Hari Pahlawan dan 12 Pahlawan Nasional Muslim dan Muslimah Indonesia, Beberapa Berlatar Belakang Pesantren

Admin JSN
10 November 2023 | 05.08 WIB Last Updated 2023-11-09T22:08:35Z


Hari Pahlawan dan 12 Pahlawan Nasional Muslim dan Muslimah Indonesia, Beberapa Berlatar Belakang Pesantren

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Hari Pahlawan jatuh pada tanggal 10 November Mengutip surat yang diterbitkan oleh Menteri Sosial Nomor: S-697/MS/PB.06.00/10/2023, berikut latar belakang penetapan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional:

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Selanjutnya tanggal 10 NOVEMBER diperingati setiap tahunnya sebagai HARI PAHLAWAN sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang.

Beberapa Pahlawan Nasional yang juga memiliki andil dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, diantaranya adalah KH. Hasyim Asj'ari, Gubernur Surjo, Bung Tomo dan Moestopo.

Bagi umat Islam,  para pahlawan yang gugur di medan perang dalam rangka merebut kemerdekaan juga tak terhitung jumlahnya. Beberapa bahkan berlatar belakang pesantren, menjadi inspirasi perjuangan generasi betikutnya untuk menggemakan. Khubbul Waton Minal Iman,  Cinta Tanah Air adalah Sebagian dari Iman. 

Berikut adalah 12 nama Pahlawan  Muslim Indonesia dengan beberapa berlatar belakang pesantren

1. KH Hasyim Asyari

Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964. Sebagai tokoh ulama besar di Indonesia, KH Hasyim Asyari pernah mengenyam pendidikan di beberapa pesantren di Jawa. Di antaranya yakni Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, dan Pesantren Trenggilis di Semarang.

Selain itu, sosok pencetus Resolusi Jihad ini juga sempat menimba ilmu di Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo yang diasuh Kyai Ya'qub.


2. KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah. Ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961 berdasarkan SK Presiden No.657 pada tahun 1961.

Melansir laman resmi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan telah mengenyam pendidikan dan mengenal lingkungan pesantren sejak kecil dalam menimba ilmu agama dan bahasa Arab.

Pahlawan nasional dengan nama lahir Muhammad Darwis juga pernah belajar agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun pada tahun 1883 ketika usianya masih 15 tahun.

3. Pangeran Diponegoro

Semasa kecil, Diponegoro diasuh nenek buyutnya, GKR Ageng Tegalreja yang merupakan putri dari salah satu ulama terkenal yakni Ki Ageng Derpoyudo.

Sejak dilahirkan, orang tua Pangeran Diponegoro memberi nama Bendara Raden Mas Mustahar, kemudian diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro juga memiliki mama Islam yakni Abdul Hamid. Setelah sang ayah naik takhta, Bendara Raden Mas Antawirya diwisuda sebagai pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Dipanegara.

Berdasarkan riset mahasiswa S2 Undip, Arista, pada Babad Diponegoro, diketahui sejak kecil Diponegoro sudah akrab dengan dunia santri hingga dekat dengan ulama masa itu.

Sejarawan Peter Carey dalam bukunya Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 menyebutkan, Pangeran Diponegoro pernah belajar di Pondok Pesantren Gebang Tinanar, Ponorogo asuhan Kiai Hasan Besari.

Adapun Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional tercantum dalam Keppres No.87/TK/1973.


4. KH Wahid Hasyim

KH Wahid Hasyim adalah putra dari KH Hasyim Asy'ari. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 24 Agustus 1964.

KH Wahid Hasyim adalah ayah dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memimpin Indonesia pada 20 Oktober 1999-23 Juli 2001.

KH Wahid Hasyim menuntut ilmu di pondok pesantren Siwalan, Panji dan Lirboyo, Kediri. Setelah ilmunya matang, KH Wahid Hasyim ikut mengelola pesantren Tebuireng dan menjadi pelopor Madrasah Nidzmiyah.

5. KH Zainal Arifin

KH Zainal Arifin ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 4 Maret 1963. Dia adalah pemimpin Hizbullah, serta sempat menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia periode 30 Juli 1953-12 Agustus 1955.

KH Zainal Arifin yang punya nama asli Lora Zainal ini mengenyam pendidikan di dua pesantren. Keduanya adalah pondok pesantren Karay Sumenep dan Syaikhana KH Muhammad Kholil Bangkalan.

6. KH Zainal Mustafa

KH Zainal Mustafa ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1972. Dia adalah Wakil Rais Syuriyah NU dan penggagas pemberontakan pada penjajah di Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.

KH Zainal Mustafa dikenal sebagai simbol perjuangan dan keberanian masyarakat Jawa Barat.

Semasa hidup, KH Zainal Mustafa menimba ilmu sedikitnya di empat pesantren yakni Pondok pesantren Gunung Pari, Cilenga Leuwisari, Sukaraja Garut, Sukamiskin Bandung dan Jamanis Rajapolah.


7. KH Noer Ali

KH Noer Ali ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2006. Nama KH Noer Ali sangat dikenal masyarakat Bekasi sebagai simbol perjuangan dan keberanian.


Semasa hidup, KH Noer Ali sempat menimba ilmu pada Guru Maksum di Kampung Bulak, Guru Mughni, dan pesantren pada Guru KH Marzuki. Saat ini namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kota Bekasi.


8. Cut Nyak Dhien 

Berikutnya, pahlawan wanita Indonesia yang juga datang dari Aceh adalah Cut Nyak Dien, yang berjuang dalam perlawanan melawan penjajah secara langsung.

Tercatat dalan sejarah, bergabungnya Cut Nyak Dien berhasil meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh dalam melawah penjajah Belanda. 

Sehingga atas perjuangan yang dilakukan sampai akhir hayatnya itu, pada 2 Mei 1962 Presiden Soekarno melalui SK Presiden RI Nomor 106 tahun 1964, menetapkan Cut Nyak Dien sebagai pahlawan nasional.


9. Raden Adjeng Kartini 

Nah, pahlawan ini pasti sudah sering kita dengar namanya. Lahir di Jepara, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan sosok pahlawan yang dikenal memperjuangkan emanispasi wanita Indonesia.

Dapat diketahui, salah satu landasan perjuangan RA Kartini yaitu didasari pada adanya ketimpangan sosial yang dirasakan antara perempuan dan laki-laki di tanah Jawa.

Sehingga daripada itu, beliau berjuang membela perempuan agar bisa mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki, salah satu diantaranya ialah kebebasan mengenyam pendidikan. Karya-karya pemikiran dan perjuangannya yang lain juga diabadikan dalam buku.


10. Opu Daeng Risaju

Pahlawan perempuan Indonesia berikutnya yang bisa kita ketahui adalah Famajjah atau dikenal sebagai Opu Daeng Risaju.

Famajjah lahir di Palopo Sulawesi Selatan pada 1880 M. Semasa kecilnya, beliau belajar ilmu agama seperti mengkaji Al-Qur’an dan mempelajari ilmu fiqih yang ditulis oleh tokoh penyebar agama Islam di Sulawesi Selatan, Khatib Sulaweman Datung Patimang.

Dalam sejarahnya, beliau dikenal sebagai pahlawan nasional atas jasanya menentang penjajahan Belanda, serta membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA.

Sebagai seorang yang tidak mengenyam pendidikan formal, Opu Daeng Risaju mengenal dan mempelajari bidang politik saat tergabung aktif sebagai anggota Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).


11. Rasuna Said

Pahlawan selanjutnya yang perlu diketahui adalah Rasuna Said atau dikenal sebagai Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Beliau merupakan pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak wanita, dan pentingnya kaum wanita dalam proses meraih kemerdekaan.

Rasuna Said lahir pada September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Untuk terus mengenang perjuangannya, pemerintah Indonesia menetapkan beliau sebagai pahlawan nasional sejak 1974.


12. Laksamana Malahayati

Keumalahayati atau akrab disebut Laksamana Malahayati, memiliki perjalanan perjuangannya sendiri. Dalam masa perjuangan melawan Belanda, beliau diangkat sebagai laksamana oleh Sultan Aceh dan diamanahkan untuk memimpin pasukan Inong Balee. 

Dalam sejarahnya, Laksamana Malahayati dikenal sebagai tokoh perempuan yang ahli di medan perang, dan mahir mewakili Sultan Aceh untuk melakukan perundingan damai dengan pihak Belanda.

Atas jasanya tersebut, akhirnya pemerintahan Indonesia memberi gelar pahlawan kepada Laksamana Malahayati mendapat pada 10 November 2017.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Hari Pahlawan dan 12 Pahlawan Nasional Muslim dan Muslimah Indonesia, Beberapa Berlatar Belakang Pesantren

Trending Now