Senandung Violinist

Admin JSN
06 Agustus 2023 | 10.42 WIB Last Updated 2023-08-06T03:42:02Z


PUISI | JATIMSATUNEWS.COM: Ingin kupeluk erat senyummu sekali lagi Memandangmu lekat-lekat hingga kembali pagi
Izinkan aku meraba rambut hitammu, di ujung binar matamu yang mengedipkan rindu, Membuatku hanyut menitik cinta mengisi hati

Seperti pertemuan kita di suatu pagi tiga minggu  yang lalu
Menyisakan kisah yang berderu memeluk malam-malamku, merindukanmu

Seperti bertabur purnama, menjadi bahagia hari-hariku, setelah mengenal tentangmu

Pada gunung es yang mencair, retak hancur, menyibakkan kelemahanku

Kadang, aku ingin bicara kepada sang waktu,
Aku menemukanmu saat lukaku menganga lebar Ingin sekali aku teriak:
berhenti, jangan kau terbang terbawa angin,
tunggu lukaku sembuh, jangan kau tersenyum ke bintang yang lain

Pagi ini, aku ingin bersimpuh pada peraduan-Nya
Memohon di sela-sela tanah berlumpur dan basah, bercampur daun-daun kering berserakan tak tentu alur
Mengharap embun pagi membasuh tanah berlumpur yang tertumpuk-tumpuk itu Sehingga sinar mentari yang tiba nanti menjadi pembuka jalanku, mengukir kisahku denganmu, Mengingatkan perbincangan kita pagi itu 

Di gedung ini:
perlahan sinar surya menyapu dedaunan basah,
menyunggingkan senyum terindahmu

Di sampingmu, ketika itu aku ingin mendekap ragamu, 
Berkata semu dengan nyaring, "Aku menyangimu" 
Apa itu akan jadi tawa bahagiamu? 
Kupilih terdiam dan hanya memotret wajahmu yang tersenyum, tanpa canda tawa yang bersiul di antara kita,
Padahal ada pelangi saat terayun biola cantik itu
Aku menahannya untukmu: lalu, kau lagi-lagi tersenyum,
tergetar asaku, 
apa tergetar rasamu?

Ada getaran sepi kini, ketika merpati tiada lagi Lepas, di udara yang pernah jadi dunia kita sambil berlari kecil kupanggil namamu, menunjukkan potretmu yang kuambil
Di sini: dari kejauhan Sembari kugesekan erat helai-helai senar yang jadi senandungku 
Ketika pertemuan pertama itu
Kini, kusimpan pada hidup yang mengisahkanku, juga tentangmu di sini, aku berkata: di lembah lelah, aku mengeja doa: sesegera dipanggil di ujung lirih napasku dalam pahit sendiri tiada terjawab harap mimpiku, dulu sekali
Mengata rasa pada rona wajahmu
Meski, kini telah berjalan dalam dimensi yang lain

Terima kasih, sedikitnya perkenalan kita menyimpuhkan diriku pada Sang Esa Membasuh lumpur di gelimang ragaku
Biar, biarlah sendiri kenanganku kini tersimpan di hangatnya mentari
Seperti pagi itu...





Malang, 6 Agustus 2023
Eni Wahyuni, S.Pd., M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia
MAN 2 Kota Malang
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Senandung Violinist

Trending Now