LUMAJANG | JATIMSATUNEWS.COM: Putusnya Jembatan Glidik yang terjadi karena akibat diterjang aliran banjir dari Gunung Semeru, membuat akses dari Lumajang ke Malang terputus. Mengingat putusnya jembatan yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang itu menghadirkan dampak negatif bagi pihak. Inisiatif pun mulai bermunculan.
Warga yang tinggal di Desa Sidomulyo, Kabupaten Lumajang dan juga dari Desa Sidorenggo, Kabupaten Malang mulai kompak berinisiatif. Yaitu berupa pembuatan jalur alternatif untuk pejalan kaki, dan juga kendaraan roda dua.
Setelah itu, seperti tidak mau kalah memberikan dedikasi. Warga dusun Sumberurang yang juga masih bagian dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, ikut membuat dan membuka jalur alternatif untuk pejalan kaki dan juga roda dua. Untuk lokasi akses alternatif yang dikerjakan oleh gabungan warga Sidomulyo, Sidorenggo, dan juga beberapa relawan berada di sisi kiri bekas jembatan, jika dari arah Kabupaten Lumajang. Sementara jalan yang dibuka warga Dusun Sumberurang berada di sebelah kanan jembatan, masih dari arah yang sama.
Masih dibuka sekitar tiga sampai empat hari. Kondisi medan untuk jalur dari Dusun Sumberurang ini terbilang agak curam. Selain itu memiliki beberapa tikungan yang agak tajam. Saat tim redaksi Jatimsatu News mendatangi lokasi. Setiap pengendara yang berboncengan, selalu disarankan yang dibonceng untuk berjalan kaki. Terlihat jelas setiap pengendara yang melintas melewati jalan dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian. Begitu juga dengan pejalan kaki.
Aturan Perlintasan Jalur Alternatif dari Sumberurang.
Menurut keterangan yang diperoleh tim redaksi Jatimsatu News dari salah seorang yang bertugas mengawal pengendara, Muhammad Hendro warga dusun Sumberurang RT 25 memberikan keterangan. Penyeberangan ini dibuka sepanjang 24 jam, namun pengawalan hanya akan ada sampai pukul 21.00 WIB.
Untuk tarif sendiri ia menuturkan bahwa pengendara kategori pengguna biasa tidak dipatok nominal, artinya boleh memberikan seikhlasnya. Sementara kepada para pelaku usaha, mereka memiliku hitungan tersendiri.
“Kalau orang yang lewat, orang biasa ya memberinya seikhlasnya, di sini tidak mematok harga. Namun kalau untuk keperluan bisnis, misalnya berdagang itu ada hitungannya sendiri jika mau dibantu. Misal bensin per jerigen ongkosnya 5 ribu,” ucap pria yang akrab disapa Hendro itu memberikan penjelasannya.
Oleh: Hendrini Esvi Wastiti