Ketua DPW PAN Habib Rizqi diantara DPD Pasuruan Probolinggo, Ketua Fraksi PDIP kabupaten Pasuruan Dewan Muhammad Zaini |
Partai Amanat Nasional sedikit mengejutkan dengan perolehan Elektabilitas 5 %. Mengusung Jargon di Jatim dengan Jatim Basis PAN, partai ini mampu bertengger di posisi ke-7 menyalip PKS dengan perolehan 4,8 persen.
Sebagai ketua DPD, Ning Yana istri Caleg DPR RI Mas Syaiful Nuri Dapil 2, menyebut bahwa untuk Dapil Probolinggo dan Pasuruan Elektabilitas ini bisa jadi lebih dari 5 persen. Karena gerakan di tingkat grass root terutama kaum santri terus meluas, alumni santri bukan hanya dari Sidogiri yang merupakan pemilih potensial juga mulai memberikan dukungan.
"Hal ini seiring berkembangnya pengetahuan bahwa PAN bukan lagi milik satu golongan. Probolinggo dan Pasuruan itu basis santri, Insya Allah PAN mulai pula menempati hati pemilih dengan latar belakang santri, " ujar Ning Yana Fuad putri pengasuh pesantren Sidogiri KH. Ahmad Fuad Nurhasan.
"Kami optimis angka tersebut akan terus naik seiring makin meluasnya pemahaman masyarakat Jatim bahwa PAN milik semua warga negara termasuk NU. Bahkan sekarang telah berkembang akronim baru bahwa PAN bisa disebut juga Partai Anak Nahdhiyin. PAN hari ini jadi idola para kiyai kiyai, terbukti bacalegnya khususnya di Jatim 80% bersyarat Gus Gus," ujar Hasibuddin sekretaris dewan pakar daerah DPD PAN Kabupaten Pasuruan. dan bacaleg DPRD JATIM Dapil 3 Pasuruan Probolinggo.
Menanggapi trend naik Elektabilitas PAN, Ketua DPW PAN Jatim Habib Rizqi Sadiq menyambut baik.
"Alhamdulillah PAN semakin dipercaya, kami berkewajiban memenuhi ekspektasi masyarakat dengan aksi nyata, bahwa PAN adalah maslahat untuk seluruh bangsa Indonesia, " ujar Habib Rizqi pada JatimSatuNews Sabtu 17/6/2023.
Sebagai informasi, survei dilakukan pada periode 5-13 Juni 2023 menggunakan metode multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan atau margin of error 2,90% dengan tingkat akurasi data 95%.
Melibatkan sebanyak 1.200 responden yang tersebar proporsional secara nasional. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 15 persen dari total populasi sampel.
2. Partai Gerindra 19,7%
3. Partai Golkar 9,3%
4. Partai Demokrat 9,2%
5. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 7,7%
6. Partai NasDem 7,5%
7. Partai Amanat Nasional (PAN) 5%
8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4,8%
9. Partai Perindo 4,5%
10. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2,1%
11. Partai Solidaritas Indonesia 0,6%
12. Partai Gelora 0,6%
13. Partai Hanura 0,4%
14. Partai Bulan Bintang (PBB) 0,4%
15. Partai Ummat 0,1%
16. Partai Buruh 0%
17. Partai Garuda 0%
18. Partai Kebangkitan Nasional 0%
TT/TJ/Rahasia 6,9%
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengatakan elektabilitas PDIP kian menurun sekalipun tetap menempati urutan pertama. Padahal, PDIP pernah mencatatkan elektabilitas tertinggi di angka 26% dalam survei periode sebelumnya.
"Pertama tetap dipegang PDIP dengan 21,5% tapi tingkat elektabilitas PDIP ini mengalami penurunan yang cukup besar karena tertinggi IPO pernah mencatatkan elektabilitas PDIP di angka 26% kemudian hari ini hanya di 21%. Berarti ada perubahan yang cukup signifikan," kata Dedi sebagaimana ditulis detiknews dalam konferensi pers di Hotel Tamarin Jakarta, Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/6/2023).
Kondisi sebaliknya justru tampak dari elektabilitas partai Gerindra yang berada di urutan kedua. Meskipun elektabilitas partai berlambang burung garuda itu masih di bawah PDIP, IPO mencatat elektabilitas Gerindra terus melesat.
"Begitu juga sebaliknya, Partai Gerindra yang sebelumnya di kisaran 11-12%, tiba-tiba hari ini ada di posisi 19,7%. Jadi besar kemungkinan karena Partai Gerindra yang paling mencolok dalam aktivitas-aktivitas belakangan, bisa saja endorsment Jokowi untuk Gerindra dan Jokowi termasuk juga koalisi yang dibangun lebih meyakinkan dibanding koalisi lain, termasuk Prabowo Subianto dianggap sebagai satu-satunya kandidat yang dia sendiri memimpin partainya," terangnya.
"Artinya dengan tingkat independensi yang tinggi tadi, besar kemungkinan suara itu tergeser ke suara parpol sehingga bisa menempati posisi kedua tapi dengan elektabilitas lebih tinggi. Golkar saja hanya di posisi 3 dengan 9,3%. Itu sangat jauh sekali," sambungnya.