MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan menyambut Hari Santri Nasional ( HSN), PC.Muslimat NU Kabupaten Malang telah menggelar acara pengajian yang bertempat di kantor PC. Muslimat NU Kab. Malang pada hari Sabtu 14 Oktiber 2023. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh pengurus Muslimat Kabupaten Malang dan juga dihadiri oleh perwakilan pengurus muslimat anak cabang se-kabupaten Malang.
Dalam acara tersebut dihadiri oleh KH . Imam Makruf selaku wakil Syuriyah NU Kabupaten Malang, yang dalam ceramah singkatnya menyampaikan sejarah terkait tradisi NU yang berupa pembacaan Sholawat Nabi / Dziba’/ Al Barjanzi dan segala fadlilah atau keutamaannya.
Tradisi baik ini harus dilestarikan karena didalamnya banyak memuat do’a-do’a untuk keberkahan dan keselamatan dunia akhirat. Pada sisi yang lain Ibu Nur Wahyuni selaku pengurus Muslimat NU Kab. Malang dalam ceramah singkatnya juga menyampaikan bahwa kaum Muslimat NU harus tetap memegang teguh identitasnya sebagai santri “Sekali Santri Tetap Santri,“ tuturnya.
Muslimat walau usia sudah menjelang senja harus tetap semangat dalam mencari ilmu, karena mencari ilmu memiliki keutamaan yang besar, yang diantaranya adalah: Duduk satu jam dengan niat mencari ilmu lebih baik dari memerdekakan 1000 budak, dan lebih baik dari bershodaqoh seribu kuda untuk berjihad di jalan Allah. lanjut beliau
Ibu Noer Rohmah selaku dewan pakar Muslimat NU Kabupaten Malang dalam wawancara singkatnya juga menuturkan terkait hari Santri, bahwa sudah menjadi aturan, yang namanya santri itu harus mengikuti Kiai jika mereka menginginkan kelak hidupnya bermanfaat, dan sudah barang tentu kiai yang menjadi panutan adalah kiai yang bisa menjadi “dalil” bukan hanya sosok kiai yang hanya bisa “berdalil”.
Dalam kehidupan yang terus dinamis dengan semakin kompleksnya permasalahan hidup, sangat memungkinkan munculnya orang-orang yang mengaku “santri” akan tetapi jalan hidup yang ditempuhnya sudah makin jauh dari nilai-nilai yang digariskan oleh Sang Kiai.
Kata Santri terdiri dari 6 huruf yaitu:
S artinya Sabar/mampu mengendalikan diri.
A artinya Amanah /dapat dipercaya.
N artinya Nriman ( Bhs. Jawa ) / Qona’ah.
T artinya Tawadlu.
R artinya Ridlo dan
I artinya Ikhlas.
Seharusnya minimal ada enam kata kunci ini yang harus selalu diterapkan oleh seseorang yang mengaku dirinya sebagai santri, dan harapannya Muslimat NU di seluruh Nusantara ini bisa mewarnai bangsa ini dengan tetap mengedepankan perilaku “santrinya”, mengingat “Wanita adalah tiang Negara” jika Wanita rusak maka rusklah bangasa itu dan jika wanitanya bermoral maka jayalah bangsa itu, Semoga Indonesia tetap menjadi Bangsa dan Negara yang bermartabat, semakin maju dan jaya bersama para wanita-wanita yang bermoral tinggi.( NR)