SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Seperti diketahui, Jumat (5/5) kemarin, Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti kembali mendaftar sebagai anggota DPD RI. Saat itu, politisi gaek asal Surabaya tersebut, tiba di KPU Jawa Timur usai melaksanakan salat Jumat.
Calon lain yang juga berasal dari Surabaya, yaitu Ning Lia Istifhama, mendaftarkan pada tanggal 9 Mei 2023. Putri almaghfurlah KH Masykur Hasyim tersebut menjelaskan bahwa pemilihan tanggal tersebut adalah sesuai arahan dari sang Ibunda.
“Ya! Bisa jadi (ada darah politik sang ayah). Karena, sesungguhnya, area pekerjaan saya itu pendidikan dan swasta. Tetapi, ghirah politik selalu muncul. Ini karena (melihat) seluruh kebijakan terutama dalam dunia politik,” jelasnya.
Ia memang, tak bisa melupakan sang ayah, yang dikenal sebagai politisi santri. Apalagi, jelasnya, dukungan sang ayah tak pernah surut.
Alhamdulillah, ibu saya sosok yang sangat penting dalam proses ini. Beliau saksi betapa perjuangan menapaki proses DPD RI, bukanlah hal mudah. Dan beliaulah yang memberikan arahan tanggal 9 ini, sesuai jumlah bintang NU. Ibu saya memang sangat peduli kepada semua putra putri dan cucunya.”
Doktoral UINSA tersebut juga menerangkan bahwa proses politiknya tak lepas dari sosok yang menjadi panutan banyak orang, yaitu almarhum ayahandanya dan Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.
“Dalam hidup, kita harus memiliki sosok yang menjadi cermin teladan kita, beliau berdua diantaranya. Beliau berdua, ayah saya dan bunda Khofifah, sosok yang sangat identik dengan symbol perjuangan. Bagaimana membangun kebaikan, itu harus diikuti kuatnya perjuangan. Karena tidak mudah menjadi sosok yang kapanpun dimanapun memikirkan bagaimana berbuat baik untuk orang lain,” tambahnya.
“Sembilan identik dengan Nahdliyyin. Dan Sembilan jika ditambah angka 5 sesuai Pancasila, maka berjumlah 14. Empat belas inilah, jika tidak ada perubahan, Insya Allah menjadi nomor pencalonan DPD RI saya,” tegasnya.
Aktivis perempuan tersebut tak menampik bahwa dalam dirinya mengalir ‘darah politik’ nahdliyin, dan tidak bisa lepas dari warisan sang ayah, almaghfurlah KH Masykur Hasyim.
“Kira-kira sebulan sebelum wafat, beliau berpesan agar saya meneruskan perjuangannya untuk umat. Alasannya sederhana, banyak jaringan pertemanan dan relawan yang tulus, ini harus bisa menjadi penopang perjuangan dalam kancah politik,” tambah keponakan Gubernur Khofifah tersebut.
Ning Lia, memang, memiliki seabrek kesibukan. Di samping sibuk dalam jejaring perempuan muda NU (Nahdlatul Ulama), ia juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim sebagai wakil sekretaris.
“Saya juga menikmati bertemu para petani. Di samping bisa mendengar langsung keluhan mereka, dunia pertanian kita ini sesungguhnya bisa tertata lebih professional. Sehingga tidak selalu tergantung impor,” tegas Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jawa Timur ini.