Pendidikan Formal dan Pendidikan Pesantren, Apakah Merdeka?

Eko Rudianto
19 Januari 2024 | 18.18 WIB Last Updated 2024-01-19T13:17:15Z


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Demi meningkatkan pendidikan di Indonesia, pemerintah terus berupaya membuat strategi guna mendongkrak angka hasil mutu Pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2022 yang di umumkan pada tanggal 5 Desember 2023 mengatakan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 68 dengan skor matematika 379, sains 398 dan membaca 371. Meskipun cenderung meningkat, tetapi masih tergolong rendah diantara negara lainnya. 

Upaya yang dilakukan pemerintah salah satunya dengan menerapkan Kurikulum formal yang sesuai dengan tantangan zaman. Kurikulum merdeka menjadi kurikulum Nasional yang di terapkan di sekolah hingga perguruan tinggi. Dengan pembelajaran intrakurikuler yang bervariasi, Kurikulum Merdeka memberikan siswa konten yang optimal dan waktu yang cukup untuk membangun kompetensi dan menyelidiki konsep.

Penerapan kurikulum ini mengharuskan siswa atau mahasiswa mempunyai kreatifitas tinggi sehingga mampu menghadapi perkembangan zaman setelah era digitalisasi datang. Pada kenyataannya, beberapa Lembaga dalam penerapan kurikulum tersebut mempunyai berbagai kendala meskipun sudah dilakukan screening kelayakan penerapan kurikulum. Kreatifitas tinggi juga harus di imbangi dengan adanya finance yang tinggi pula. Bagaimana tidak, jika dalam membuat produk atau karya di butuhkan finance ataupun teknologi yang mumpuni tetapi tidak semua Lembaga mempunyai kemampuan yang sama.

Dengan adanya Kurikulum merdeka yang di terapkan ternyata juga berimbas kepada guru – guru yang mengajar. Salah satu tantangan dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya pemahaman dan kesiapan para guru. Karenanya, Pemahaman Kurikulum Merdeka tentang Kurikulum Merdeka sangat penting, meliputi prinsip-prinsip, metodologi pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

Dalam Kurikulum perencanaan pengembangannya terhambat oleh beberapa faktor: (1) guru yang kurang memahami topik; (2) program yang tidak terpenuhi; dan (3) fasilitas yang kurang memadai. Sedangkan dampak positif adanya kurikulum merdeka terhadap pembelajaran siswa, yaitu siswa dapat memilih mata pelajaran yang mereka minati sesuai dengan kurikulum Merdeka, meskipun hal ini dapat menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap materi pelajaran.

Dengan demikian, Penerapan kurikulum merdeka yang notabene mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan, harus di antisipasi dengan berbagai cara demi kemajuan mutu Pendidikan di Indonesia. Dengan catatan, harus melihat kondisi Lembaga, siswa dan orang tua sebagai objek yang harus menjalankan kurikulum tersebut. Harapan adanya Kurikulum Merdeka, maka siswa merdeka dalam belajar, guru juga merdeka dalam mengajar.

Lalu bagaimana jika penerapan kurikulum merdeka di pesantren?

Pesantren menerapkan kurikulum diniyah dan menekankan skill santrinya. Pesantren mempunyai metode pembelajaran seperti sorogan, bandongan atau wetonan, halaqoh, metode hafalan, serta bahtsul masail atau muazakaroh. Penerapannya dari tahun – ke tahun selalu sama dan tidak ada revisi kurikulum seperti yang dilakukan pada Lembaga formal.

Bagaimana melatih keterampilan santri agar siap menghadapi zaman?

Dengan adanya pelatihan skilla bagi santri, membuat pesantren tidak ketinggalan dengan kurikulum merdeka yang baru – baru ini di terapkan pada pembelajaran formal dengan membuat siswa focus terhadap apa yang diminatinya. Dengan Pendidikan skill menjadikan santri siap untuk terjun di masyarakat dengan bekal dan bakat kemampuan yang di latihnya di pesantren. Beberapa skill khusus yang populer di terapkan yaitu Bahasa inggris dan Arab, computer yang meliputi desain grafis, videography, cinematography, fotography, selain itu juga peternakan, pertanian, serta lainnya. Hal ini di dukung penuh oleh pemerintah dengan di dirikannya berbagai Komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) di berbagai pesantren.

 Dalam pelaksanaannya, Pendidikan pesantren yang meliputi Pendidikan diniyah dan skill dilakukan dengan enjoy sehingga menjadikan santri lebih mudah dalam menerima pelajaran yang ada.

Demikianlah, Pendidikan yang merdeka seharusnya Pendidikan di lakukan dengan enjoy sesuai dengan bakat dan minat, bukan dengan banyaknya pressure. Pendidikan itu disiapkan untuk menghadapi tantangan zaman, tetapi tidak seharusnya membuat siswa atau santri tergerus oleh zaman.


Nama: Ahmad fawaid

Gmail: ahmadfawaid19@alqolam.ac.id

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pendidikan Formal dan Pendidikan Pesantren, Apakah Merdeka?

Trending Now