Peringatan BMKG Soal Fenomena El Nino, Puncak Musim Kemarau Bakal Lebih Kering

18 Agustus 2023 | 08.49 WIB Last Updated 2023-08-18T01:50:13Z


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM:

Fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang datang dalam waktu bersamaan diprediksi membuat puncak musim kemarau tahun ini lebih kering dari sebelumnya. Imbasnya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan.

Kondisi tersebut berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.

Oleh karena itu, menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, pemerintah daerah perlu segera melakukan aksi penyelesaian dan kesiapsiagaan. ”Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman,” ungkap kemarin (17/23).

Namun, lanjut Dwikorita, di sektor perikanan, kondisi tersebut biasanya justru berpotensi meningkatkan penangkapan ikan. Itu terjadi karena perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin. ”Karena itu, peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan sehingga dapat mendukung ketahanan pangan nasional,” jelas dia.

Dwikorita mengatakan, fenomena El Nino dan IOD positif yang saling menguatkan membuat musim kemarau tahun ini menjadi lebih kering dan curahan hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, pada musim kemarau ini menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali. ”Puncak kekeringan ini diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022,” paparnya.

Berdasarkan pengamatan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai 1,01 dengan level sedang, sementara IOD sudah memasuki level indeks yang positif. Sebelumnya, pada Juni hingga dasarian 1 bulan Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum terasa.

Namun, setelah itu, El Nino dan IOD positif yang sifatnya global dan skala waktu kejadiannya panjang dalam hitungan beberapa bulan terjadi dalam waktu yang bersamaan. ”Dalam rentang waktu tersebut, sebagian wilayah Indonesia masih ada yang diguyur hujan akibat adanya dinamika atmosfer daerah yang bersifat singkat sehingga pengaruh El Nino belum dirasakan secara signifikan,'' kata Dwikorita.

Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian bisa berjemur. Terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional yang sangat bergantung pada iklim dan curah hujan. Selain itu, kondisi kekeringan tersebut dapat berujung pada bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Jika tidak terkendali, hal itu bisa menimbulkan krisis kabut secepatnya.

Menurutnya, kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada kualitas lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat. ”Belum lagi, di musim kemarau udara akan menjadi lebih kering dan banyak debu sehingga juga sangat rentan terhadap persebaran penyakit,” ujarnya.

Ardhasena mengingatkan semua pihak untuk mengiritasi penggunaan air di dalam maupun di luar rumah. Kemarau kering yang melanda akibat El Nino dan IOD diperkirakan secara positif membuat debit air sungai maupun sumber mata air mengalami penurunan. Hal tersebut dapat berdampak pada ketersediaan dan suplai air bersih.

Terpisah, Kepala Divisi Kampanye Walhi Puspa Dewy mengungkapkan, persoalan ancaman kekeringan di Indonesia akibat iklim tidak terjadi tahun ini saja. Karena itu, seharusnya BMKG meminta kepada pemerintah untuk menyiapkan skema-skema penanganan ancaman tersebut

Sumber : BMKG.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Peringatan BMKG Soal Fenomena El Nino, Puncak Musim Kemarau Bakal Lebih Kering

Trending Now