ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM:
Yesil Cami, Masjid Hijau Penuh Pesona Peninggalan Khalifah Ustmaniyah
Halimi Zuhdy
Bursa adalah kota pertama yang saya kunjungi. Setelah mendarat di Bandara Internasional Istambul, beberapa jam kemudian menuju kota Bursa. Dalam perjalanan menuju kota kuno ini, mata dibuat tidak berkedip memotret keindahan pemandangan alam Turki. Mata seperti dimanja, mau memandang apa saja tampak begitu mempesona. Melewati pegunungan yang megah, hutan yang hijau, dan lembah yang subur, menciptakan latar belakang yang artistik, belum lagi lautan dan sampannya yang memikat hati untuk ikut bergelombang di dalamnya, lautan dan langitnya seperti menyatukan cinta.
Ketika saya mendekati kota Bursa, pesona sejarahnya mulai memikat. Kota ini dikenal sebagai salah satu kota tertua di Turki dan memiliki sejarah yang kaya dengan peninggalan-peninggalan penting. Pernah dijuluki "Hadiah Tuhan" dalam bahasa Turkinya Hüdavendigar, sekarang lebih dikenal dengan Yesil Bursa (Bursa Hijau). Kota Ini, merupakan ibu kota besar pertama dari keseluruhan dua wilayah Kehilafahan Utsmaniyah antara tahun 1335 dan tahun 1363, arsitektur tradisional Turki yang terlihat di sepanjang jalan dan sangat terasa sekali aura kuno yang masih terasa di setiap sudutnya. Oh, ia yang ingin ke sini, jangan lupa siapkan camera untuk merekam bangunan-bangunan kuno dengan aura magisnya.
Sebelum ke Yesil Cami saya mengunjungi Masjid Ulu Cami. Wudhu' terlebih dahulu sebelum masuk dan shalat tahiyyah Masjid, sambil menikmati sentuhan kaligrafinya. Selanjutnya, melanjutkan perjalanan menuju Masjid Yesil Cami, yang terletak tidak jauh dari Masjid Ulu Cami. Ketika memasuki kompleks masjid ini, kita akan terpesona oleh keindahan arsitektur kekhalifahan Utsmaniyah yang elegan. Batu hijau yang menghiasi dinding dan menara menambahkan sentuhan unik yang membedakan masjid ini dari yang lain. Maka, kemudian masjid dikenal dengan dengan sebutan Masjid Hijau (Green Musque). Di dalamnya, banyak sekali hiasan kaligrafi yang halus dan ornamen yang memukau yang mencerminkan keanggunan seni Islam. Dan tentunya warna hijau yang paling banyak menyelimuti masjid ini.
Kata "Cami" bahasa Turki, kalau dalam bahasa Arab adalah Jami', kata Cami diserap dari bahasa Arab yaitu jamik (جامع). Kalau dalam bahasa Indonesia, lebih dikenal dengan Masjid Jamik, atau Masjid Raya, atau Masjid Agung, Cami adalah Masjid besar yang dibuat shalat berjamaah lima waktu dan shalat Jum'at. Kata "Ulu" dalam bahasa Turki, bermakna agung. Sepertinya, kata ini serapan juga dari bahasa Arab, yaitu 'uluw (علو، عالى) bermakna tinggi atau agung. Ulu Cami, bermakna Masjid Raya, atau Masjid Agung Jami. Wow, nama-namanya ternyata dari bahasa Arab. Sedangkan Yecil (Yeşil) bermakna hijau, Yecil Cami, adalah masjid Hijau.
Masjid Yesil Cami dikelilingi taman bunga yang indah, menciptakan suasana yang tenang dan damai di sekitarnya. Saya dapat menikmati keindahan alam dan menikmati momen yang tenang di lingkungan sekitar masjid.
Dalam Al-Ma'rifah, pembangunan Yecil Cami dimulai pada tahun 1413 M (dengan sumber yang berbeda mengenai tanggal ini). Sepeninggal Sultan, putranya, Sultan Murad II, menyelesaikan pembangunan masjid pada Desember 1419 M atau Januari 1420 M. Masjid ini merupakan bagian dari kompleks yang lebih besar yang mencakup sebuah madrasah, taman, serta makam Sultan Mehmet I dan keluarganya. Konstruksi masjid ini selesai pada tahun 1424 di bawah pemerintahan Sultan Murad II.
Dua ruang ibadah simetris di kanan dan kiri masjid digunakan untuk membicarakan hal-hal yang berasal dari para sanjak (Sanahik, pemerintah daerah). Ruangan timur diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari Beylerbeylik Anatolia (tanah Kesultanan Utsmaniyah yang terletak di bagian Asia), sedangkan ruangan barat dibuat untuk Rumeli Beylerbeylik (tanah Kesultanan Utsmaniyah yang terletak di kawasan Eropa). Belakangan, kedua ruangan tersebut digunakan sebagai ruang sidang (Al-Ma'rifah).
Dalam perjalanan ini, saya melihat kombinasi keindahan alam dan keajaiban arsitektur Islam yang membuat Turki begitu memikat, apalagi kalau mengingat masa lalu bagaimana kekhilafahan Utsmaniyah berkembang. Setiap langkah kaki di sini, lebih dekat pada warisan budaya dan spiritualitas yang hidup di Masjid Ulu Camii dan Masjid Yesil Cami. Anda akan meninggalkan dengan kenangan yang tak terlupakan dan pengalaman yang memperkaya jiwa.