berbagai gagasan dan pemikirannya pun seringkali disampaikannya di berbagai forum, termasuk gagasan terkait kancah perpolitikan.
Kepada TIMES Indonesia, Dr. Lia Istifhama mengatakan jika Politik saat ini, terutama di Jawa Timur sangat terasa damai dan lebih bermartabat.
"Banyak politisi, seperti caleg DPRD, yang gerak secara nyata mendapatkan simpati masyarakat dan sangat terbuka dalam hal rekam jejak. Hal ini tak lain karena sosok Ibu Khofifah yang selalu menekankan dan memberikan teladan kepada kita semua, untuk mengikuti proses secara baik, termasuk diantaranya dalam proses politik.” kata Ning Lia sapaan akran Dr. Lia Istifhama, Selasa (20/2/2024).
Ning Lia melanjutkan jika gerak cepat tanpa lelah Khofifah harus menjadi stimulus bagi siapapun yang mengambil peran sebagai politisi.
“Ibu Khofifah memberikan kita teladan bahwa proses, termasuk politik, itu harus diikuti dengan terus berlari. Berlari disini saya pahami sebagai proses gerak cepat dalam mempelajari sesuatu hal, tegas dan cak cek bertindak, dan sangat respon menemukan solusi jika menemukan sebuah permasalahan di tengah masyarakat. Tentu, berkaitan dengan posisi seorang senator.” ungkapnya.
Ditanya soal tantangan, dosen yang seringkali menggaungkan Bangun Peran Tanpa Jabatan tersebut juga menyampaikan pentingnya fungsi sosial kontrol di era digitalisasi.
“Pengawasan dari masyarakat sangat dibutuhkan, terutama di era digital yang mana semua bebas berpendapat, membangun framing negatif atau positif, bahkan mudah sekali menciptakan sebuah narasi-narasi yang mengandung hoax ataupun kamuflase. Disinilah peran kita semua, sama-sama menjaga proses politik yang tidak menjadi ujar kebencian hanya karena merasa motif kepentingannya yang negatif, mulai terkuak.” paparnya.
Di akhir, Ning Lia menekankan bahwa dirinya tetap berkomitmen menjaga proses politik yang adem, yaitu aman damai tentram, namun ketegasan di dalamnya harus terjaga karena politik bagian dari keberanian dalam ‘speak up’.
“Sebagai politisi, saya kira penting sekali untuk berani speak up jika ada yang salah. Speak up disini fungsi utamanya mengedukasi politik agar siapapun yang ingin terlibat dalam politik, harus memahami etika politik secara bijak. Jangan mudah euphoria karena politik hanyalah sarana membangun kemaslahatan, bukan bertujuan pragmatis atau jabatan yang ternyata untuk menghimpun kekayaan pribadi.” pungkasnya. ANS