(Bagian 3)
Oleh: Y.P.B.Wiratmoko
Artikel | JATIMSATUNEWS.COM: Dalam pesta selamatan di desa-desa yang menyelenggarakan makan bersama, para undangan telah mengerti aturan lisan secara adat-istiadat. Mereka akan mengambil tempat duduk betdasarkan usia. Orang-orang tua hendak mendudukkan dirinya pada tempat yang lebih jauh dari hiruk-pikuk pesta . Setelah kelompok orang-orang tua kemudian disusul oleh orang-orang dewasa baru kemudian orang-orang muda yang masih bujang. Sedangkan mereka yang dituakan seperti Kepala Dukuh, Kepala Desa, pegawai, biasanya tempat duduknya berada di dalam kelompok orang-orang tua.
Jika tidak ada kelompok atau tim pelayan (Jawa: sinoman), anak-anak muda yang masih bujang inilah yang hendak menjadi pasukan sukarela secara gratis membantu yang sedang berhajat pesta selamatan menyajikan aneka makanan dan minuman kepada para undangan. Mulai dari yang tertua sampai anak-anak muda. Di sini kita bisa lihat cara makan orang tua, orang dewasa dan anak-anak muda.
Untuk anak-anak muda, makan di tempat lesehan yang terbuka biasanya mereka tidak ada masalah. Selain ingin cepat-cepat mereka pun juga menginginkan pergaulan yang agak longgar untuk mencari kenalan dan sahabat baru di tempat makan seperti ini. Mereka yang banyak uang tak segan-segan untuk membayar atau mentraktir para kenalan baru atau sagabat yang baru dikenalnya untuk menjalin hubungan lebih lanjut. Dari cara makan sebagian karakter seseorang bisa dibaca.
Manusia bisa mebyelenggarakan makan secara teratur dan bebas untuk makan setiap saat . Tidak seperti hewan liar yang terus makan sepanjang hari. Manusia makan jika perutnya lapar dan minum jika tenggorokannya haus. Namun demikian manusia bisa mencegah dan menahannya ketika sedang berpuasa. Hanya manusia yang bisa menyenggarakan ini.
(19 Agustus 2023)