Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Pasuruan melakukan perjalanan ke Museum Multatuli di Lebak, Banten
PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM: Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Pasuruan melakukan perjalanan ke Museum Multatuli di Lebak, Banten pada Rabu, 13/12/2023
Sebuah tujuan melintas Pasuruan hingga ujung barat pulau Jawa. Cukup jauh namun sangat berarti untuk menyingkap tabir, menyambungkan muasal kisah pahlawan nasional kelahiran Pasuruan yakni Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setia Budi.
Ernest memiliki kesamaan nama belakang dengan Eduard Douwes Dekker atau Multatuli penulis Max Havelaar, novel satir yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia Belanda. Inilah yang disebut Ketua FPK Kabupaten Pasuruan Gus Bay sebagai pemantik melakukan semacam Silk Road hingga ke Lebak, Banten.
"Ernest Douwes Dekker itu lahirnya di Pasuruan, maka kami tergerak menelusuri tentang Douwes Dekker yang lain, yakni Eduard Douwes Dekker atau Multatuli. Sosok Belanda pembela rakyat Indonesia, penulis buku Max Havelaar," ucap ketua FPK Gus Bay.
Benar saja, begitu sampai di halaman depan musium perasaan berdesir menyeruak, seolah kerinduan muncul meluap. Dari hanya bisa membaca buku, menikmati kisahnya, meresapi betapa perjuangannya sangat berarti bagi bangsa, Gus Bay dan pengurus FPK sampai di tujuan. Secara kasat mata menyaksikan jejak yang ditinggalkan Edward Douwes Dekker.
Selama ini banyak yang salah kaprah menyangka Douwes Dekker itu satu orang dengan 2 nama, kunjungan ke Museum menjawab segala penasaran tentang Douwes Dekker, menguatkan kebenaran tentang referensi yang telah dibaca.
"Ernest Douwes Dekker adalah cucu dari kakak Edward Douwes Dekker. Selisih hampir satu abad dari kehidupan Edward Douwes Dekker," jelas petugas pemandu Museum.
Melanjutkan penjelasan, pemandu bernama Ginanjar menyatakan bahwa keluarga Douwes Dekker cukup religius sehingga mempunyai kepekaan dan empati sosial yang tinggi termasuk atas nasib bangsa Indonesia. Multatuli menulis surat kepada raja Wilhem untuk membela rakyat Indonesia, cucu jauhnya Ernest berjuang lewat Indische Partij (Partai Hindia), partai politik pertama di Hindia Belanda yang berdiri tanggal 25 Desember 1912.
"Ernest Douwes Dekker merupakan seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879. Ia terlahir dari pasangan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan Louisa Margaretha Neumann. Ernest Francois Eugene Douwes Dekker baru menggunakan Nama Danudirja Setiabudi, yang merupakan nama pemberian Presiden Sukarno setelah Indonesia merdeka. Danu memiliki arti yaitu banteng, Dirja berarti kuat dan tangguh, dan Setiabudi memiliki arti berbudi setia. Sukarno berkeinginan nama Danudirja dapat diabadikan sebagai singkatan dari DD menggantikan Douwes Dekker," papar GinanDar.
Terkesima, pengurus FPK memperhatikan betul setiap detil yang terdapat di Mesuem Multatuli. Foto bersama barang-barang peninggalan Multatuli tak terelakkan. Patung, manuskrip, sampul buku termasuk surat Eduard pada Raja Wilhem yang disimpan dalam file komputer dilahap untuk diabadikan.
"Saya merasakan desiran yang tak dapat diucapkan. Akhirnya sampai juga di tempat yang selama ini hanya bisa saya ketahui lewat bacaan," ucap Gus Bay.
Sebagai tokoh yang dikenal karena kekayan literasi dan wawasan kebangsaannya yang luas, Gus Bay merasakan kunjungan ke museum Multatuli sebagai sangat berarti begitu pula pengurus FPK yang lain.
"Alhamdulillah, kunjungan ini memperkaya referensi menumbuhkan cinta lebih mendalam pada bangsa Indonesia," tutur Bli Ketut, sekretaris FPK etnis Bali yang ikut berkunjung ke Museum Multatuli.
Dengan tiket hanya seharga 2000 rupiah, museum ini menjadi tujuan yang ramai dikunjungi, baik oleh pelajar pada hari biasa maupun keluarga serta rombongan dari luar kota saat hari libur. Menjadi aset Pemerintah Kabupaten Lebak, museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menyajikan warisan berharga dari sejarah perjuangan Indonesia yang patut dijaga dan dipelajari oleh generasi mendatang. ans