Reuni Akbarnya Dihadiahi Ning Lia Pantun, Ini Profil ASAS Nusantara |
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Baru-baru ini, terlaksana reuni Akbar ASAS Nusantara. Menariknya, reuni tersebut dihadiri banyak tokoh masyarakat, diantaranya KH. Makki Nasir, Ketua PC NU Bangkalan, Dr. Ramliyanto, S.P., MP. Ka BPSDM Provinsi Jawa Timur, Dra. H. Mohni, M.M, Plt. Bupati Bangkalan, Dr. H. Ahmadi, M.Pd., Ketua STAI Al Hamidiyah, dan keponakan Gubernur Khofifah, Dr. Lia Istifhama.
Pada saat itu, ning Lia menyelipkan pantun dalam sambutannya (9/9):
“Banyaklah ibadah biar hidupnya sejahtera
Jangan lupa, juga harus pintar memilih dalam berkawan
Berjumpa kita dalam reuni Akbar asas Nusantara
Insya Allah ini penuh berkah dan kesan tak terlupakan”
ASAS sendiri, singkatan dari Alumni Santri Al-Hamidiyah Sen-asen, Pondok Pesantren yang diasuh KH. A.A. Dahlawie Zarkasy. Ponpes ini terletak di pelosok desa yang notabene sosial ekonomi masyarakatnya sangat lemah dan taraf pendidikannya tergolong rendah. Mata pencaharian penduduk sekitar pondok pesantren adalah bercocok tanam dengan sistem pertanian tadah hujan, dan sebagian ada yang berurbanisasi ke kota bahkan menjadi TKI ke luar negeri.
“Fakta sosial tersebutlah yang kemudian mendasari almarhum ayah saya, yaitu KH. Zarkasy Abdul Hamid untuk mendirikan ponpes di tengah ketertinggalan pendidikan masyarakat setempat saat itu. Tepatnya, berdiri pada tahun 1975 dengan modal swadaya masyarakat, yang bermula merupakan sebuah surau atau pondok kecil untuk para santru belajar belajar al-Qurān dan kitab kuning,” jelas KH. Abdullah Dahlawie Zarkasy, pengasuh kedua ponpes Al Hamidiyah.
“Perlahan, surau yang menjadi cikal bakal ponpes Al Hamidiyah ini, kian diminati oleh banyak santri baru, bahkan tidak sedikit yang berasal dari luar pulau seperti Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, dan Sumatera. Perlahan, pondok pun semakin berkembang dengan berdirinya lembaga pendidikan formal, yaitu Madrasah Diniyah Salāfīyah Al-Hamidiyah.”
Perlu diketahui, KH. Zarkasy Abdul Hamid selaku pendiri ponpes, merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pernah menjadi panglima laskar Hisbullah wilayah Kalimantan Barat pada masa penjajahan Jepang.
Nama Pondok Pesantren Al-Hamidiyah sendiri, dinisbatkan kepada sesepuh yaitu KH. Abdul Hamid, ayah dari alm. KH. Zarkasy yang merupakan keturunan ke 13 dari Raden Muhammad Ainul Yakin atau Sunan Giri (Raden Paku).
Secara terpisah, ning Lia (15/9), menjelaskan kesannya ketika mengunjungi langsung Ponpes Al-Hamidiyah Bangkalan.
“Ponpes tersebut merupakan pengejawantahan kuatnya kecintaan ilmu ditengah situasi sosial masyarakat yang saat itu memiliki ketertinggalan dalam pendidikan. Ponpes ini bukan hanya mampu mengangkat taraf pendidikan masyarakat, tapi juga sebagai Pesantren Tangguh Semeru, sehingga patut diapresiasi banyak pihak.”
“Apalagi pengasuhnya, Yang Mulia KH Dahlawi, sosok Ulama yang bukan hanya menyempatkan diri menulis karya untuk dibaca generasi mendatang, namun juga selalu menunjukkan sikap arif dan rendah hati yang patut dan wajib diteladani,” pungkasnya, yang kemudian mengutip pesan bijak sang Hadratus Syeikh Mbah Hasyim Asy’ari: 'Kejarlah Ilmu ke mana pun dia pergi. Belajarlah kepada orang yang betul betul memahaminya’.
Red