(Bagian 4)
Oleh; Y. P. B. Wiratmoko
Artikel | Jatimsatunews.com: Dalam hal makan manusia boleh berselera namun tidak boleh menggelora. Misalnya, makan tidak boleh berlebih-lebihan meskipun rasanya nikmat dan makanan tersaji bebas . Minum tidak boleh sampai mabuk. Orang mabuk tidak bisa menjaga keluhuran hidupnya . Orang mabuk hendak dipandang rendah martabatnya . Ia tidak bisa menguasai diri untuk berbuat hal-hal yang baik. Berbeda sama sekali dengan orang-orang yang secara sadar hanya minum untuk menghangatkan kondisi tubuhnys dari cuaca dan iklim yang dingin. Minum di sini untuk kesehatan tubuh. Lain halnya dengan mereka yang minum sampai mabuk. Bisa mrrusak kesehatan tubuh.
Tidak seluruh pandangan kuno itu baiik. Misalnya, manusia semakin sedikit makan dan minum itu baik. Manusia itu makhluk jasmani dan rohani. Makan dan minum diselenggara kan secara jasmani tetapi tidak meninggalkan keluhuran rohaninya. Yang tepat kita menikmati rezeki karunia Tuhan ini secukupnya artinya 'dengan porsi yang pas', tidak kurang dan tidak lebih. Manusia bisa mengurangi makan dan minumnya tetapi pengurangannya tidak boleh berlebihan. Pengurangan makan dan minum secara ekstrim bisa menimbulkan penyakit secara fisik. Demikian pula makan dan minum secara berlebih-lebihan juga bisa memengaruhi kesehatan fisiknya.
Manusia sebagai makhluk jasmani-rohani tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani untuk menjadi jasmani saja. Makan untuk kebutuhan jasmani menuju kesempurnaan hidup rohaninya pula.
Dalam pepatah Jawa kenikmatan yang dijadikan pantangan manusia adalah, "mangan, dolan, turu (makan, dolan, tidur) dalam hal ini mengandung kata-kata melulu selaksa berlebih-lebihan. Makan enak, dolan pergi mencari kesenangan dan jika lelah bisa tidur nyenyak , siapa yang tidak suka? Sekalipun hidup sudah berkelimpahan harta, jika hidup manusia hanya melulu mementingkan makan , mencari kesenangan dan tidur juga tidak baik. Tidak layaklah jika manusia hanya hidup untuk mengejar ego dan kepentingan dirinya saja.
Makan. Sebelum makan, manusia harus bekerja. Bekerja untuk mencukupi kebutuhan yang lain termasuk makan. Makan untuk hidup bukannya hidup untuk makan saja seolah-olah bisa makan puas dan lebih samoai perutnya hampir meletus.
(Ngawi, 20 Agustus 2020