ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Sejak awal Launching Kurikulum Merdeka, yang merupakan penyempurna Kurikulum 2013, Kurikulum ini menjadi kurikulum yang sangat menarik bagi sekolah-sekolah baik di tingkat TK sampai Universitas. Di dalam kurikulum ini tercantum pembelajaran Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila yaitu pembelajaran yang bersifat melatih dan memupuk karakter peserta didik. Karakter tersebut adakah karakter Pancasila yang menjadi dasar dan pedoman manusia Indonesia. Pembelajaran P5 dikemas berdasarkan situasi di sekolah masing-masing. Guru haruslah mampu untuk menentukan situasi sekolahnya dalam mengemas pembelajaran tersebut.
P5 di SMA Negeri 4 Malang menjadi serangkaian implementasi kurikulum merdeka yang dilaksanakan di kelas X, dan XI. Untuk topik P5 kelas X adalah Kearifan Lokal. Seluruh peserta didik diberikan jadwal, jurnal dan LKPD, sebagai pedoman mereka dalam melaksanakan P5. Pada awal pelaksanaan P5 dengan tema Kearifan Lokal, peserta didik nampak kebingungan dalam mencerna isi LKPD, lebih-lebih mereka nampak khawatir pada hasil akhir yang akan mereka lakukan.
Tantangan yang saya hadapi pada saat pelaksanaan P5 adalah, peserta didik cenderung kurang memahami apa yang akan dilakukannya pada akhir pembelajaran P5, sebagai produk yang akan ditampilkan kepada warga sekolah. Disamping itu, saya merasa bahwa guru memiliki asumsi yang berbeda-beda dalam mendampingi peserta didik saat mereka berada didalam kelas pada saat pembelajaran.
Dari kendala dan kesulitan diatas, maka kami team P5 berusaha untuk menganalisa satu persatu permasalahan yang ada untuk selanjutnya dicarikan solusi yang jitu agar pelaksanaan P5 menjadi sukses dan peserta didik dapat memahami dan mengimplementasikan tema Kearifan Lokal dengan baik. Kami berusaha untuk memberikan informasi yang sama kepada seluruh guru-guru agar pelaksanaan P5 ini sesuai dengan koridor rencana. Beberapa upaya kami lakukan agar peserta didik memahami apa yang akan dilakukan nantinya sebagai aksi nyata yang di gelar.
Pertama, Pada hari Senin, 6 November 2023. Seluruh peserta didik kelas X dikumpulkan dalam Aula Tugu dan kami mengundang bapak Dwi Cahyono, seorang Budayawan dan Ketua BPPD Jatim. Tujuannya adalah agar peserta didik memahami budaya-budaya lokal setempat.
Mereka mencatat presentasi narasumber untuk dijadikan pengalaman pembelajaran dalam mengenal budaya yang ada di Indonesia. Untuk selanjutnya masih pada hari yang sama, peserta didik mendengarkan presentasi dari bapak Dohir Herlianto, seorang Budayawan dan Ketua Yayasan Pelaku Teater Indonesia. Pada bagian ini peserta didik mulai mengenal bagaimana seni pertunjukan di pentaskan. Mereka juga belajar bagaimana pelaku teater dalam sebuah pagelaran memerankan salah satu cerita local.
Setelah peserta didik mencatat dalam LKPD nya maka mereka melakukan refleksi terhadap kegiatan di hari senin tersebut.
Kedua, pada hari selasa, 7 November 2023, kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik adalah guru membagi kelas menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok memilih cerita Panji untuk di rangkum, dianalisis dan di identifikasi karakteristiknya serta mengulas unsur intrinsic dan ekstrinsik dalam cerita tersebut. Selanjutnya masing-masing kelompok merancang presentasi dari hasil analisis yang ditemukan dalam cerita Panji yang dipilih, seperti Panji Laras, Joko kendil, Ande-ande lumut, Kethek Ogleng, Keong Mas, Cindelaras, Bawang Merah Bawang putih, Gentono Gentini, Enthit, dan Panji Semirang. Guru memberikan masukan dan penguatan terhadap hasil rancangan presentasi cerita lokal tersebut sebelum di presentasikan.
Ketiga, pada hari Rabu 8 November 2023, peserta didik Bersama kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi pada hari Selasa dengan didampingi oleh guru di dalam kelas. Peserta didik yang lain melihat dan mencatat penampilan masing-masing kelompok untuk selanjutnya memberikan pertanyaan terkait hasil diskusi dari cerita lokal yang dipilih. Mereka tampak antusias sekali dalam mempresentasikan hasil diskusinya dan mereka juga menerima masukan yang bermanfaat baik dari rekan peserta didik dan guru. Masih di hari yang sama setelah presentasi seluruh peserta didik kembali berkumpul di Aula Tugu untuk mendapatkan materi “Mengenal Seni Pertunjukan Tradisional ‘ludruk’ oleh bapak Marsam Hidayat, Budayawan dan Pimpinan Ludruk Lerik Anyar kabupaten Malang”. Dan juga “Materi Seni Pertunjukan Ketoprak oleh bapak Drs. Soerjo Wido Minarto, M.Pd, Seorang dosen FS Universitas Malang dan Budayawan Ketoprak. Pada kesempatan ini peserta didik mengenal bagaimana seni pertunjukan tradisional ‘ludruk’ dan ‘Ketoprak’ dibuat dan di pentaskan. Mereka mendapatkan contoh-contoh pemeran cerita tradisional tersebut. Mereka juga belajar bagaimana seni peran dalam suatu pertunjukan. Semua materi tersebut dituliskan oleh peserta didik dalam LKPD. Kegiatan akhir adalah refleksi terhadap kegiatan di hari tersebut.
Ke empat, pada hari Kamis, 9 November 2023, peserta didik masuk ke kelas masing-masing untuk mendapatkan materi “Mengenal Produksi Pementasan oleh Kelompok Bermain Kangkung Berseri”. Dalam kesempatan ini peserta didik belajar bagaimana memproduksi sebuah pementasan, mereka mengenal bagaimana skenario dihasilkan dan juga mereka dapat merancang sampai menghasilkan pementasan.
Kelima, Pada hari Jum’at, 10 November 2023. Masing-masing kelas di pimpin oleh ketua kelas dan perancang skenario cerita Lokal dan juga di dampingi oleh walikelas serta guru-guru, membagi peran, membuat property, latihan olah vokal, pendalaman karakter, perencanaan make up dan kostum pementasan. Sutradara perancang skenario mulai bercerita tentang cerita lokal yang dipilih. Mereka membagi kelompok-kelompok kelas masing-masing menjadi kelompok peran, perlengkapan, kostum dan make-up, bendahara dan musik latar. Setelah mereka mengetahui peran masing-masing, selanjutnya mereka mulai berdiskusi pada masing-masing kelompok.
Keenam, pada tanggal 11 -14 November seluruh peserta didik pada kelas masing-masing mulai berlatih dari cerita lokal yang dipilih. Di hari libur seperti Sabtu dan minggu, mereka berlatih di sekolah. Mereka ingin penampilan yang spektakuler pada saat gelar budaya. Peserta didik nampak bersemangat berlatih dan memainkan perannya. Kelompok perlengkapan juga tak mau kalah, mereka merancang property yang di gunakan untuk penampilan di gelar budaya. Walikelas dan guru juga memberikan support dan pendampingan.
Tiba saatnya penampilan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh warga sekolah di Aula Tugu. Tepat tanggal 15 dan 16 November 2023, peserta didik dari kelas X-1 sampai X-10 menampilkan cerita lokal yang menjadi pilihannya. Aula dikemas menjadi pertunjukkan layaknya ‘Ludruk’ dan ‘Ketoprak’. Lampu-lampu sorot menari-nari di atas tempat pementasan pada saat pemeran cerita beraksi. Sungguh hari tersebut menjadi hari yang luar biasa di SMAN 4 Malang. Kami sebagai panitia P5 sangat bahagia dengan gelar karya tersebut.
Peserta didik kelas XI dan XII beserta guru dan walikelas berbondong-bondong menonton pertunjukan. Mereka tidak hanya menonton tetapi juga mereka mendapatkan tugas dari mata pelajaran di kelasnya. Seperti kelas dengan bidang studi Bahasa Inggris, mereka mendapatkan tugas kelompok untuk menulis cerita berbentuk Naratif dalam Bahasa Inggris berdasarkan cerita Lokal yang ditonton. Selain mereka mendapatkan hiburan, mereka juga mendapatkan edukasi dari pagelaran budaya cerita lokal.
Setelah penampilan di hari Rabu dan kamis, 15 dan 16 November 2023 di laksanakan, selanjutnya di hari Jum’at, 17 November 2023 peserta didik menuliskan refleksi terhadap penampilan gelar budaya yang di tampilkan. Disamping refleksi di masing-masing kelas X, kami juga memberikan refleksi kepada kelas XI dan XII, mereka mengatakan bahwa penampilan yang luar biasa yang ditampilkan adik kelas mereka menjadi penyemangat bagi generasi muda untuk mengenal budaya lokal setempat.
Mereka juga mengatakan bahwa kegiatan seperti ini seyogyanya terus dikembangkan agar semua warga sekolah memahami dan mencintai budaya lokal mereka. Strategi yang di kembangkan oleh panitia P5 menjadi penopang kegiatan selanjutnya, tidak ada kegiatan yang sempurna dilakukan tanpa kerja keras dan kolaborasi. Kami berharap tema kearifan lokal menjadi booster bagi peserta didik untuk selalu mencintai dan menghargai budaya Indonesia