Tiga buah gerbang sebagai simbol Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa) terhubung dengan tangga tak berujung.
Diduga para pertapa tua yang merasa ajal hendak tiba, mereka tanpa bekal melewati jalan ini, perjalanan suci dan magis Dharmayatra dan mengitari tiga gerbang ini (Pradaksinapatha) memasukinya dan terus berjalan menuju puncak gunung Arjuno hingga moksa (Agus Aris Munandar).
Sebagaimana di gunung Penanggungan,Jejak para pertapa dan obsesi menggapai moksa sangat nampak dari berbagai tinggalan budaya yang masih terawat dan dilestarikan hingga saat ini.
Struktur punden berundak, puluhan arca penjaga pintu gerbang, altar persajian, jejak asrama dan Mandala kadewaguruan, serta pemujaan pada gunung Prawata Giri Natha begitu memukau.
Puncak kejayaan jalan spiritual dan kebijaksanaan.
Diduga dibangun pada masa Majapahit (1293-1519 M) sebuah pusat akademi para bangsawan muda menuntut ilmu, serta tujuan para pensiunan pejabat tinggi Majapahit guna mempersiapkan diri dan mensucikan diri dalam dalam persiapan menjemput moksa.
Gunung telah menduduki posisi magis sakral bahkan banyak raja menggunakan gelar yang berarti gunung misalnya: Prawatanatha, Girinatha, Syailendranatha, Girisawardhana, Girindrawardana, Giripati Prasutabhupati Ketubhuta. (ENDARU)