LUMAJANG | JATIMSATUNEWS.COM : Senin, 21 Agustus 2023 Tim Reaksi Cepat Cakrawala Universiras Negeri Malang (TRCC UM) melakukan Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) pasca banjir bandang 7 Oktober 2022 di kawasan desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS).
Dengan bekal prinsip Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan mitigasi serta Kajian Kebutuhan Pasca Bencana TRCC UM melakukan koordinasi awal juga berupa survey serta assessement lokasi, ditemui langsung oleh Petugas BBTNBTS yang juga merupakan FPRB Jawa Timur Bapak Sukaryo atau yang akrab dipanggil Cak Yo dan Pemerintah Desa Ranupani Serta Ketua Relawan Desa Ranupani Bapak Bejo.
Sri Wahyuni, salahsatu perangkat desa mengatakan bahwa masalah utama terjadinya banjir adalah penumpukan materia banjir bandang serta terbatasnya jalur akses irigasi yang telah termakan proyek sipil, selain itu dampak yang ditimbulkan pasca terjadinya banjir dan tanah longsor pada 7 Oktober 2022 lalu adalah rusaknya ekosistem Danau Ranupani karena sedimentasi tanah longsor. Pembuangan sampah warga juga menyumbang dampak dari bencana tersebut.
Menurutnya, kebutuhan mendesak saat ini adalah kajian terkait cara mengatasi atau membuat pembuangan aliran air agar tidak masuk ke danau.
"Yang lebih penting, bagaimana air itu dialirkan agar tidak masuk ke Danau Ranupani, utamanya dari Dusun Sidodadi, karena Di Dusun Besaran ini kan paling rendah. Atau dilakukan pemutusan bukit/gunung sehingga aliran air bisa dibuang keluar dari Ranupani agar Danau tidak rusak" ujar Sri.
Sementara itu, Petugas BBTNBTS Sukaryo mengungkap dari sisi jalur evakuasi untuk masyarakat, sementara ini jalur titik kumpul berada di Balai Desa Ranupani, ini tentunya kurang tepat karena Balai Desa Ranupani berada pada ketinggian terendah dari KRB. Beliau menyarakan untuk memasang jalur evakuasi yang tepat berdasarakan elevasi yang tepat atau tinggi.
"Kalau dari saya mending jalur Evakuasi, karena sementara ini titik kumpul masyakarat ketika banjir ada di Balai Desa Ranupani, sedangkan balai desa itu kan rendah jadi nanti malah kebanjiran. Mungkin bisa didepan kantor BBTNBTS kan tinggi atau dimana sesuai dengan kajian dan elevasi yang tepat" ungkap pria yang akrab dipanggil Cak Yo terbsebut.
Selain itu Cak Yo juga menyinggung perihal metode terasering yang harus dieduaksikan kepada masyakarat agar masyarakat melakukan aksi ini sebagai mitigasi jangka panjang, tak hanya itu beliau juga menjelaskan agar konsep pembangunan sipil KSPN ini dikaji secara holistik dan detail untuk pembangunan jangka panjang dilihat dari sisi KRBnya.
Disisi lain Bejo, Ketua relawan desa Ranupani merasa masih banyak hal yang harus dipersiapkan baik logistik atau Sumberdaya manusia dan edukasi untuk bersama-sama menciptakan kawasan yang aman bencana.
"Saya pikir, kita butuh peralatan yang cukup dan SDM yang siap untuk melakukan ini semua secara bersama-sama" tutur Bejo.
Tim Reaksi Cepat yang melakukan survey ini telah memiliki gambaran dan masukan dari Otoritas wilayah setempat, sehingga kedepannya akan disampaikan kepada pihak Universitas Negeri Malang sebagai unsur pentahelix Pengurangan Risiko Bencana agar bisa dilakukan tindaklanjut sesuai kebutuhan dilapangan.
Sebagai akhir literasi, setelah melakukan FGD singkat dan Survey lapangan TRCC UM menikmati keindahan Desa Ranupani dan Danau Regulo di Kawasan BBTNBTS, kawasan yang sangat indah, mari kita jaga dan rawat bersama untuk kelestarian lingkungan dan dapat dinikmati oleh anak cucu kita.
Terimakasih disampaikan khususnya untuk Cak Yo, masyarakat sekitar, Pemerintah Desa Ranupani serta para pihak lainnya yang turut memberikan dukungan terhadap program TRCC UM ini, semoga ada tindaklanjut yang nyata dalam program Pengurangan Risiko Bencana ini dalam fase pasca bencana atau Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITUPASNA).