MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Kamis, 20 juli 2023, bertepatan 8 hari sebelum milad yang ke 40 tahun. PP. Al-Munawwariyyah Sudimoro, Bululawang, Malang kedatangan tamu agung yang singgah untuk bersilaturrahim. Beliau adalah ulama' kharismatik dari Jawa Tengah yaitu Abuya KH. Thoifur Mawardi. Kehadiran abuya KH. Thoifur Mawardi disambut hangat oleh pengasuh, para ustadz dan segenap santri pondok pesantren Al-Munawwariyyah. Bahkan beliau diminta untuk memberi motivasi bagi para penghuni pondok.
Acaranya sendiri dimulai dengan sambutan dari pengasuh pondok pesantren Al-Munawwariyyah yakni KH. M. Agus Fahim Maftuh. Dalam sambutannya, Kyai Fahim menjelaskan bahwa KH. Thoifur merupakan murid dari Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-hasani, yang mana Sayyid Muhammad merupakan teman dari guru sang muassis Al-Munawwariyyah yaitu KH. M. Maftuh Said yang berada di Maroko.
KH. M. Maftuh Said sendiri dalam riwayat hidupnya merupakan seorang muqoddam Tijaniyyah yang pernah berguru kepada ulama'-ulama' dari Maroko.
Beliau merupakan putra kelahiran Gresik yang menetapkan dakwanya di daerah Malang tepatnya di desa Sudimoro, Bululawang, Malang. Beliau pulang ke haribaan yang maha kuasa pada Minggu (20/8/2017), lalu kemudian estafet kepengasuhan pondok pesantren dilanjutkan oleh putra pertama beliau yaitu KH. M. Agus Fahim Maftuh.
Kyai Fahim juga mengungkapkan perasaanya ketika kedatangan Kyai Thoifur di kediaman beliau. Ia begitu gembira saat mengetahui bahwa Kyai Thoifur berkenan berkunjung ke PP. Al munawwariyyah.
Sangking gembiranya, sampai-sampai menyiapkan seluruh santri untuk menyambutnya, disambing untuk mendengarkan nasehat-nasehat dari KH. Thoifur juga tentunya.
Dalam sebagian pidatonya saat memberi motivasi para santri, KH. Thoifur Mawardi mengemukakan bahwa satri merupakan orang yang di kehendaki kebaikan oleh Allah. Ini bisa dilihat dari kemudahan mereka dalam mempelajari ilmu agama. Untuk itu, beliau meminta para santri untuk berani menampakkan identitasnya dimanapun ia berada. Tak perlu malu, karena ia merupakan orang yang istimewa.
Beliau juga dawuh bahwa cerminan keimanan seseorang itu bisa dilihat dari akhlak yang ditampakkannya kepada orang lain. Ia menekankan untuk mendahulukan akhlaq daripada ilmu.
Untuk itu, sebagai orang yang sama-sama berjuang dijalan Allah dan jauh dari keluarga,untuk selalu saling mengasihi sesamanya. Baik itu kepada yang orang lebih tua ataupun yang lebih muda.
Beliau mengutip sebuah hadist:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.”
Hormatilah kyai dan gurumu, niscaya kau akan lebih mudah untuk menghormati masyarakat atau orang lain. Acara di akhiri dengan doa yang dipimpin oleh beliau sendiri kemudian di lanjutkan mushofahah dengan sebagian santri.