Foto: Situasi di Aula Dinsos Sampang saat KOPRI PMII Gelar Audiensi |
SAMPANG | JATIMSATUNEWS.COM: Pengurus Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri Cabang Sampang melaksanakan audiensi ke Dinsos PPPA mengenai isu perempuan dan anak.
Kegiatan yang berlangsung di ruangan Kepala Dinas Sosial dan PPPA di Jalan Rajawali No 7, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Kamis, (06/07/2023). tersebut, ditemui langsung oleh Kadinsos Sampang Mohammad Fadeli.
Wasilah Ketua Korps PMII Puteri (KOPRI) Cabang Sampang mengatakan, Dinas Sosial perlu meningkatkan penanganan kasus kekerasan seksual dan penanganan psikis korban kekerasan seksual serta keluarga harus lebih ditingkatkan lagi.
"Kondisi psikis korban dan keluarga seharusnya memiliki penanganan yang lebih maksimal dan tim psikiaternya seharusnya ditambah, karena kami rasa Dinsos Kabupaten Sampang kurang maksimal dalam menangani hal tersebut," ujarnya.
Menurutnya, dengan di nobatkannya Kabupaten Sampang sebagai Kabupaten layak anak, seharusnya masalah tentang perempuan dan anak ini lebih diperhatikan terutama terhadap penanganannya. Sehingga problematika kekerasan seksual dan lainnya bisa diminimalisir.
"Korps PMII Puteri (KOPRI) Cabang Sampang menilai indikator hak perlindungan khusus kekerasan seksual dan presentase perkawinan anak memiliki dampak yang besar untuk perkembangan kualitas perempuan dan anak di Kabupaten Sampang," imbuh Wasilah dengan tegas.
Aktivis perempuan yang akrab disapa Shela tersebut, juga mempertanyakan kinerja Dinas Sosial dan P3A Kabupaten Sampang.
Dan Korps PMII Puteri (KOPRI) Cabang Sampang menarik benang merah bahwa Kabupaten Sampang belum memenuhi predikat layak anak.
Ditempat yang sama, Muhammad Fadeli Kepala Dinsos dan P3A Sampang mengatakan, bahwa Kabupaten Sampang memang layak mendapatkan predikat Kabupaten layak anak (KLA) dan isu kekerasan perempuan dan anak menjadi bagian kecil dari indikator KLA.
"Kabupaten Sampang telah dinobatkan sebagai Kabupaten layak anak, dan kami merasa Sampang memang layak mendapatkannya. Statement bahwa kekerasan seksual masih marak ini tidak menjadi alasan yang kuat sebab ini hanya indikator kecil dari KLA," ungkapnya.