ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


Biopori, Upaya Tingkatkan Bahan Organik Tanah dan Atasi Kekeringan pada Kebun Kopi

Admin JSN
22 September 2023 | 18.35 WIB Last Updated 2023-09-22T12:18:09Z

 

Pembuatan biopori di kebun kopi (dok pri)

“Kondisi lahan pertanian kita saat ini banyak yang sakit. Bahan organik, khususnya di kebun kopi lahan kering di Sumbermanjing Wetan masih rendah”

Disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dalam sambutannya pada kegiatan pengabdian masyarakat Sabtu, 9 September 2023. Didukung dengan data riset sebelumnya, memang kandungan bahan organik pada lahan kering di Malang Selatan masih rendah. Idealnya kandungan bahan organik dalam tanah yaitu 5%, namun masih banyak ditemui lahan dengan kandungan bahan organik di bawah ideal. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada kebun kopi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan berkisar 0,75-3,02%, di PTPN XII Bangelan berkisar 0,99-1,56%, dan di Kecamatan Dampit berkisar 1%.

Rendahnya bahan organik dalam tanah tidak terlepas dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Dalam prakteknya masih banyak petani yang bergantung pada pupuk kimia, dengan anggapan kalau tanaman tidak diberi pupuk kimia yang banyak tidak akan tumbuh optimal. Namun, mulai tahun 2022 pemerintah membatasi penggunaan pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Selain itu, dalam peraturan ini pemerintah juga menetapkan 9 komoditas strategis yang berhak menerima pupuk bersubsidi, yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, tebu, dan kakao. Lantas, apakah petani harus tetap bergantung pada pupuk kimia?

Tak berhenti disitu, permasalahan lain juga dihadapi oleh petani saat ini yaitu ketersediaan air bagi tanaman yang cukup rendah. BMKG memprediksi fenomena El Nino (kemarau berkepanjangan) akan terjadi hingga awal 2024. Fenomena el nino berpotensi menyebabkan beberapa dampak terhadap sektor pertanian, diantaranya hasil panen berkurang, musim tanam terganggu, serangan penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman, dan menganggu produksi tanaman.

Menanggapi issue tersebut, dilakukan pengabdian masyarakat oleh Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, SU, Guru Besar FP UB beserta tim dengan tema “Teknik Pemberian Bahan Organik untuk Perbaikan Kualitas Penyimpanan Air di Lahan Kering”, dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan dapat meningkatkan penyimpanan air. Kegiatan dilaksanakan di Desa Ringinsari Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang dengan rangkaian kegiatan meliputi sosialisasi manfaat bahan organik, sosialisasi pembuatan kompos, forum group discussion dengan petani, hingga praktek pembuatan lubang resapan biopori di kebun kopi.

Berbicara banyak terkait bahan organik, sebenarnya apa itu bahan organik tanah, dan apa saja manfaatnya?

Bahan organik dan manfaatnya

Bahan organik merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, dapat bersumber dari sisa tanaman ataupun hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik memiliki banyak manfaat dan peran terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah diantaranya membentuk struktur tanah, meningkatkan ruang pori tanah, dan meningkatkan kapasitas menahan dan penyimpanan air dalam tanah. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah yaitu berfungsi sebagai sumber unsur hara bagi tanaman.

Sumber bahan organik

Bahan organik bisa berasal dari jaringan organik tanaman (daun, ranting, buah, akar), jaringan organik fauna (kotoran dan mikrofauna), atau sumber lain dari luar (pupuk organik). Sumber bahan organik dapat memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar, seperti limbah sayuran, kotoran ternak, kulit kopi, ampas tebu, dan sebagainya.

Metode aplikasi bahan organik

Ada beberapa metode aplikasi bahan organik, diantaranya yaitu disebar di permukaan tanah, dalam larikan, hingga pada zona perakaran tanaman. Aplikasi bahan organik pada zona perakaran lebih efektif diterapkan, yaitu dengan membuat lubang resapan biopori. Lubang resapan biopori merupakan teknologi resapan yang dibuat di permukaan tanah hingga kedalaman tertentu yang dapat menampung limpasan air hujan dan menjadi tempat untuk dekomposisi bahan organik. Caranya yaitu dengan membuat lubang pada permukaan tanah hingga kedalaman perakaran (pada tanaman kopi akar tunjang sekitar 30-45 cm) dengan jarak 50-200 cm dari batang tanaman kopi (batas luar tajuk tanaman). Selanjutnya pada lubang tersebut dimasukkan bahan organik. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan bahan organik berkompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kualitas penyimpanan air dalam tanah. Penerapan lubang resapan biopori dapat mengurangi volume air yang melimpas, meminimalkan kehilangan hara dan meningkatkan daya simpan air, meningkatkan ruang pori tanah, meningkatkan kapasitas air tersedia, dan meningkatkan kapasitas air yang masuk ke dalam tanah.

Gambar ilustrasi desain dan mekanisme biopori di kebun (dok pri)

Banyak sekali bukan manfaat bahan organik? Selain menguraikan permasalahan limbah, penerapan biopori dengan bahan organik ternyata memiliki sejuta manfaat, ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Disamping memikirkan keuntungan ekonomis, sekarang sudah saatnya kita menerapkan sistem pertanian berlanjut. Salam Lestari. (afh)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Biopori, Upaya Tingkatkan Bahan Organik Tanah dan Atasi Kekeringan pada Kebun Kopi

Trending Now