ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM:
Makan dalam adat budaya manusia yang luhur, baik individu maupun kelompok dilakukan selayaknya sebuah upacara yang resmi seperti sebuah pemujaan seraya tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Mahamurah yang telah berkenan mengaruniakan rezeki yang berlimpah -ruah. Tanda syukur itu bisa kita lihat dalam kegiatan berdoa memohon berkat dan rahmat atas makanan yang diterima saat itu, baik sebelum dan sesudah makan.
Perhatikan seorang ibu yang tengah menyuapi anak-anaknya. Betapa luhurnya ia mengajari makan kepada anaknya yang sudah bisa berjalan . Ia menyuapi anaknya dengan porsi sedikit-sedikit , makanan diambil dan dimasukkan ke mulut anaknya. Ia didudukkan sedemikian rupa di atas kursi atau dipangku sambil sesekali dinasihati. "Makan yang banyak ya agar cepat besar ", dan lain sebagainya. Ia juga tidak boleh berlari-lari sambil makan . Melarang bercakap-cakap agar tidak tersedak dan sebagainya.
Di pedesaan atau di perkotaan dapat kita saksikan cara makan orang-orang secara tertib dan teratur. Makan pada acara selamatan, resepsi pernikahan dan sebagainya . Demikian pula dapat kita lihat cara makan para petani di sawah. Mereka akan mengambil posisi duduk di empang-empang sawah maupun di bawah pohon di pinggir jalan. Ketika ada orang lewat pasti ditawari makan walau sekedar basa-basi belaka.
Makan bagi manusia hendak memiliki nilai dan sifat sakral jika dilakukan sesuai dengan keluhutan manusia. Makan bersama sering menjadi suatu seremonial yang suci layaknya sebuah pengorbanan, pemujaan dan rasa syukur kepada Tuhan. "Berilah kami rezeki pada hari ini". Tuhan Sang Sumber Rezeki. Manusia memohonnya. Jika rezeki yang diterima berupa makanan maka manusia hendak menikmatinya dengan penuh syukur. Di berbagai acara tertentu kita bisa menyaksikan cara makan sebagai upacara yang resmi. Demikianlah pendirian manusia dalam hal makan. Sifat sakral dalam hal makan seperti ini layak dilakukan bersama dalam keluarga.
Oleh: Y.P.B.Wiratmoko
(Ngawi, 17 Agustus 2023)