Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mbangun Karsa
Tut Wuri Handayani
ARTIKEL| JATIMSATUNEWS.COM: Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan semboyan diatas dari Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan di Indonesia. Tahukah anda maksud terdalam yang terkandung di dalamnya? Ing Ngarso Sung Tulodho artinya dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik. Sebagai seorang pendidik kita harus memberikan contoh tauladan yang baik yang dapat di adaptasi bagi siswa-siswa agar berperilaku positif. Dalam hal ini, bagaimana kita bergaul, berbicara bahkan bertindak seyogyanya di dasari oleh hal-hal yang baik sehingga akan tercermin dalam benak siswa bahwa gurunya patut di tiru dan di contoh. Selanjutnya, Ing Madya Mangun Karsa artinya dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, seorang pendidik haruslah mempunyai cara atau kiat-kiat untuk membuat pembelajaran menjadi menarik. Oleh sebab itu di butuhkan ide atau prakarsa yang brilian untuk mendorong pembelajaran menjadi sempurna. Ada banyak cara yang dilakukan oleh pendidik dalam mendukung pembelajaran, diantaranya metode, model dan pendekatan yang dilakukan di dalam kelas menjadi daya tarik utama dalam pembelajaran. Sedangkan, Tut Wuri Handayani yang berarti bahwa mengikuti dari belakang. Sebagai seorang pendidik, kita seyogyanya mampu menjadi pendorong semangat siswa dalam belajar. Apabila kita menemukan seorang siswa yang malas belajar, maka tugas kita sebagai pendidik adalah memberikan arahan agar semangat dan motivasinya bangkit kembali.
Seperti dijelaskan diatas bahwa Pendidik harus mampu untuk menciptakan sesuatu yang menarik perhatian siswa dalam belajar. Kalau mereka tertarik, maka kita sebagai pendidik akan mudah untuk memberikan pembelajaran. Ada banyak cara yang dilakukan oleh guru dalam mendongkrak pembelajaran, salah satunya dengan acara yang digelar oleh Guru Bahasa Jawa, Ibu Devi Nur rata Eko Putro, S.Pd.Gr dan Bapak Deva Aldinata, S.Pd. Gr.
Mereka berdua menciptakan pembelajaran Bahasa Jawa yang sangat menarik dan menyenangkan dengan menggelar acara ‘Panggih Temanten’ adat jawa. Seperti halnya kehidupan nyata, siswa benar-benar mempraktekkan acara tersebut dengan sempurna. Acara yang digelar dan dikemas tentunya sudah bersosialisasi dengan walimurid dan mereka mendukung penuh acara tersebut.
Dalam rangka memenuhi tugas praktik mata pelajaran bahasa Jawa dengan materi upacara adat Jawa, siswa melakukan projek praktik Panggih Temanten adat Jawa dengan sasaran seluruh siswa kelas XI MIPA 1. Tamu undangan adalah siswa dan paguyuban orang tua wali dari kelas tersebut.
Hal ini bertujuan sebagai wadah dan media generasi muda untuk terus melestarikan kebudayaan adat asli suku Jawa. Siswa tidak hanya dituntut untuk mampu memerankan karakternya sesuai peran dalam upacara adat tersebut tetapi juga belajar filosofi yang terkandung dalam setiap ubarampe atau alat bahan upacara dan juga setiap langkah atau kegiatan dalam rangkaian Panggih Temanten adat Jawa tersebut, selain itu acara yang digelar ini bermaksud untuk menggugah cara pandang siswa bahwa kita orang Indonesia memiliki adat istiadat yang harus dilestarikan sampai sekarang. Kalau bukan kita yang melestarikan budaya kita sendiri, lantas siapa?