Sukses! Diplomasi Menteri Agama untuk layanan Haji
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Jamaah haji Indonesia mulai kembali pulang ke tanah air secara bergelombang sejak 4 Juli 2023 setelah sekitar 40 hari berada di tanah suci Mekkah.
Penyelenggaraan haji tahun ini begitu spesial karena penyelenggaraannya dikhususkan bagi jamaah haji yang tunda berangkat akibat covid dua tahun lalu. Tahun ini juga menjadi moment sukses diplomasi menteri agama hingga mendapat tambahan kuota 8000 jamaah dan 400 petugas haji dari pemerintah Saudi. Tercatat jumlah jamaah haji Indonesia mencapai 229.000 diantaranya ada 66.943 jamaah lansia.
Banyaknya calon jamaah lansia dan antrian yang panjang membuat Menteri Agama memilih kebijakan menghilangkan program percepatan keberangkatan untuk pendamping keluarga. Coba bayangkan 66 ribu bila diberikan layanan percepatan pendamping, maka akan ada 66 ribu orang yang menggusur antian 66 ribu orang lain. Tentu disisi mereka yang sudah antri nampak tidak adil, antriannya diserobot.
Hal ini kemudian membuat Menteri Agama lebih memilih meningkatkan diplomasi ke Pemerintah Saudi untuk mendapat tambahan kuota jamaah dan petugas. Utamanya petugas yang melayani lansia. Pilihan ini dipilih guna memberi jaminan percepatan bagi 5 juta antrian jamaah dan memberi prioritas percepatan bagi jamaah yang sudah berumur 80 tahun keatas. Kebijakan ini kemudian dijadikan motto layanan haji Kementerian Agama "Haji berkeadilan dan ramah lansia"
Setidaknya ada 1.234 petugas yang terdiri 928 petugas Kementerian Agama dan 306 dari Kementerian Kesehatan.
Bila dibandingkan 1.234 petugas tidak akan mampu melayani 66.943 lansia secara maksimal, tetapi setidaknya ini menjadi terobosan baru. Terlebih tahun ini ketua kloter tidak hanya dijabat lelaki tetapi juga petugas perempuan, hal yang belum pernah sebelumnya. Sebesar 52 persen jamaah haji adalah perempuan. Karena itu, pembimbing ibadah dan petugas haji perempuan mengalami peningkatan yang signifikan. Hampir 45 persen pembimbing ibadah haji tahun 2023 adalah perempuan, jauh dari masa-masa sebelumnya.
Tentu penyelenggaraan haji tahun ini bukan tanpa cacat. Musibah keterlambatan kendaraan dan konsumsi di Musdalifah dan Mina menjadi cacat dari berbagai macam upaya maksimal kemenag dalam mengupayakan "haji berkeadilan dan ramah lansia". Hanya saja kita perlu renungi apa yang disampaikan oleh Allah Yarham Mbah Kyai Maimoen Zubair bahwa haji itu pasti selalu ada yang mengecewakan. Senada dengan itu, Kyai Mustofa Bisri menyatakan pasti ada hal yang tidak nyaman dalam penyelenggaraan haji, untuk menguji jamaah haji mampukah mereka dengan cobaan itu menghindari jidal, rafats dan fusuq untuk kemudian mendapat kepantasan haji mabrur.
Disisi lain, bila dinisbatkan pada pandemi yang pernah menyerang masyarakat dunia selama dua tahun terakhir, beberapa media melansir bahwa Kerajaan Arab Saudi mengatakan haji tahun 2023 sukses dan tidak ada penyakit atau risiko kesehatan yang dilaporkan selama penyelenggaraan haji.
Dari sisi petugas yang dikirim ke tanah suci, tentu kesuksesannya tidak bisa dituntut kesempurnaan tanpa cacat dan kelemahan karena menjadi petugas haji memang tidak bisa disebut pekerjaan yang ringan terlebih penyelenggaraan haji di negara orang lain yang setiap layanan akan tetap dibatasi oleh kewenangan sebagai "turis" yang melayani "turis" lain. Sangat butuh kekuatan dan kesabaran ekstra serta dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas terlebih dalam konteks pelayanan terhadap lansia. Pelayanan prima dengan berbagai keterbatasan kewenangan di negeri orang.
Bila kita fair, "Musibah Musdalifah" tentu tidak bisa kita gunakan sebagai alasan untuk menyatakan kegagalan penyelenggaraan haji oleh Kementerian Agama. Terlebih area Arafah Musdalifah dan Mina adalah wilayah kewenangan Pemerintah Saudi.
Coba kita lihat sisi lain. Kita bisa membaca di berbagai media bahwa salah satu sukses pelayanan haji kali ini, karena Kementerian Agama mampu mengupayakan porsi haji lebih banyak dari sebelumnya guna percepatan antrian haji. Kementerian Agama juga memberikan bekal lebih untuk petugas haji guna proses pelayanan haji, menuju “pelayanan maksimal dan profesional”.
Perhatian lebih Menteri Agama dalam optimalisasi layanan termasuk turun gunung sendiri langsung untuk meminta pertanggung jawaban Masyariq yang bermasalah di Musdalifah.
Karenanya bila kita mau berfikir adil, secara umum pendampingan langsung menteri agama dalam penyelenggaraan haji tahun ini patut kita ingat dan kita nilai sebagai kesuksesan pelaksanaan ibadah haji ramah lansia tahun ini. Perkara ada riak-riak kecil itu hal yang wajar. Tidak adil bila cacat kecil dianggap sebagai kegagalan, sementara banyak kesuksesan layanan lain diabaikan. Idza tamma al-amr bada naqsuh.