Artikel | JATIMSATUNEWS.COM: Sudah menulis apa hari ini? Ayo, jangan kalah dengan sinetron yang setiap hari tayang di televisi. Apapun dan bagaimanapun hambatan yang menghadang, kita berupaya rutin dan istiqomah menulis.
Saya mentalak tiga alias tidak melihat tayangan sinetron. Selain eman membuang waktu di depan layar televisi, karakter tokoh sinetron masa kini rasanya hanya “itu-itu” saja. Jenuh dan membosankan.
Akan seperti itu pula kesan pembaca cerpen ketika tokoh ceritanya tidak menarik. “Ini cerita apa sih. Kok tokohnya klise begitu. Ini yang sedang bicara siapa?” Dan sejumlah ketidakpuasan lainnya.
Sesungguhnya cerpen itu menampilkan cerita bagaimana tokoh utama menghadapi konflik. Perhatian pembaca akan terpusat dan tertuju pada penampilan tokoh utama. Tokoh yang tidak meyakinkan pembaca—walaupun alur cerita, konflik, atau klimaks cerita terjalin dengan kompak—akan menghasilkan cerita yang janggal.
Kemampuan cerpenis menampilkan tokoh cerita ditentukan oleh kejelian karakterisasi atau penokohan. Ibaratnya, karakterisasi adalah kemampuan tokoh cerita beracting di depan kamera. Tidak kaku. Tidak berlebih-lebihan.
Untuk itu cerpenis wajib mengenal tokoh cerita secara luar-dalam, lahir-batin—mengenal sifat, watak, karakter tokoh cerita lebih banyak dan lebih mendalam daripada pembaca. Di antara beberapa tokoh cerita pengarang wajib mendalami karakter tokoh utama. Mengapa?
Pembaca cerpen hanya tertarik pada tokoh utama, bukan tokoh yang lain. Apalagi untuk menulis cerpen perhatian pembaca harus benar-benar terpusat pada sang tokoh utama.
Apa tanda pembaca tertarik pada tokoh utama? Bagaimana bentuk perhatian yang diberikan pembaca kepada tokoh utama? Tandanya, minat pembaca akan tersedot untuk mengikuti kisah perjalanan tokoh utama—adegan demi adegan, dari awal hingga akhir cerita.
Bahkan lebih dari itu, pembaca akan turut merasakan haru, sedih, gembira, takut, cemas. Pembaca merasa dirinya seolah-olah adalah tokoh cerita itu sendiri.
Itulah yang dinamakan identifikasi pembaca kepada tokoh cerita. Keberhasilan identifikasi ditentukan oleh teknik karakterisasi (penokohan).
Kunci membuat karakterisasi adalah bagaimana cerpenis merealisasikan tokoh utama itu dalam pikirannya. Ia harus benar-benar hadir dan nyata di alam pikiran pengarang. Dalam dunia khayal pengarang, tokoh imajiner (khayali) itu benar-benar hadir secara nyata. Cerpenis mengenal tokoh ciptaannya seperti ia mengenal dirinya.
Lalu apa yang perlu dikenal dari sang tokoh utama? Realitas tokoh utama dikenal dan digambarkan sedikitnya melalui tiga dimensi, yakni dimensi fisik (fisiologis), dimensi psikis (psikologis), dimensi sosial (sosiologis). Itulah tiga dimensi identitas tokoh utama yang harus dikenali cerpenis.
Melalui pengenalan tiga dimensi itu tokoh cerita akan hadir secara nyata di alam pikiran cerpenis. Betapapun tokoh cerita itu tokoh khayali. Setelah tokoh utama hidup di alam khayali pengarang, tugas selanjutnya adalah metode dan teknik apa yang dapat digunakan untuk menampilkan tokoh tersebut? Jurus Jitu Menulis Cerpen pada bab berikutnya akan menjawabnya.[]
Apa metode dan teknik menampilkan tokoh utama? Bagaimana caranya agar pembaca bukan hanya mengenal tapi juga mengalami dan turut merasakan apa yang dialami tokoh utama? Bab berikutnya kita akan membahas metode menampilkan realitas tokoh cerita.