Ketua IPNU Kabupaten Pasuruan Tentang Hardiknas

Admin JSN
02 Mei 2023 | 10.24 WIB Last Updated 2023-05-02T03:24:45Z
Ketua IPNU Kabupaten Pasuruan : HARDIKNAS Momentum Perbaikan Pendidikan Indonesia
PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM: Senin 2 Mei 2023 selain menjadi hari pertama masuk sekolah bagi pelajar, juga dihari tersebut menjadi peringatan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS).

Dalam momentum ini merupakan kesempatan bagi kita bersama untuk melakukan refleksi perbaikan pendidikan. Pasalnya, dunia pendidikan yang menjadi kawah candradimuka pelajar masih banyak yang harus diperbaiki, khususnya lembaga pendidikan yang notaben berada di desa.

Sehingga penekanan akan konsistensi untuk melakukan transformasi pendidikan melalui program inovatif dan terobosan-terobosan yang dapat dirasakan langsung oleh pelajar dibawa harus dilakukan baik oleh pemerintah pusat hingga daerah. 

transformasi pendidikan ini merupakan upaya penting agar bangsa Indonesia dapat melompat maju dan tak jalan di tempat. 

Sejauh ini kami melihat ada dua isu strategis yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan kita semua sebagai upaya perbaikan pendidikan di Indonesia.

Pertama, Pendidikan karakter, kenapa kemudian ini masih menjadi issu yang harus dibahas dan harus ada perubahan? Karena kita tahu bahwa dunia pendidikan hari-hari ini banyak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.

Kasus-kasus kekerasan, bulliying hingga pelecehan masih terjadi di dunia pendidikan, meskipun hanya oknum segelintir yang mencoreng dunia pendidikan tersebut tetapi ini merupakan penyakit yang harus segera disembuhkan. 

Perlu disadari bahwa pendidikan karakter merupakan pekerjaan yang tidak ringan apalagi dalam konteks Indonesia. Meskipun negara kita adalah negara muslim terbesar di dunia dalam konteks pendidikan karakter kita masih jauh tertinggal dengan negara – negara lain.

Sebenarnya pendidikan karakter terbentuk dari kebiasaan dan teladan, menurut teori perant conditioning B.F. Skinner, manusia cenderung membentuk perilakunya dari kebiasaan bertindak yang memberikan konsekuensi menguntungkan bagi dirinya sebab mereka memiliki kebebasan untuk memilih (Skinner, 1974), maka pembiasaan hal-hal yang membentuk karakter di lembaga pendidikan adalah hal wajib, semisal membiasakan sholat berjamaah, membaca istighosah dan sholat dhuha sebelum pelaksanaan KBM, hingga ekstrakulikuler yang konsen pada pendalaman agama atau organisasi keagamaan berbasis pelajar seperti IPNU – IPPNU menjadi salah satu opsi solusi untuk pendidikan karakter disekolah. 

Sementara menurut teori social learning A. Bandura, manusia cenderung membentuk perilakunya dari meneladani model yang diamati untuk mendapatkan pedoman konsep cara bertindak yang tepat (Bandura, 1977). Kalau melihat teori ini kita mungkin masih ingat dengan pepatah “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari” artinya bahwa tauladan seorang guru, orang tua dan lingkungan menjadi salah satu kunci untuk pengembangan pendidikan karakter anak, Untuk itulah, lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan karakter.


Pada titik inilah, kita sangat memerlukan model penyelenggaraan pendidikan yang holistik dan komprehensif. Penyelenggaraan pendidikan karakter untuk membentuk etos kemajuan memerlukan dukungan seluruh elemen, tidak hanya guru yang berada di sekolah. Oleh karenanya, penyelenggaraan pendidikan karakter tidak selesai hanya cukup dengan menyerahkannya kepada lembaga pendidikan saja, bahkan termasuk lembaga pendidikan berbasis agama yang berasrama sekalipun. Penyelenggaraan pendidikan karakter wajib didukung seluruh ekosistem sosial para pembelajar secara kontinyu, konsisten dan sinkron.


Pada paradigma ini, seluruh elemen bangsa terutama keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan iklim ekosistem sosial yang kondusif untuk penyelenggaraan pendidikan karakter. Jika kita mau jujur bangsa ini memang mengidap problematika mentalitas yang lumayan kronis. Mungkin inilah yang ditangkap oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan hingga sempat mencetuskan program Wak Muqidin yang menjadi program unggulan Bupati Isryad Yusuf tersebut, karena mnurut Lickona, keluarga adalah pihak pertama dan terpenting dalam membentuk karakter anak (Lickona, 2012) terutama seorang ibu yang bagi kami tidak asing lagi dengan Al Ummu Madrasatul Ula yang berarti Ibu merupakan Madrasah Pertama dan Utama bagi anaknya.

Kedua, Pemerataan pendidikan. Issu ini merupakan issu lama yang harus konsisten di suarakan. Bukan tidak mungkin ketertinggalan sekolah swasta dengan negeri sangat jauh apalagi sekolah swasta yang berada di desa. Meskipun terobosan zonasi dan program pemerataan lainnya sudah dilakukan masih banyak sekolah yang perlu diperbaiki, baik insfrastuktur, jarak yang jauh hingga kesejahteraan guru swasta yang tidak sebanding dengan jerih payah dan upaya dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bukan tidak mungkin, kesejahteraan guru menjadi salah satu faktor keberlangsungan pendidikan, sehingga memaksimalksan kinerja seorang guru sebagai pendidik. 

Sehingga pemerataan pendidikan baik insfastrutur maupun kesejateraan guru, di kota maupun desa atau bahkan swasta atau negeri menjadi sesuatu hal yang penting karena Tanpa hal ini, dikhawatirkan sistem pendidikan kita hanya akan menghasilkan intellectual zombies sehingga anggaran pendidikan yang sebesar 20% dari APBN per tahun itu akan menjadi sia-sia.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketua IPNU Kabupaten Pasuruan Tentang Hardiknas

Trending Now