ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


LHS Jelaskan Soal Salam Sesuai Moderasi Beragama dalam Simposium di Surabaya

Admin JSN
19 Oktober 2023 | 06.04 WIB Last Updated 2023-10-19T13:36:53Z
LHS disambut tepuk tangan dan permintaan antusias peserta untuk berfoto bersama di akhir acara

SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM:
LHS Jelaskan Soal Salam Sesuai Moderasi Beragama dalam Simposium di Surabaya

Gemuruh tepuk tangan kerap mewarnai penjelasan Bapak Moderasi Beragama, Lukman Hakim Saifuddin,  dikenal sebagai LHS, Menteri Agama 2014-2019 dalam Simposium Nasional di Surabaya. Padahal sebagai keynote speakers dengan moderator Mastuki dari Pokja Moderasi Beragama waktu pembahasan sudah mendekati larut malam, Rabu 18/10/2022.

Berbicara di hadapan ASN dalam acara  Simposium Penguatan Kebijakan Moderasi Beragama yang diselenggarakan Kemenag Pusat di Lantai 5 Ballerina Hotel Movenpick LHS menjadikan forum bersemangat mengikuti tiap kalimat yang diucapkan LHS,  termasuk ketika menjawab penanya salah satu peserta soal penggunaan salam lintas agama.

Adapun salam dimaksud oleh penanya dari Kanwil Kemenag Gorontalo perempuan bernama Maryam adalah tentang ucapan salam yang berasal dari agama-agama yang ada di Indonesia seperti salam sejahtera bagi kita semua (Kristen), Shalom (Katolik), Om Swastiastu (Hindu), Namo Buddhaya (Buddha) dan Salam Kebajikan (Konghucu), setelah ucapan assalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wanita yang mengenalkan dirinya sebagai Ibu Maryam menyoal adanya polemik penggunaan salam tersebut.

"Pendapat di atas menimbulkan 2 alternatif pemikiran. Pertama orang yang berpaham seperti ini, 'Pemahaman tentang Moderasi Beragama masih kurang, perlu memahami kembali pentingnya Implementasi Moderasi,' beragama dalam berinteraksi antar sesama dilain pihak justru menganggap pemikiran diatas malah tidak moderasi beragam dengan alasan justru tidak bersikap toleransi. Bukankah salah satu indikator Moderasi. Beragama adalah bersikap Toleransi? Yakni memahami pendapat, keyakinan orang lain. Tidak memaksakan kehendak atau keyakinan yang dianut kepada orang lain dan sebagainya, " urai ibu Maryam.  

Menunggu dijawab sesudah 4 orang lain mengutarakan pertanyaan atau pokok masalah untuk didiskusikan, Ibu Maryam akhirnya mendapatkan jawaban yang membuat audience terpana,  menyimak setiap kalimat yang dilontarkan LHS. Hening,  jawaban mendapatkan tepuk gemuruh ketika usai menjelaskan.

"Soal salam saya muslim saya ucapan Assalamualaikum. Ini tidak salah,  tidak ada masalah. Hormati hargai sebagai pilihan dia. Sebagai seorang Kristen dan Katolik Shalooom, Sebagai seorang Hindu Om Swastiastu, Sebagai Budhis Namo Buddhaya,  Sebagai Konghucu Salam Kebajikan. Ada yang ucapkan kesemua salan-salam itu sebagai bentuk penghormatan kepada penganut agama-agama yang beragam. Ada juga yang hanya ucapkan satu salam saja sesuai agamanya. Keduanya itu baik-baik saja, itu pilihan masing-masing yang harus dihormati, bukan ekstrem," papar LHS. 

Melanjutkan penjelasan LHS menyebut bahwa justru orang yang menyalah-nyalahkan dan memaksa pihak lain yang berbeda dengan pilihannya itulah yang ekstrem.

"Dia menyalahkan, memaksa, ini yang ekstrem. Ketika orang punya idola Habib Riziq apa salahnya?" lanjut LHS menjawab salah satu penanya yang mengutarakan kegusaran ketika ada seorang murid dipersoalkan saat menjawab pilihan Habib Riziq sebagai idola diantara pilihan yang lain. 

Selanjutnya dalam pemaparan lewat Slide LHS menampilkan,
 "Dalam Konteks Indonesia, beragama dan berbangsa adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Bagi setiap pemeluk agama,  menunaikan kewajiban adalah wujud pengamalan kewajibannya sebagai warga negara. 

Pun sebaliknya,  melaksanakan kewajiban kenegaraan bagi setiap warga negara adalah manifestasi pengamalan kewajibannya.  Beragama Tak Boleh Ingkari Nilai-nilai kebangsaan yang menjadi dasar acuan hidup bersama sebagai sesama anak bangsa.  Demikian pula sebaliknya berbangsa tak boleh ingkari pokok ajaran agama yang universal sebagai sesama umat beragama." (Lukman Hakim Saifuddin,  pencetus moderasi beragam).

"Saudara kita yang melampaui batas. Kita bawa ke tengah. Dalam konteks Indonesia, relasi antara agama dan negara itu khas, dan Indonesia adalah spesifik," urai LHS. 

Berlangsung hingga pukul 22.00 LHS menyatakan kesan mendalam atas antusias peserta simposium yang melebihi ekspektasi. 

"Saya merasa amat sangat bersyukur, senang sekali bisa bertemu dengan para peserta simposium malam hari ini yang datang dari para analis, para pejabat fungsional tidak hanya di lingkungan kementerian agama,  tetapi di lintas kementerian dan lembaga yang ada. Dan respon mereka di luar ekspektasi saya karena menyampaikan tanggapannya sangat memahami apa yang dibicarakan. Karena biasanya tanggapan itu kan bisa out of conteks tapi ini sangat relevan dengan tema yang kita bahas pada malam hari ini, luar biasa," ucap LHS disambut tepuk tangan dan permintaan antusias peserta untuk berfoto bersama di akhir acara. Ans



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • LHS Jelaskan Soal Salam Sesuai Moderasi Beragama dalam Simposium di Surabaya

Trending Now