SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam membedah isu kebahasaan kekinian, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan prodi Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya mengadakan Seminar Nasional yang bertempat di Auditorium Gedung T14 Lantai 4 Fakultas Bahasa dan Seni Unesa (20/10/2023)
Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Didik Nurhadi, Ph.D, itu menghadirkan dua orang narasumber diantaranya Prof. Dr. Phil. Kamal Yusuf, SS., M.Hum. dan Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd. Seminar ini berlangsung sangat menarik dengan dihadiri hampir 300 orang mahasiswa dan dosen. Prof Kamal, alumnus Universitas Leipziq German yang juga dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini membahas topik Lanskap Linguistik dan Pengajaran Bahasa.
“Lanskap merupakan ‘gambar’ gabungan antara bahasa, kata dan gambar untuk menunjukkan sebuah tujuan tertentu yang saat ini sedang menjadi trend penelitian bahasa,” ujar Prof Kamal.
Lanskap ini bisa dikaji secara detail (zoom in) untuk melihat secara parsial atau secara keseluruhan (zoom out). Dan penelitian seputar lanskap linguistik virtual menjadi hal yang cukup baru dan belum banyak peneliti yang mengkaji hal ini. Sehingga menjadi peluang besar untuk pemuatan artikel kajian ini dimuat di jurnal internasional bereputasi.
Dalam paparan sebagai narasumber kedua, Dr. Tengsoe menyampaikan materi Sastra di Era Digital dan Pembelajarannya. Sastrawan yang aktif dalam berbagai kegiatan Desan Kesenian Malang dan Jatim ini banyak memberikan tips pembuatan karya sastra puisi bercita rasa tinggi.
“Perlu banyak membaca puisi yang bagus agar karya Anda memiliki keindahan rasa. Dan diperlukan pula kreatifitas keberanian untuk keluar dari pakem kaidah kebahasaan.” pesannya pada hadirin yang hadir. Ia juga menyampaikan bahwa perkembangan dunia digital saat ini juga memberikan suasana baru dalam dunia sastra dengan hadirnya Sastra Siber, Sastra Digital dan Sastra Multimedia. Ia juga menyampaikan bahwa artificilal intelegence belum bisa mempresentasikan kreatifitas olah rasa melalui pilihan diksi dalam karya sastra.
Lebih lanjut, seniman berprestasi Jawa Timur yang juga pencetus Pentigraf itu juga menyarankan untuk senantiasa ‘cinta dan setia’ pada puisi jika ingin melahirkan karya yang bagus. Cinta berarti menyukai dengan terus membaca dan meningkatkan pemahaman tentang puisi dan ‘setia’ sebagai bukti untuk meningkatkan ksenantiasa menulis dan berkarya.