Halimi Zuhdy
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: "Negeri muslim mana yang bisa dicontoh! Negeri yang di dalamnya mayoritas Islam itu tidak maju, kolot, perang terus, tidak ada kedamaian, kotor, terbelakang!" Narasi-narasi itu tidak sedikit yang keluar dari orang Islam sendiri, dan juga dari non muslim yang diamini, entah apa yang terbayang dalam pikiran mereka.
Narasi seperti di atas, banyak yang keluar dari para intelektual, akademisi dan tokoh-tokoh agama. Saya juga heran, mengapa mereka sama negerinya sendiri tidak percaya diri, juga mengapa mereka pada saudara sendiri tidak mencoba untuk memahami.
Toyyib. Mari kita lihat pelan-pelan, Islam pada hakekatnya tidak ada label, seperti Islam Rahmatal Lil Alamin, Islam Moderat, Islam Radikal, dan sebutan lainnya. Islam ketika diberi label, maka akan membentuk stereotip baru. Islam ya Islam, bagaimana kemudian Islam diberi label? Karena, banyak yang mencoba melihat Islam dari berbagai sisinya, dan itu bukan Islam lo?! Tapi muslim-nya. Bukan Islamnya. Apakah Islam mengajarkan kekerasan?, tidak kan?! Apakah Islam mengajarkan kemiskinan, tidak kan?. Apakah Islam mengajarkan keterbelakangan, tidak kan?!.
Islam itu adalah agama penuh damai (salamah) tetapi kemudian muslim yang menangkap bagaimana memahami Islam. Bukan Islam yang harus disalahkan, tetapi bagaimana muslim yang harus memahami Islam. Islam itu agama salam, bukan kekerasan. Bisa dilihat, bagaimana Islam dalam Al-Qur'an dan hadis, tidak ada yang mengajarkan keburukan, keterbelakangan, keterpurukan, kebodohan, korupsi, nepotisme, kesemrawutan dan keburukan lainnya. Bila ada Ayat atau hadis terkait dengan harb (peperangan) dan qital (pembunuhan), itu bukan semata-mata persoalan kekerasan, itu memiliki hal sangat rumit. Perlu dipahami lebih dalam.
Oh ia. Kembali pada negara mayoritas muslim.
Pemahaman tentang Islam seharusnya tidak hanya didasarkan pada tindakan individu atau mayoritas penduduk dalam suatu negara yang mungkin mayoritas beragama Islam. Islam sebagai agama memiliki prinsip-prinsip dasar yang dipegang oleh pemeluknya, namun pelaksanaannya dapat beragam tergantung pada pemahaman dan interpretasi individu. Coba lihat pemahaman mayoritas dalam agama lain-nya.
Dan penting untuk dipahami bahwa Islam hanya satu, tetapi kemudian penganutnya memiliki beragam aliran, tradisi, dan pandangan di seluruh dunia. Praktik keagamaan dapat bervariasi, dan individu memiliki kebebasan untuk memahami dan menjalankan ajaran Islam sesuai dengan keyakinan pribadi mereka. Oleh karena itu, penting untuk tidak menggeneralisasi atau menilai seluruh agama Islam berdasarkan tindakan atau pandangan kelompok atau individu tertentu. "Tidak bisa lo dipisahkan antara Islam dan muslim?". Katanya. "Benar, Islam itu agamanya, muslim itu penganutnya!, sama dengan Indonesia, pancasila itu dasar negaranya, apakah penduduk Indonesia sama dalam mempratikkannya?!.
Penting juga untuk berdialog dan memahami beragam pandangan dalam Islam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang agama ini, dan menghindari stereotip dan prasangka yang tidak sehat. Tertarik apa yang disampaikan Prof Inung, dalam "Mari Berkaca, Jangan Marahi Mereka yang Memarahi Kita". Dalam artikelnya beliau menulis "Sebelum kita kecewa, atau bahkan marah ke orang lain mengapa mereka tidak bisa mengapresiasi Islam, marilah kita mengaca. Apakah kelakuan kita telah mencerminkan Islam kita? Ini bukan semata-mata tentang agar orang lain memeluk Islam. Bukan! Bahkan Nabi Muhammad pun tidak bisa meng-Islamkan pamannya. Ini tentang konsekuensi logis dalam ber-Islam".
Tidak sedikit yang masuk Islam, bukan karena melihat muslimnya, tetapi melihat ajaran Islamnya, walai juga tidak sedikit yang ragu-ragu masuk Islam kerena melihat perilaku muslimnya. Dan juga mungkin, mereka tidak masuk Islam walau ajarannya bagus, karena melihat perilaku muslim yang tidak sesuai dengan ajaran agamanya.
Maka, kita tidak terpengaruh pada mereka yang iri melihat Islam yang menjadi agama rahmah, kemudian menjelekkan Islam. Tetapi, bagaimana kita terus memperbaiki diri menjadi muslim yang sesuai dengan ajaran Islam dengan prinsip-prinsip dasarnya, dan kemudian mencontoh akhlak yang dipraktikkan oleh Nabi, para sahabatnya, dan orang-orang shaleh yang mengikutinya.
Thailand, 11 September 2023