Maju Calon DPD RI, Ning Lia : Ciptakan Politik Kebersamaan

Biro Madura
18 Mei 2023 | 18.21 WIB Last Updated 2023-05-18T11:21:33Z
Ning Lia Istifhama Calon DPD RI 2024


SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Tepat pada 2019 lalu, dilantik Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur, yaitu Ketua Umum Muslimat, Hj. Khofifah Indar Parawansa. Berbicara perempuan dalam kepemimpinan, yang cukup menyita perhatian publik adalah hadirnya sosok perempuan millenial, Ning Lia Istifhama. Besar di lingkungan keluarga Nahdliyyin Wonocolo, Surabaya, Ning Lia menjadi perhatian saat masuk dalam kandidat Pilwali Surabaya 2020 lalu. Meski kemudian tidak mengantongi rekom partai untuk maju sebagai calon walikota maupun calon wakil walikota saat itu, nyatanya putri alm. KH. Masykur Hasyim tersebut masih mampu menunjukkan eksistensinya di hadapan publik. Bahkan kini, ia pun telah mengantongi syarat sebagai calon senator mewakili Jawa Timur 

Ditemui di sela-sela waktunya saat menjadi narasumber Ngaji Kebangsaan, perempuan kelahiran tahun 1984 itu menjelaskan alasannya untuk tetap menyemarakkan kontestasi politik sebagai calon DPD RI Jawa Timur.

“Dari proses Pilwali Surabaya 2020 lalu, saya kemudian menyadari betapa besarnya semangat dan loyalis sahabat relawan. Mereka benar-benar menjadi potret nyata bahwa proses politik justru mengerucut sebagai sebuah institution as a relative, yaitu Ikatan hubungan sosial yang menjadi simbol hubungan sebagai keluarga meski tidak sedarah. Kuatnya ikatan emosional mereka inilah yang menjadi salah satu pesan ayah saya sebelum wafat, bahwa kekuatan jaringan sosial bisa menjadi kunci kemenenangan kelak,”

Istri dari M. Arief Fauzi tersebut memang cukup piawai dalam berkomunikasi dan interaksi sosial. Terbukti, hubungannya dengan relawan yang terjaring Bersama relawan Pilgub (Khofifah Emil) dan Pilpres (Jokowi Ma’ruf Amin), masih terjalin.

“Saya selama interaksi dengan teman-teman relawan, saya bangun mindset bahwa saya sama dengan mereka, yaitu sama-sama relawan. Istilahnya, lungguh ngadhek bareng (duduk dan berdiri bersama-sama). Hal ini penting agar kita tidak terjebak karakter angkuh. Karena kalau kita terlanjur angkuh lantas kemudian kita harus ndingkluk (menoleh ke bawah untuk merendah), pasti susah melakukannya. Padahal dalam interaksi sosial apapun, kebersamaan harus dibangun tanpa beban,” lanjutnya.

Dosen yang pernah menempuh pendidikan S1 di tiga tempat sekaligus, yaitu Universitas Airlangga, IAIN Sunan Ampel, dan STID Taruna tersebut, berpesan pentingnya membangun karakter politik kebersamaan.

“Di era saat ini, perselisihan dan perdebatan sangat mudah terjadi. Sikap menghujat karena persaingan, terutama dalam politik, sangat mudah dilontarkan. Oleh sebab itu, sangat penting jika semua pihak, terutama para kader atau loyalis partai apapun, berikhtiar menciptakan politik kebersamaan. Jangan karena beda kepentingan, lantas membuat brainstorming untuk membenci lawan politik. Padahal ujung-ujungnya, karakter makhluk sosial akan muncul yaitu kelak ternyata saling membutuhkan. Istilah Suroboyo-nya: ‘ojok mangkel nemen nek ujung-ujunge yo butuh’. Jangan sampai politik menjadikan sombong dan arogan,”

Aktivis yang aktif menulis di berbagai media massa tersebut, juga memberikan pesan dengan tagline Bangun Peran Tanpa Jabatan.

“Sekarang saatnya masyarakat, baik kaum ibu maupun anak-anak muda, harus semakin semangat bangun peran tanpa jabatan. Dalam artian, mari kita memberikan kemanfaatan dalam wadah yang kita ada di dalamnya. Contoh jika ada anak muda aktif di karang taruna, maka jadikan itu bukan hanya sebagai wadah belajar atau menimba pengalaman berorganisasi, melainkan juga memahami keragaman karakter dan proses pengambilan keputusan di tingkat organisasi tersebut,”

“Bangun peran ini juga jangan sampai terkotak harus memiliki sebuah jabatan khusus. Melainkan, bagaimana kita tanpa jabatan, bisa menunjukkan karya kita yang memiliki unsur positif bagi orang lain, serta bagaimana kita menampilkan pemikiran yang bersifat gagasan positif yang bisa kita sampaikan di ruang publik dan media massa,” tambahnya.

Ibu dua anak yang pernah viral sebagai Putri NU Surabaya 2005 silam, memang cukup sering menyampaikan motivasi dalam berbagai kesempatan.

“Saya setiap kali menjadi narasumber di sebuah webinar ataupun seminar, maka apapun materi yang harus saya sampaikan, saya ingin menyelipkan motivasi dan semangat. Terlebih jika di hadapan perempuan, saya selalu menekankan bahwa apapun kita, bagaimanapun kita, dimanapun kita, kita adalah kaum perempuan yang menjadi tonggak perbuatan baik. Lakukan kebaikan sesederhana mungkin semampu kita asalkan ikhlas dan berkah,”

“Alhamdulillah, setiap malam saya menyempatkan berdoa agar anak-anak Indonesia memiliki kesempatan mendapatkan pendidikan yang baik, yang positif. Saya ingin sekali anak-anak memiliki rasa cinta pada literasi, yaitu membaca, menulis, menggambar, dan perilaku lainnya yang sangat penting bagi keilmuan dan aspek kognitif mereka. Untuk itu, peran kita sebagai kaum ibu, sangat penting. Dukungan kita sangat penting agar anak-anak selalu bahagia dan semangat dalam belajar”, jelasnya.

Gagasan Ning Lia memang cukup sering mewarnai media massa, terutama dalam bentuk opini dan tulisan-tulisan yang identik dengan pendidikan. Bahkan dia membuat sebuah indikator pemimpin sejati dari unsur kata P-E-R-E-M-P-U-A-N, yaitu Personality, Empathy, Responsibility, Equity, Motivation, Positivity, Universal, Analytical, dan Negotiating. Keaktifannya dalam dunia literasi, diakuinya sebagai upaya membangun stimulus orang lain untuk berkarya.

“Saya sering sampaikan pada siapapun, ayo berkarya, dimulai dari yang sederhana dan sekarang juga, jangan nunggu kaya baru berkarya. Yang pasti, tidak usah rendah diri untuk menampilkan kebaikan diri. Semisal kita dalam sebuah ruang dan tidak ada orang yang ingin memperhatikan apa yang ingin kita sampaikan, maka it doesn’t matter. Karena banyak ruang lainnya yang bisa kita isi dengan karya," paparnya

Seperti yang disampaikannya dalam beberapa media saat proses pilwali lalu melalui strategi out of the box, maka ning Lia menyampaikan bahwa karya adalah out of the box.

“Kalau ingin berkarya, jangan berpikis harus sama dengan yang lain. Biar yang lain lari ke arah lurus, kanan, atau kiri, kita fokus saja ikuti kata hati dan sesuai karakter diri. Out of the box saja. Meski kemudian tampil beda dan kadang kurang pragmatis karena idealisme kita, maka itu tak jadi soal. Kita berkarya kan tidak harus mencari benefit materi, melainkan mencoba mendapatkan benefit sosial dan berkah. Kalau niat kita baik, apapun itu insya Allah ada berkahnya,” tegas Doktoral UINSA tersebut.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Maju Calon DPD RI, Ning Lia : Ciptakan Politik Kebersamaan

Trending Now