JOMBANG| JATIMSATUNEWS.COM: Di Jombang tepatnya Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang yang berada dikaki Gunung Anjasmoro memiliki potensi peternakan dan perkebunan yang unggul sehingga Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak. Potensi peternakan salah satunya adalah peternakan sapi.
Awalnya peternak sapi hanya memerah susu sapi kemudian diserahkan ke tempat pengepul susu dan limbah kotoran sapi dibuang ke sungai begitu saja, sehingga sungai yang berada di desa Galengdowo tercemar kotoran sapi.
Upaya menanggulangi limbah kotoran sapi perlu Pemberdayaan Masyarakat untuk Pengembangan Teknologi Pemurnian Biogas dari kotoran sapi perah menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan.
Upaya penanggulangan limbah dapat dimulai dengan menampung kotoran sapi ke tempat penampung atau disebut digester.
Proses tersebut dilanjutkan dengan penanganan berupa proses dekomposisi kotoran hewan menggunakan mikroba,hal ini dapat dipercepat dengan campuran ragi atau menggunakan produk EM4. Mikroba tersebut akan mengurai kotoran sapi sehingga menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor.
Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas memiliki keuntungan sebagai berikut :
Mengurangi polusi udara, serangga, panthogen dan sekaligus mengurangi dampak efek rumah kaca akibat gas methane dari kotoran sapi.
Limbah yang dihasilkan dari biogas langsung digunakan sebagai pupuk organic
Alternatif dari ketergantungan terhadap minyak bumi atau bahan bakar
Mengurangi penebangan kayu yang digunakan sebagai bahan bakar.
“Api yang keluar memang besar tetapi saat digunakan untuk memasak kurang panas jadi lama matangnya beda dengan kita menggun akan LPG lebih cepat matang. Dan juga gas yang dihasilkan ini itu banyak membuat kompor – kompor cepat rusak, hal inilah yang membuat warga sekitar masih menggunakan gas LPG dibanding menggunakan biogas alternatif ini,” ujar bapak Tarno selaku Sekertaris Desa Galengdowo dan Tuan Rumah.
Upaya yang dilakukan oleh mahasiswa Bina Desa UPN “Veteran” Jawa Timur kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3 yang dibina oleh dosen pengampu Ir. Mu’tasim Billah, MS, melakukan upaya pemurnian menggunakan Water Trap. Water trap memiliki 2 fungsi yaitu memisahkan uap air dari gas metan dan gas metan yang masuk ke penampung gas sudah tidak lagi bercampur dengan uap karena gas metan yang keluar dari bak fermentasi akan selalu memiliki kandungan air dikarenakan di dalam digester, untuk itu air ini harus dipisahkan dari gas karena dapat menghambat proses pembakaran.
Water trap menggunakan air kapur ( CaCO3) dan disusun secara sederhana dengan menggunakan galon plastik dengan bagian samping dekat ujung atas di lubangi, sambungkan pipa yang terdapat dari Digester, gas akan mengalir dan kandungan air akan terserap dalam air kapur dan lubangi sebelah saluran pertama saluran untuk ke penampung dan siap disalurkan ke kompor.
Dilansir dari penelitian Karaman Pada tahun 1982 Energi yang dihasilkan oleh biomassa atau biogas ini setara dengan 70-80% Persen dari minyak tanah. Nilai tersebut memang dibawah konversi dari minyak bumi,namun biomassa memiliki kelebihan yakni energi ini diambil dari sumber daya yang dapat diproduksi dengan cepat dan memiliki ketersediaan yang melimpah sehingga cocok dijadikan alternatif untuk mengatasi ketersediaan minyak bumi yang kian lama semakin menipis, sementara permintaan masyarakat semakin meningkat.
Selain itu, dilansir juga dari penelitian Sudirman pada tahun 2014 dengan manggunakan Water Trap warna api biru dan sedikit kemerahan yang berada di ujung atas api tersebut, dimana air kapur yang di dalam water trap bertambah karena uap air yang bersatu dengan gas metan di ikat oleh air kapur, gas yang keluar dari water trap terbilang murni tetapi tidak semurni gas LPG.
Editor : Admin JSN
Penulis : Alrista, Gloria, Nabilla, Rachma, Arsy, Kautsar, dan Sofwan