Oleh: Y.P.B.Wiratmoko
Artikel | JATIMSATUNEWS.COM: Manusia sebagai makhluk yang berbudi pekerti luhur ia mengenal tatakrama di dalam hidupnya. Untuk menyelenggarakan hidupnya ia harus mengambil bahan makanan dan mengasimilasikan dengan bahan dan sebaliknya. Hal ini terjadi dalam perbuatan manusia yang disebut makan dan di muka telah diterangkan bahwa ia menghadapi makanan dengan distansi dan moderasi. Manusia sebagai subyek menghadapi makanannya sebagai obyek dan harus menguasai dirinya dalam hal makan.
Dalam hal makan, hewan tidak mengenal distansi dan moderasi. Hewan menceburkan dirii dan tenggelam dalam makanannya tetapi manusia tidak. Manusia dengan nilai-nilai kemanusiaannya ia bisa memilih , memilah dan menentukan jenis makanan yang harus dimakan dengan sikap dan etika makan yang tinggi pula. Dalam hal menikmati makanannya manusia memiliki kebudayaan sendiri.
Manusia tidak menikmati makanannya dengan cara yang membabi buta. Jika hewan makan dengan rakusnya, tidaklah demikian dengan manusia. Hewan makan sampai kenyang, manusia bisa mengambil porsi secukupnya dalam makan. Banyak hewan tengah makan dengan bertengkar hebat sampai melukai sesamanya tetapi manusia tidak.
Manusia menyelenggarakan kebiasaan makan dengan halus dan penuh sopan santun . Ia memiliki menu makanannya dan selalu memerhatikan kesehatan bagi hidupnya. Ia mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Ia berdoa mengucap syukur sebelum dan sesudah makan. Manusia bisa membersihkan, menggunakan dan menyimpan kembali peralatan makannya. Ini tidak kita lihat dalam cara makan hewan.
(Ngawi, 13 Agustus 2023)